chapter 5
Dinda dan Sabda menghampiri Dara yang baru saja memasuki ruangan dengan wajah lesu. "Lo diapain sama mas Rio?" tanya Dinda.
"Cuma presentasi ulang. Ada beberapa pertanyaan dia yang harus gue jawab juga," jawab Dara seadanya.
Rio memang memintanya presentasi ulang karena pria itu mengaku tidak mendengarkan selama meeting berlangsung. Dan sebelum Dara benar-benar pergi, pria itu meminta maaf atas sikapnya yang kurang ajar pagi tadi. Harusnya ia lebih bisa mengendalikan emosinya. Juga mengenai pertengkaran mereka semalam di basement, lembur hingga melewati jam makan malam dan Dara sama sekali tidak menyiapkan buah atau apapun pengganti nasi, Rio benar-benar meminta maaf dengan tulus. Dan Dara memaafkannya dengan mudah.
Sabda bernapas lega. "Gue sama mbak Dinda kaget pas Ardi bilang lo ditahan mas Rio di ruang meeting."
Kini, Dara menatap Ardi yang juga menatap ke arahnya.
"Saya takut kamu dimarahin sama mas Rio karena masalah kerjaan, padahal mungkin itu bukan salah kamu," ungkap pria itu. "Beneran nggak ada revisian atau masalah?"
Dara mengangguk. "Tenang guys, gue baik-baik aja kok."
Mereka bernapas lega.
Wanita itu baru menghempaskan bokongnya di kursi saat menyadari ada sebuah paperbag di atas mejanya. Ia melihat sekitar, teman-temannya mulai sibuk dengan pekerjaannya. Dara membukanya dan ada sebuah sticky noted di sana.
Ada buy 1 get 2, selamat makan.
-AM
"AM?" Dara membuka kotak makan di dlamnya, salad buah dengan buah kiwi yang melimpah begitu menggugah nafsu makannya. "Nggak mungkin ini Rio kan? Dia nggak pernah ngasih-ngasih beginian.... Tapi siapa? Cuma Rio yang gue rename AM."
"WIDIHH.... " suara Adiva yang berada di belakangnya mengangetkan Dara. "Dari siapa tuh, Dar?" Suaranya yang cukup keras membuat atensi seluruh ruangan tertuju padanya.
"Nggak tahu."
"Apaan?" Dinda mendorong kursinya mendekat. "Salad buah?"
"Inisialnya AM, tuh," siul Adiva. "Siapa tuh?"
"Mbak Dara punya secret admirer, ya?" goda Rinai.
Dara kontan tertawa. "Nggaklah."
"Yaelah, jangan nggak-nggak, Dar. Lo tahu sendiri anak sini banyak yang naksir sama lo tapi nggak berani deketin," seloroh Adiva.
"Hah? Masa, sih?" Dara mengernyit.
"Idih.... pick me, lo!" seru Dinda dengan jengkel, yang Dara balas dengan tawa.
"Pacar lo kali. Inisial pacar lo kan AM?" celetuk Sabda.
Kali ini Dara menatap teman prianya dengan panik. "Tahu darimana lo?"
Pria itu lantas nyengir. "Gue pernah ngintip pas lo chatingan."
"Sialan! Dasar tukang ngintip!" seru Dara tak terima. Bisa-bisanya si Sabda kepo dengan kisah asmaranya yang menyebalkan itu.
"Wah... jadi pacar lo anak sini juga? Satu gedung sama kita?" Dinda berdecak. "Gila ya, Dar, sedeket ini tapi lo nggak mau ngenalin ke kita-kita. Sejelek apa sih muka cowok lo?"
Adiva dan Sabda tertawa keras, sementara Rinai cekikikan di pojok kubikelnya. Brengsek. Dinda itu apa tidak bisa menahan celetukannya? Lihat saja Ardi, pria itu bahkan menyembunyikan wajahnya yang memerah dan pura-pura tidak terpengaruh dengan candaan temannya, ia mati-matian menahan tawa di seberangnya.
"Bukan gitu, ya!" elaknya. "Cowok gue cakep. Lihat aja nanti, gue kenalin sama kalian." Dara melipat tangan di dada, ia membantah asumsi Dinda yang nyeleneh itu. Dara masih ingat Dinda menuduhnya berpacaran dengan pelatih gymnya di depan Rio dan kini wanita itu justru senang meledek pacarnya yang menurut Dinda jelek itu.
"Kita nggak bakal bully semisal pacar lo emang jelek. Sumpah!" ujar Dinda meyakinkannya.
Dara mendorong kursi wanita itu agar kembali ke tempatnya. Adiva sudah berjalan menuju kursinya sembari menggeleng kepala. Lihat kan, setelah membuat kegaduhan, atasannya justru pergi tanpa merasa bersalah.
"Berisik, ah! Sana kerja lo," titah Dara.
Dinda sudah akan menyahuti lagi, namun Dara segera mendorong punggung wanita itu agar tidak bisa menatapnya. Berhasil. Dinda mengalah dan mulai diam.
Kembali pada salad di mejanya, daripada mubazir lebih baik Dara nikmati saja salad itu sembari bekerja. Toh, kalau pun memang benar ini dari Rio, Dara justru merasa bersyukur karena pria itu tahu Dara sangat suka buah kiwi.
Satu notifikasi masuk di layar monitornya dari WhatsApp web. Dara memajukan duduknya, buru-buru ia keluar dari laman web itu sebelum teman-temannya memergokinya lagi. Mulai hari ini Dara harus lebih berhati-hati kalau tidak mau Rio marah padanya.
AM
Makan siang sama aku.
✨
Mobil yang Rio kendarai berhenti di salah satu restoran yang lumayan jauh dari kantor. Pria itu menggenggam jemari Dara dengan lembut. Rio sudah melakukan reservasi, jadi mereka tinggal menunggu makanan datang.
Dara masih kebingungan dengan perilaku pacarnya. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Rio dengan berani mengajaknya makan siang. Mereka bahkan sempat bertemu dengan rekan yang lain saat memasuki elevator. Katanya, tidak akan ada yang curiga karena mereka sekarang satu tim. Halah... orang lain mungkin tidak menyadarinya karena kemarin Dara pulang bersama Ardi, tadi pagi gosipnya mereka sedang dekat, tapi Ardi jelas akan curiga karena kalau ini masalah proyek, pria itu harusnya ikut serta.
"Hari ini ada jadwal nge-gym?" tanya Rio.
"Nggak. Aku mau lembur beresin revisian." Dara mengecek ponselnya yang mendapati pesan dari grup teman-temannya.
[Jongos Diva]
Adinda Lattea
Daraaa, lu kemaneee.
Serius lo gak ikut makan naspad? Ardi udah nggak sabar nyicip ayam goreng kremes Uda Jefri.
Sabda Manggala
Gue curiga mbak Dara langsung ketemu cowoknya grgr kita katain jelek tadi pagi.
Adinda Lattea
HAHAHAHAHA.
Ngadu apa lo, Dar?
Sandara Hessa
Sorry gue ada urusan mendadak.
Sabda Manggala
Halah, halah.
Sandara Hessa
Selamat menikmati ayam kremes Uda Jefri, Ardi.
Next time gue ikut.
Tak lama waiters mengantarkan makanan, kemudian mereka mulai makan siang..
"Siapa?" Rio melirik sang kekasih sekilas sebelum sibuk menyuapi bebek bakar ke dalam mulutnya.
"Anak Interior. Biasa. Nanyain makan di mana." Dara menyimpan kembali ponselnya di atas meja saat sebuah pesan dari kakaknya masuk lewat notifikasi.
Rio hanya mengangguk. Ia membahas bagaimana sibuknya hari-harinya dengan proyek besar mereka kali ini dan akan melakukan survei lapangan beberapa hari ke depan. Rio juga sempat menceritakan proyek baru yang konon katanya akan ia ambil setelah proyek ini selesai.
"Oh, iya, besok kamu lowong nggak? Nonton, yuk." ajak pria itu.
"Nonton apa?"
"Ada film baru di bioskop, Cinta di Rumah Tetangga. Romance komedi."
Wanita itu membuka ponselnya, kemudian mencari tahu film yang dimaksud Rio. Ia mengangguk. "Yang main Karissa?"
"Iya. Kamu kenal?"
Dara mengangguk. "Dulu kan sempet rame gara-gara pak Raka pacaran sama Karissa Malik. Aku sama yang lain jadi tahu kalo dia juga masuk ke perfilman."
Dua tahun lalu kabar Karissa Malik dengan Raka—CEO DirgarsiTeam—berpacaran menghebohkan seisi kantor. Karena saat itu Rissa sedang naik daun dan mulai masuk ke dunia perfilman Indonesia. Namanya bukan hanya dikenal sebagai model brand ternama, tapi juga aktris pendatang baru populer dengan tokoh antagonis yang diperankannya. Lalu, hampir satu tahun lalu hubungan mereka putus dan tak lama Raka menikah dengan mantan pacarnya semasa SMA.
Dari kabar yang terdengar, Raka memang tidak bisa lepas dengan mantannya yang satu itu. Namanya Tara. Mantan wedding designer dari butik ternama yang sudah punya banyak cabang di seluruh di Indonesia. Kalau jadi Raka, Dara pun akan sulit memilih wanita mana yang akan ia nikahi. Karena Dara akui istri bos besarnya itu sangat cantik dan berbakat dalam bidangnya. Jadi, kalau harus memilih Karissa atau Tara, Raka memang wajar dilema.
Dan setelah itu, Dara tidak lagi tahu kabar Karissa Malik. Dinda sebagai teman ghibahnya pun tidak mau lagi membahas wanita itu meskipun Dara pancing. Katanya, demi menjaga perasaan Tara. Jadi, cukup lama Dara melupakan eksistensi aktris terkenal itu, ia pun akhirnya mengiyakan ajakan Rio.
"Mauuu." Dara mengangguk antusias. "Aku udah lama nggak nonton film dia."
"Wah... harusnya aku ajak kamu ke gala priemier-nya Minggu lalu," gumam Rio.
"Kamu ke sana?"
"Nggak. Aku bilang lagi sibuk di kantor jadi nggak sempat buat ikut."
"Kamu kenal dekat sama dia?"
"Iya. Kami teman dekat. Nanti aku kasih tahu Rissa kalau teman kantorku suka sama dia," katanya. Ia tidak menyadari senyum Dara pudar setelah kalimatnya berakhir.
"Teman, ya?" Dara menyembunyikan wajahnya dengan kembali fokus pada makan siangnya. Rio benar-benar tidak memberitahu siapa pun tentang hubungan mereka. Sungguh miris.
"Nanti seperti biasa, aku tunggu di basement."
"Pacaran takut ketahuan orang itu gimana maksudnya, sih? Aku bukan buronan BNN, mukaku bahkan nggak ada tampang kriminal, dan—"
"Dara...."
Wanita itu menggeleng. "Aku masih nggak ngerti kenapa mas Rio keukeuh mau backstreet."
"Kita nggak perlu ngasih tahu semua orang tentang hubungan ini. Mereka akan tahu dengan sendiri kalau waktunya udah tepat." Alasan itu lagi.
Dara sangat hafal dengan alasan klise itu. Acap kali ia protes, Rio akan menggunakan kata-kata mutiara tersebut entah untuk tujuan apa. Namun, sebagai wanita tentu ia ingin menunjukkan pasangannya ke banyak orang kalau mereka terlihat bahagia. Sayangnya, hal remeh semacam itu hanya akan menjadi pertengkaran untuk mereka.
"Kamu mau nyobain kimchi punyaku? Ini pedes banget." Dengan lihai pria itu mengusap pelipis Dara yang berkeringat, mencoba mengalihkan pikiran sang wanita agar tidak berburuk sangka lebih dalam.
***
Maaf bangettt donat telat update 🙏😔 tiap pulang kerja selalu ketiduran dan ga sempet update huhuuu, hari ini akhirnya sempet jugak.
Jangan lupa vote + komen yaww 🌟💬
07/12/24
♡ donat
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro