Chapter 2
Dara baru selesai meeting dengan timnya untuk proyek baru pembangunan resort di Sumba saat ruangannya ramai. Ia melangkah dengan penasaran melihat beberapa orang berkumpul di meja Adiva dengan berisik. "Hai, guys, Dara baru keluar dari neraka!" Seruannya membuat atensi mereka beralih.
Dinda menarik temannya dengan gesit sebelum Dara sempat mendudukkan bokongnya di kursi. "Ada member baru, Dar!"
Wanita dengan blouse hitam itu baru menyadari alasan ruangan mereka berisik. Ada anggota baru seperti kata Dinda kemarin. "Oh, hai! Gue Sandara, salam kenal." Ia mengulurkan tangannya pada pria tinggi dengan senyum manis yang berdiri di samping Adiva.
"Halo, saya Ardian. Salam kenal mbak Dara." Ia balas uluran tangan Dara. Telapak tangannya yang besar merangkum seluruh tangan wanita itu dengan hangat.
"Nah, kalian yang akur ya! Ardi ini yang akan gantiin mbak Dias. Gue mau meeting dulu sama bos, Ardi ikut gue dulu. Lo bakal dimasukin timnya mas Rio."
Mereka akhirnya mulai kembali ke kubikel masing-masing, Sabda sempat meminta nomor Ardi untuk dimasukkan ke grup divisi mereka sebelum pria itu mengikuti langkah Adiva. Lalu, Rinai pamit untuk survey ke lapangan bersama beberapa orang di timnya, Sabda juga harus menyiapkan pekerjaannya sebelum nanti siang membuat maket dengan timnya.
"Sumpah, Dar, si Ardian cakep banget, ya! Tadi pas dia dateng sama mbak Diva aura dominannya udah kerasa banget, bikin terpesona!" ungkap Dinda hiperbola. Matanya membulat sempurna dengan antusias. "Dan ternyata dia popcorn!"
"Oh, ya? Berapa tahun, tuh?" Dara mulai tertarik dengan fakta itu. Ia menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Dinda dan mendekatkan kupingnya. Biasanya Dinda sangat suka dengan pria di bawah usianya.
"Masih seumuran Sabda," bisiknya.
"Serius?" Dara melihat Sabda yang tengah serius dengan pekerjaan di balik kubikel, pria itu baru lulus tiga tahun lalu dan langsung bergabung dengan DirgarsiTeam. Namun, Dara tidak melihat sosok brondong pada Ardi saat merasakan hangatnya genggaman pria itu.
"Gue juga kaget. Dia kebetulan baru pindah juga dari Makassar."
Dara mengangguk paham. Pantas saja gaya bicaranya terkesan baku, ternyata dari luar pulau.
"Nanti kita ajakin dia makan siang di nasi Padang yang biasa. Biar dia terbiasa hidup irit di sini. Jakarta biaya makan aja mahal, belom lagi sewa kost, laundry.... banyak, deh!" Wanita berponi itu memegang kepalanya yang berdenyut menyebutkan banyaknya biaya yang harus ia keluarkan setiap bulannya. Seolah kepalanya akan meledak saat itu juga.
"Itu irit apa pelit?!" hardik Dara.
"Irit, Dar! Hemat membuat lo nggak punya hutang pada siapa pun!" sanggahnya dengan cepat. Dinda kemudian berkaca pada layar ponselnya. "Menurut lo, Ardi cakep nggak?"
"Biasa aja," jawab Dara cuek.
Dinda tertawa. "Masa, sih? Yakin nggak kepincut? Dia kayaknya udah naksir tuh sama lo."
"Sok tahuuu!" Wanita itu membalikkan kursinya dan memilih tenggelam di kubikelnya.
"Ihhh, nggak percayaan amat sama gue." Dinda masih merecoki wanita itu dengan menarik pegangan kursi Dara agar kembali menoleh padanya. "Taruhan sama gue, dia pasti bakalan suka!"
Daripada menanggapi ocehan temannya, Dara memilih fokus pada pekerjaannya yang pagi ini menumpuk. Tadi pagi ia dikabari oleh Adiva untuk masuk tim Rio dengan proyek pembangunan resort, yang artinya mereka akan lebih banyak berinteraksi meskipun hanya perihal pekerjaan.
"Dar, sumpah, kalau lo naksir balik, gue hantam ya!"
"In your dream!"
✨
[Jongos Diva]
Sabda Manggala
Welcome to the club @Ardian Mahawira
Ardian Mahawira
Hahaha, thanks bro.
Sabda Manggala
Gue kasih tau rulesnya ya.
1. Jangan ganggu mbak Diva kalo lagi pegang makanan, dia bakal nethink ke orang di sekitarnya kalo makanannya bakal dicuri.
2. Karena lo adalah cowok kedua yang masuk tim ini, lo harus tau satu hal; harus tebel kuping dengerin anak cewek semisal lagi patah hati / jatuh cinta. Mulutnya bakal berbusa tiap kali mereka buka suara.
3. Rinai adalah maknae di sini, anak bontot kesayangan mbak Dinda. Tentunya kesayangan gue juga, ya kan? @Javierina Shalsa jangan ada yang nyakitin Rinai.
Javierina Shalsa
Poin ke 3 jangan didenger ya mas Ardi. Mas Sabda emang suka bercanda.
Adinda Latea
Mampus lo, Sab.
Sabda Manggala
Sumpah Rinai jahat banget. Usaha gue dianggap bercanda. 🥲
Sandara Hessa
Ada yang mau espresso?
Javierina Shalsa
Mbak Dara lupa? Kita kan lagi diet kafein.
Sandara Hessa
Dibeliin mas Rio abis maksi tadi.
Ardian Mahawira
Saya mau.
Sandara Hessa
Boleh.
Dara menghela napas lega ketika ada yang mau menerima tawaran kopinya. Diliriknya cup kopi di atas meja pantri, katanya Rio membelikan kopi pada seluruh timnya untuk menahan kantuk datang saat sedang sibuk-sibuknya bekerja. Kebetulan Dara sedang mengisi tumblr-nya di water dispenser saat pria itu dan beberapa orang di timnya melintasi pantri. Namun, Rio lupa satu hal, Dara tidak suka kopi.
Ia beranjak dari sana setelah mengisi tumblr, langkahnya terayun menuju ruangannya dengan tak bersemangat. Ya, semenjak Dara dimasukkan ke tim Rio pagi tadi, wanita itu merasa hari-harinya akan berat setelahnya. Bayangkan saja, Rio memintanya backstreet dan ia harus melihat kemesraan pria itu dengan Nadia—anak sipil yang bergabung bersama tim mereka. Usut punya usut, Nadia memang naksir Rio sejak proyek mereka sebelumnya. Dan semua orang mendukung mereka.
Dara menyimpan kopinya di meja Ardi. "Masih panas kok, Di," katanya.
"Wah... makasih ya, mbak Dara. Saya belum sempat beli kopi tadi." Pria itu tersenyum ramah padanya.
Ia mengangguk. "Kalau mau beli kopi bisa nitip pak Udin, Di. Biasanya dia sekalian beli kopi buat divisi lain ke bawah."
"Oke, noted."
"Yang lain pada ke mana?" tanyanya melihat ruangan ini hanya tersisa Ardi dan Diva saja.
"Mbak Dinda baru keluar mau meeting, Rinai ke bawah ambil Go-food kayaknya tadi saya dengar, kalau Sabda dipanggil pak Danang katanya," jelas Ardi kemudian meneguk kopinya. "Ini enak. Kayaknya saya bakal sering beli ini."
"Syukurlah kalau lo suka."
Setelah itu Dara duduk di kursinya, tenggelam di kubikelnya dan sibuk dengan pekerjaan yang tiap hari menyita waktunya. Sesekali ia menopang dagu, melihat layar monitor yang penuh dengan desain.
"Oh, iya, Di, lo masuk tim mas Rio juga kan? Dia ada bilang sesuatu pas kalian ngobrol?" Kubikel mereka yang berhadapan membuat Dara lebih leluasa berbicara dengan pria itu.
Ardi mengangguk. "Saya jadi ikut tim dia dan kerja bantuin mbak Dara buat interior. Dia juga udah ngasih data kebutuhan klien," ia mengangkat dokumen yang diberikan Rio tadi. "Ini saya lagi cek dulu, nanti mau diskusi sama mbak Dara."
"Oh... oke, oke." Wanita itu mengangguk. "By the way, jangan baku banget, di sini santai kok. Nggak usah saya-kamu. Umur kita cuma beda empat tahun." Melihat ekspresi pria itu membuat Dara tertawa. "Kok kaget?"
"Nggak sopan kalau manggil nama, kan mbak Dara lebih senior," katanya meringis. Secara pengalaman dan usia, jelas ia jauh di bawah wanita itu.
"Udah gue bilang santai aja. Panggil nama aja. Jangan baku. Di sini bebas, kok."
Ardi mengangguk. Ia masih tersenyum menatap Dara meskipun wanita itu sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya saat Sabda menghampirinya kemudian berbisik, "Cantik, ya?"
***
Brondongnya Dara keluar nih wkwkwk.
Ardi ini tipe cowok soft spoken ya, di sini masih jaim karena baru hari pertama gatau chapter depan 😂
Vote + komen buat chapter ini jangan lupa 🌟💬
28/11/24
♡ donat
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro