[ 10 ] Festival
Eunra POV
Biasanya pada bulan April dan Mei, negara Korea Selatan akan mengadakan Hi Seoul Festival. Festival Hi Seoul ini akan diadakan di sebuah mall-mall besar yang terkenal di Seoul.
Tapi, berhubung acara ini sangat dinikmati oleh masyarakat di luar kota Seoul, maka pemerintah akan menyelenggarakan festival ini di kota-kota besar di Korea seperti Busan, Mokpo dan Jeju City.
Acaranya meliputi parade musik, drama opera Jepang dan Korea, acara amal, dan festival makanan internasional.
"Eomma.. bolehkah aku mendatangi festival Hi Seoul? Aku belum pernah mengikuti festival itu eomma.. kumohon." Mohonku pada eomma.
"Eomma mengizinkan. Tetapi dengan Jimin..." Jawab eomma cepat tanpa berpikir terlebih dahulu.
GLEK! Aku berusaha menelan ludahku. Mataku terbelalak lebar. Belum-belum eomma sudah menyebut nama Jimin yang terlalu menyebalkan di telingaku.
"Aku bisa pergi dengan Soohee, eomma!" Ketusku.
"Tidak. Kau harus pergi dengan Jimin. Jimin bisa menjagamu dan bisa menjaminmu..." Tolaknya. Kali ini ia menaruh cangkir tehnya sedikit dihantamkan ke meja.
"Eomma menyebalkan!" Sungutku. Aku berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarku. Dan membanting pintu kamar agar eomma tahu bahwa aku sedang marah.
Aku cukup heran... obat jampi-jampi apa yang diberikan Jimin kepada eommaku? Kenapa manjur sekali sehingga eomma sebegitu percayanya kepada Jimin.
"Dasar tukang pelet!" Aku menjulurkan lidahku. Menatap foto Jimin di Line ku.
Ya , Tuan Jimin yang terhormat baru saja mengirimi pesan lewat line padaku. Begini katanya :
Line
Jiminchim : Eunra.. eomma mu menyuruhku untuk menemanimu ke festival ? Apa itu benar?
Aku masih tidak ingin membalasnya.
Tapi kemudian , Jimin mengirim pesan lagi.
Jiminchim : Jika iya, aku akan menjemputmu jam 7 malam. Kau harus siap-siap dan jangan memakai bedak terlalu tebal!
Ha? Apa maksudnya ini? Dia meledekku!
Eunra Jin : Hei! Apa maksudmu? Kau kira aku seorang eomma-eomma di pasar hah?!
Jiminchim : Apa aku salah? Kau akan menjadi eomma untuk anak-anakku nanti.. :P
Eunra Jin : Haish! Dasar gemuk!
Jiminchim : Aku tidak gemuk.. aku memiliki abs diperutku. Nanti malam akan kuperlihatkan padamu...
Eunra Kim : Sudahlah! Jangan mengirimi ku pesan terus! Hush pergi dariku!
Aku melempar ponsel ku kesembarang arah. Jimin gila! Dalam hati aku mengumpat terus-menerus. Tuan Jimin sialan.. kapan kau enyah dari kehidupanku?! Aku menjambak rambutku frustasi seperti orang gila.
****
Malam harinya, aku sudah bersiap-siap pergi ke festival. Aku memakai pakaian yang sederhana. Kaos putih agak kebesaran, topi beany hitam dan celana jeans hitam. Itu cukup simple. Tak lupa aku juga memakai sneakers.
Mobil Jimin sudah terparkir didepan rumahku. Dan eomma sudah mengajak Jimin berbicara sejak tadi sambil menungguku.
"Eunra! Cepat sedikit calon suamimu menunggu!" Eomma benar-benar tidak sabaran. Saat itu juga aku pun turun dari kamar. Mataku kemudian menatap penampilan Jimin yang serupa denganku.
Jimin memakai kaos putih juga. Memakai kacamata hitam. Dan celana pendek tiga perempat hitam pula.
"Kalian sudah berjanji memakai pakaian yang serupa ya?" Celetuk eomma. Ada senyuman aneh dibibirnya.
"Eh.. tidak ini hanya kebetulan bibi." Tambah Jimin. Sambil memamerkan gigi-giginya yang putih.
"Oh begitu.. bibi kira kalian sudah merencanakan untuk memakai pakaian yang sama. Ah.. bibi jadi ingat semasa bibi dulu," Ujar eomma dengan sedikit tertawa.
Setelah berbincang lama , akhirnya aku dan Jimin memasuki mobil dan menancap gas menuju tempat festival.
****
Di halaman depan Jeju Square, suasana terlihat penuh pengunjung atau bisa disebut ramai. Banyak perform kecil menampilkan tarian-tarian khas Korea, musik Korea tempo dulu dan tak lupa juga ada makanan-makanan internasional.
"Kau ingin takoyaki? Mumpung takoyaki nya sangat murah." Tawar Jimin. Aku menggeleng. Menolak tawarannya itu.
"Tidak. Aku tidak ingin takoyaki." Jawabku. Aku masih terpana dengan perform kecil yang ditampilkan didekat air mancur.
"Lalu kau ingin membeli apa? Dari tadi kau diam saja.." Keluh Jimin. Sepertinya ia sudah mulai bosan karena aku sedang menikmati perform-perform.
"Eunra! Kebetulan sekali kita bertemu disini..."
Deg! Suara itu... suara yang sangat familiar sekali.
"Winwin?? Ah.. kebetulan sekali kita bertemu disini," Jimin menyambut Winwin.
"Eh.. pak guru.. kenapa bersama Eunra disini?" Winwin menatap kami berdua bergantian. "Dan pakaian kalian sepertinya sama.. seperti orang pacaran saja." Tambahnya.
"Ehm.. kami kebetulan saja bertemu disini, Win." Aku mencoba mengelabui Winwin agar tidak curiga. Kulihat Winwin hanya menganggukkan kepalanya.
"Baiklah..jika begitu, Eunra maukah kau berjalan-jalan denganku?"
Aku terkejut. Winwin mengajakku jalan-jalan? Dan bagaimana dengan Jimin?
Tiba-tiba saja Winwin menggandengku menuju air mancur. Kutinggalkan Jimin sendirian disana.
****
Author POV
"Sake nya satu." Pesan Jimin kepada penjual. Sang penjual pun meletakkan satu botol sake dan satu gelas berisi es batu kepada Jimin.
"Terima kasih." Ucap Jimin kemudian menuangkan sake itu kegelasnya. Meminumnya sedikit-sedikit. Sudah satu jam ia ditinggal oleh Eunra.
Jimin sudah mencari Eunra dan Winwin dimana-mana tetapi tidak berhasil. Maka dari itu, Jimin memutuskan untuk mampir ke stand penjual sake untuk mencoba bagaimana rasanya bir ala Jepang.
"Mungkin dia sudah pulang bersama bocah ingusan itu," Racaunya.
Sementara itu....
"Winwin.. aku harus pulang... ini sudah larut malam," Ujar Eunra di sela-sela makannya. Ia tak bisa lagi menghabiskan ramyeon-nya. Perutnya sudah terlalu penuh.
"Begitu. Aku antar ya.. aku membawa motor." Jawab Winwin. Ia mengambil beberapa uang kertas kemudian ia serahkan kepada penjual.
"Ti.. tidak. Aku bisa pulang sendiri. Oh.. maksudku.. eomma ku menjemputku. Iya.."
"Baiklah. Hati-hati ya... "
Winwin kemudian meninggalkan Eunra di stand.
Eunra POV
Aku harus mencari Jimin. Kulihat dia sedang berjalan mondar-mandir disekitar stand sake tadi. Aku sengaja tidak menampakkan diriku padanya karena Winwin terus saja mengajakku keliling stand.
"Ya ampun.. Jimin saem kau dimana sih?" Keluhku.
Sekitar dua menit , akhirnya aku baru bisa menemukan Tuan Jimin. Benar dugaanku. Dia membeli sake.
Kulihat Jimin sedang tidur dengan posisi kepalanya di meja. Sang penjual berusaha mengusirnya. Tapi tak digubris oleh Jimin.
Lalu, dengan cepat aku menarik tangan Jimin. Sebelum membawa Jimin pergi, aku meminta maaf kepada sang penjual terlebih dahulu. Kemudian membantu Jimin untuk pergi dari stand. Karena stand akan ditutup karena jam sudah menunjukkan waktu tengah malam.
5 menit kemudian
Kurebahkan tubuh Jimin yang berat luar biasa di kursi belakang mobil. Ya ampun orang ini benar-benar berat seperti batu! Jimin terus saja meracau tidak jelas saat aku membopongnya menuju mobil. Aku malu dibuatnya.
"Eunraaaa... aku.. aku..." Racaunya lagi. Aku berusaha tidak mendengarnya. Karena aku sedang sibuk menyetir.
"Diamlah! Tuan Jimin jelek! Kau benar-benar menyusahkan!" Jeritku. Efek orang mabuk memang luar biasa. Meracau tanpa henti.
"Eunraaa.. aku.. men...mencintaimu.. jangan lagi bersama bocah ingusan itu.."
Deg!
Apa yang ia katakan barusan? Mencintaiku? Ah dia sedang mabuk. Pasti dia mengada-ada. Orang sedang mabuk itu pembual.
"Aku.. ingin.. cepat-cepat menikah denganmu.. Eunraa.. dan aku ingin memperlihatkan absku padamu.." Racaunya lagi sambil tertawa.
"Apa?! Dasar gila!!" Umpatku. Mungkin dia sedang tidak mendengarnya sekarang.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro