Part 8
Shinta dan Hendra berlari menuju kamar Yona dengan tergopoh-gopoh. Teriakan yang berasal dari kamar Yona membuat mereka berpikir ada sesuatu yang telah terjadi. Bayangan terburuk Shinta jika Yona melemparkan benda tumpul kepada Regan, atau mencekiknya hingga kehabisan napas?
Hendra membuka kunci kamar Yona. Hendra melihat Regan terkapar di ranjang Yona. Shinta terpekik begitupula Hendra.
"Kamu apakan Regan?" tanya Hendra menatap Yona curiga.
"Apa yang Daddy pikirkan? Regan pingsan," ujar Yona menjawab kesalah pahaman yang ada dipikiran Hendra dan Shinta.
Hendra dan Shinta langsung mendekat ke arah Regan, Shinta mengamati wajah Regan.
"Apa yang terjadi Yona, dia punya serangan jantung?" tanya Shinta khawatir terjadi sesuatu pada Regan.
"Mommy, Faddy, apa kita tidak menghubungi dokter keluarga saja?" tanya Yona takut jika ada hal buruk yang bisa saja terjadi pada Regan.
Hendra mengecek denyut nadi dan suhu tubuh Regan.
"Badannya hangat, suhi badan dan nadinya juga normal," ucap Hendra.
"Benarkah?"
Namun mereka terkejut karena tangan Regan menepis tangan Hendra. Yona menutup mulutnya tak percaya, sedangkan Shinta hanya meringis melihat kejadian ajaib dimana ada seseorang yang berani menepis tangan kepala keluarga William.
" Enghh, aku masih ngantuk Bunda. Jangan menggangguku," racau Regan membenarkan posisi tidurnya. Mencari posisi ternyaman di ranjang milik orang lain.
Mereka bertiga saling menatap satu sama lain, jadi maksudnya Regan hanya tertidur?
Shinta terkikik geli, sedangkan Hendra saking kesalnya menepuk lengan Regan yang sudah membuat satu rumahnya dilanda kepanikan.
Kedatangannya ke rumah keluarga William saja sudah membuat mereka bingung. Ditambah lagi jika Regan pingsan di sana, di kamar Yona, berdua dengan Yona. Bisa-bisa keluarga Regan berpikir Yona sudah memperlakukan Regan dengan buruk.
"Dia hanya tidur? Tidak habis pikir Yona dengan lelaki ini," cibir Yona berkacak pinggang.
Shinta langsung menarik tangan Yona dan Hendra untuk keluar dari kamar Yona. Memberikan waktu untuk Regan beristirahat sejenak. Pikir Shinta, mungkin saja Regan sudah tidak tahan dengan kantuk yang menerpanya.
Benar sekali, Regan semalaman meneliti jawaban UTS dari semua mahasiswa yang mengikuti mata kuliah yang dia ampu. Laporan hasil UTS harus segera dia serahkan besok pagi. Belum sempat dia beristirahat di Apartemennya, dia harus mengikuti acara kumpul bersama teman-temannya hingga sekarang.
"Dasar kebo" cibir Yona mengingat bagaimana cara lelaki itu tidur dengan mudahnya.
Bagaimana jika Regan tertidur saat menyetir? Itu bisa sangat membahayakan sekali.
Yona memilih meninggalkan Regan di dalam kamarnya, wanita itu turun ke bawah mengikuti orang tuanya.
"Nak Regan tetap tampan ya meskipun tidur begitu," kikik Shinta membuat Hendra menatapnya malas.
Istrinya yang sudah hidup puluhan tahun memuji lelaki lain di depannya? Sungguh keterlaluan. Yah, walaupun Regan bakal jadi menantunya tapi Hendra tidak suka jika Shinta memuji lelaki lain selain dirinya.
Sudah satu jam berlalu, Yona masih asyik dengan video call-nya dengan temannya di Paris. Mantan rekan kerjanya ketika masih berada di dalam dunia modeling.
Dalam hati Yona, jujur saja wanita itu masih menginginkan kebebesannya lagi. Dia ingin melebarkan sayapnya semakin jauh untuk menyempurnakan kerja kerasnya selama ini. Yona seperti bidadari kehilangan sayapnya jika harus keluar dari pekerjaannya.
Banyak agensi yang menawarkan Yona untuk come back jika Yona ingin kembali lagi ke dunia modeling, namun beban yang telah keluarganya percayakan untuknya tidak bisa dia singkirkan begitu saja. Apalagi dengan ketiadaan kakaknya Marva di Indonesia untuk memperkuat saham mereka di luar negeri, mau tidak mau Yona harus mengisi kekosongan dalam perusahaan keluarganya.
Tapi Yona masih memiliki satu kerjasama lagi dengan pengusaha Indonesia, entah kapan itu. Yona sudah mengantongi izin orang tuanya untuk dunia modelingnya yang terakhir kali.
Yang pasti, Yona akan melakukan yang terbaik untuk semua pekerjaannya. Semua yang diawali dengan kebaikan, akan membawa hasil positiv terhadap pekerjaannya. Itu yang Yona yakini sampai saat ini.
Dan keyakinan Yona terbukti benar, apa yang sudah dia niati nyatanya membawa hasil yang maksimal pada dirinya sendiri dan juga pekerjaannya.
Mata Regan mengerjap, aroma feminim yang menyapa indera penciumannya membuat lelaki itu menyerngit. Dia menatap kesekeliling ruangan. Ingatannya kembali beberapa jam yang lalu.
"Ini kamar Yona," gumam Regan menatap foto Yona yang tergantung di sana.
Regan mengumpat, bisa-bisanya dia tertidur di kamar Yona. Apalagi mengingat dia tertidur tiba-tiba pasti menjadi alasan baru bagi Yona mengolok-ngolok kebiasaan konyolnya yang bisa tiba-tiba tertidur seperti orang pingsan.
Tubuh Regan menggeliat, Regan terdiam menatap langit-langit kamar Yona. Kamar Yona sangat nyaman untuk dia tempati. Regan mengelus bantal Yona, disanalah Yona tertidur pulas setiap harinya.
Entah apa yang ada dalam benar Regan, lelaki itu tersenyum membayangkan jika dia tidur bersama Yona disana. Mungkin saja itu akan menjadi kenyataan ketika Yona menerima perjodohan itu lagi.
Tapi bagaimana cara Regan untuk meluluhkan keras kepalanya Yona. Dengan bungakah? Atau mungkin perhiasan?
Bunga sering kali Yona dapatkan dari fans-fansnya, dan untuk perhiasan mungkin Yona memiliki banyak koleksi sampai saat ini.
"Atau aku berikan separuh jiwaku?" kekeh Regan menggelengkan kepalanya yang sedikit bermasalah jika harus membahas tentang Yona.
Regan bangkit menuju walk in closet, mencuci wajahnya pada wastafel di sana. Regan berkaca, namun pemandangan di belakangnya membuat lelaki itu tertawa.
"Apa itu hobbynya?" Regan tersenyum geli melihat bra Yona yang kotor digantung di belakangnya. Bukankah seharusnya baju kotor ditempatkan di keranjang kotor? Kenapa bisa dalaman kotor dipajang berjejer-jejer seperti jemuran baju?
Regan terkekeh geli, Yona memang wanita yang lucu dan unik. Membayangkan wajah Yona yang memerah ketika mengetahui branya diketahui oleh Regan saja sudah menjadi hiburan sendiri bagi Regan.
"Regan? Kamu di dalam?" tanya Yona mengetuk pintu.
Regan membuka pintu walk in closet kamar Yona, lelaki itu tersenyum menatap Yona.
Yona menyerngit, merasakan ada sesuatu yang tidak beres kepada Regan.
"Otakmu konslet ya?" tanya Yona.
Regan tersenyum geli. "Iya konslet, aku baru melihat hiburan paling menghibur di dunia. Pemandangan duniawi."
Pikir Yona, lelaki itu baru saja bermimpi jorok hingga segirang itu.
"Kamu habis anu ya?" tanya Yona menyipitkan matanya.
"Enak aja," keluh Regan menyentil kening Yona hingga wanita itu kesakitan.
Yona mengusap keningnya yang terasa panas. "Aishhh, sakit bodoh!"
"Aku suka yang di dalam sana, si ungu," kekeh Regan mengedipkan matanya kearah Yona.
Regan berjalan keluar dari kamar Yona, sebelum wanita itu sadar akan ucapannya.
''Apa-apaan si ungu? Maksud dia terong?" gumam Yona mencibir perkataan tidak masuk akal dari Regan.
Mata Yona melebar, dia teringat sesuatu.
Di dalam walk in closet? Ungu?
"Aaaaaaaaa, dasar dosen mesummmmmmm sialannnnnnnnn," pekik Yona frustasi.
Regan yang mendengar teriakan Yona hanya terkekeh, menggoda wanita itu sangat menyenangkan dan membuatnya menjadi kecanduan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro