Chapter 36 - Sebuah Cerita
Sesampainya keluarga Tenshouin sampai di rumah mereka, anak sulung dari keluarga Tenshouin terlihat semakin menyipitkan matanya menatap si bungsu. Benar-benar aneh. Eichi jadi dibuat semakin curiga jika tingkah laku [Name] semakin aneh di matanya.
Baru saja mobil mereka berhenti di depan mansion dengan selamat, bisa-bisanya [Name] malah terjungkal ketika baru saja salah satu butler keluarga Tenshouin membukakan pintu mobil untuk [Name]. Bukan hanya itu, wajah [Name] dengan sempurna mencium pintu mansion sebelum salah satu butler berhasil membukakan pintu, belum lagi tiba-tiba saja [Name] terjungkal lagi ketika berjalan di ruang tamu karena lantai yang licin sehabis di pel.
Eichi semakin kasian dan menatap [Name] prihatin. Kalau tidak salah, dari waktu yang jauh di masa lalu [Name] pernah berperilaku seperti ini dengan syarat [Name] harus dibuat salah tingkah terlebih dulu. Pernah saat masih kecil [Name] sampai terjatuh ke selokan dekat rumah sakit akibat dirinya pernah dipuji 'cantik' oleh seseorang.
Lalu siapa yang berani membuat [Name], adik dari Tenshouin Eichi itu sendiri salah tingkah?
Eichi akan memberikan hukuman yang berat jika dirinya tau siapa yang membuat [Name] salah tingkah sampai sekarang saat melihat secara langsung lagi-lagi [Name] terjungkal dari tangga ketika baru menaiki dua anak tangga.
Untung cuma dua.
Eichi lelah dengan kelakuan absurd [Name] hingga harus menyuruh author untuk next saja dari tempat ini, yaitu kita kembali ke sekolah di keesokan harinya.
Terlihat dari depan pintu kelas 2-B, [Name] mematung melihat dan menyadari siapa yang sudah berdiri cukup lama di depan pintu kelasnya sampai [Name] tidak bisa masuk. Rupanya seseorang yang sangat tidak ingin [Name] temui, Suou Tsukasa namanya.
"Ah, akhirnya Onee-sama datang lebih awal ya?"
Ah, sial. Kenapa Tsukasa harus ada di depan pintu kelasnya di pagi buta begini? Padahal [Name] sengaja ingin menghindar yang membuat dirinya bangun pagi.
Bukan menghindar juga sih. [Name] memang sudah terbiasa bangun pagi sejak awal. Jadi dirinya bangun pagi tidak ada hubungannya dengan masalah ini.
"K-kenapa kamu ada ...."
"Aku menjemput Onee-sama. Kebetulan aku juga suka bangun pagi dan berangkat lebih awal."
'Sial, kalo dari awal kebiasaan kami sama gimana aku mau menghindar?' [Name] semakin merasa frustasi dalam batin.
Dengan wajah sumringah, tangan Tsukasa mulai bergerak menggandeng salah satu tangan [Name] lalu ia tarik untuk menuju ke taman bersama-sama.
Awalnya [Name] ingin menolak lagi sambil menarik diri untuk menjauh dari Tsukasa, tapi ia berpikir jika tidak seharusnya ia menghindar. Lagipula tidak seharusnya ia menghindar hanya karena ia malu kalau yang ia asumsikan pada Tsukasa kemarin sangat salah besar. Tidak mungkin juga Tsukasa akan menembaknya juga hari ini seperti beberapa orang kemarin.
Ya sudahlah, [Name] pasrah saja. Dengan begitu ia mau saja dirinya di bawa pergi menjauhi kelas 2-B, padahal [Name] belum menaruh tasnya di kelas.
Tunggu dulu, sepertinya ada seseorang yang melirik mereka daritadi saat ingin pergi dari lokasi. Melirik dimana [Name] merasakan tatapan orang tersebut, rupanya benar saja ada seseorang yang sedang meliriknya saat ini.
"Anu, aku titip tasku ya, Yuzuru? Aku harus pergi sekarang!" Tiba-tiba saja [Name] melempar tasnya pada Yuzuru, pelaku yang sedang menatapnya saat ini dengan perasaan campur aduk layaknya es campur.
Benar, perasaan Yuzuru sangat campur aduk saat ini. Ingin marah dan merasa cemburu, tapi memangnya Yuzuru memiliki status yang lebih dari 'teman' dengan [Name]?
Status bodyguard? Itu malah sama saja Yuzuru hanya sedang bekerja untuk menjaga [Name] agar tetap aman.
Menghela napas untuk menetralisir rasa gundahnya, Yuzuru akhirnya beranjak dari tempatnya berdiri lalu masuk ke kelas. Tak lupa ia menaruh tas di bangku [Name].
Disisi lain, Tsukasa dan [Name] ternyata memang benar-benar pergi ke taman belakang. Mereka masih bergandengan, namun entah kenapa [Name] yang lebih terlihat panik disini. Bahkan tangannya saja sampai basah karena keringat.
'Ng-nggak kan ya? I-ini bukan pernyataan cinta kesekian kali kan?' Batin [Name] masih menatap Tsukasa curiga.
Setelah sampai di taman dan gazebo, tempat dimana mereka bertemu kemarin, Tsukasa mempersilahkan [Name] duduk terlebih dahulu layaknya sang kaisar melayani permaisurinya sebelum dirinya sendiri duduk di seberang [Name].
Makin terlihat gugup saja [Name] ketika dirinya dilayani seperti Yuzuru melayaninya.
"Jadi pertama-tama, I'm sorry karena aku sudah membawa Onee-sama kemari tanpa ijin."
Jeda sebentar seperti ingin memilih kata yang tepat, diamnya Tsukasa malah membuat [Name] semakin berspekulasi liar terhadap situasi yang diciptakan sekarang ini.
"Aku hanya ingin mengetahui cerita lanjutan itu saja. Bisa tolong ceritakan aku kisah itu lagi?"
"..., k-kisah?"
"Yes! Kisah! Maksudku, sebuah cerita masa lalu yang ingin Onee-sama ceritakan padaku. Bisa dibilang, aku ingin tau masa lalu mereka lagi."
Ah, rupanya begitu. [Name] paham sekarang.
Ternyata saat ini dirinya hanya disuruh melanjutkan sebuah kisah masa lalu yang sempat ia gantung sendiri pada Tsukasa dan Tori. Sayangnya Tori sudah lupa dan tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Yah, syukurlah setidaknya [Name] tidak terbebani dengan tatapan berharap layaknya yang sedang Tsukasa lakukan sekarang.
Tunggu, jika memang benar Tsukasa hanya ingin tahu masa lalu Knights, lalu untuk apa selama ini ia selalu salting brutal? Padahal sepertinya Tsukasa tidak pernah berpikir ingin menembak [Name] seperti para lelaki kemarin.
"Ugh, memalukan," gumam [Name] sambil menutup wajahnya dengan salah satu tangan akibat malu. Tsukasa yang melihat hal itu hanya menelengkan kepalanya tanda tak paham.
Memang polos anak yang satu ini.
"Ok, kalau gitu aku lanjut ceritanya."
Berdeham beberapa kali untuk memperbaiki suaranya, akhirnya [Name] kembali membawakan sebuah kisah yang membuat Tsukasa terbayang dengan masa lalu Yumenosaki.
Banyak sampah dimana-mana. Belum lagi beberapa siswanya yang suka sekali nongkrong di beberapa tempat sampai berhasil membuat orang luar berpikir bahwa sekolah Yumenosaki adalah sekolah preman jalanan.
Masih berada di situasi dimana [Name] berada di cafeteria bersama Rei dengan beberapa porsi makanan yang berhasil membuat Rei tercengang kaget.
Kenapa rasanya deja vu sekali?
"W-wah, dari dulu sampai sekarang aku masih tidak terbiasa dengan porsi makanmu yang sangat besar itu, [Name]-chan." Rei berceletuk menatap takut pada beberapa piring yang sudah ditumpuk tinggi oleh [Name] sendiri ketika sudah menghabiskan makanannya.
"Hm? Memangnya kenapa? Senpai nggak mampu bayar?"
"Jelas mampu! Aku cuma merasa asing, bukan berarti aku tidak punya uang untuk mentraktirmu." Entah kenapa Rei sedikit tersinggung.
[Name] hanya ber'oh ria dengan wajah datarnya lalu kembali melanjutkan makannya yang tersisa satu takoyaki.
Berhasil menghabiskan semua makanan yang ada di meja, kali ini [Name] beralih pada minuman berbagai macam rasa dengan tiga gelas besar minuman.
"Pelan-pelan, [Name]-chan. Aku tak akan merebut minumanmu," kata Rei saat melihat cara minum [Name] yang menurutnya rakus sekali sampai satu teguk pun habis satu gelas.
"Bukan itu masalahnya."
Terdiam sebentar karena ingin menghabiskan satu gelas minuman lagi sekali teguk, [Name] mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangan sebelum dirinya berbicara.
"Aku mau menjemput Eichi Nii-chan. Aku takut dia sudah menungguku di depan gerbang."
"Oh, ternyata itu masalahnya." Rei mengangguk paham.
Selesai dengan urusan traktir, tiba-tiba [Name] berdiri dari duduknya lalu seperti beranjak ingin pergi dari cafeteria.
"Oh, ya." Tiba-tiba kaki [Name] kembali lagi ke meja Rei lalu menunjuk salah satu minumannya yang sengaja tidak ia habiskan.
"Karena Rei-senpai sudah mentraktirku, aku juga ingin balas budi. Anggap saja minuman itu aku hadiahkan untuk Senpai."
Dengan cepat [Name] berlari menjauh tak lupa sambil melambaikan tangannya pada Rei. Rei hanya membalas dengan singkat sebelum tatapannya teralihkan pada minuman jus tomat yang masih utuh.
"Kau perhatian sekali, [Name]-chan. Beruntung sekali Tenshouin-kun memiliki adik sepertimu. Aku jadi sedikit iri," ujar Rei sambil menyesap minuman jus tomat yang diberikan [Name].
"Tapi sepertinya Tenshouin-kun sangat tidak bersyukur, mengingat dirinya malah sebentar lagi akan menjadi iblis di sekolah ini. Rasanya aku ingin mengutukmu agar [Name]-chan bisa membencimu selamanya."
.
To be continue ....
1253 word
Resaseki12
Kamis, 20 Juni 2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro