Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 35 - Salting

"Jadi, kau benar-benar meretakan salah satu tiang bangunan yang berada di dekat cafeteria?"

[Name] maunya tidak ingin mengakui perbuatan tercelanya tersebut. Namun ia dengan terpaksa mengangguk. Kasian juga jika harus berdiam diri untuk berbohong disaat sang kakak sedang bertanya padanya.

Iya, saat ini [Name] sudah berpapasan dengan sang kakak, Tenshouin Eichi yang sedang menunggu jemputan berupa mobil limousine. Jangan ditanya, ia selalu diantar jemput menggunakan mobil itu.

Terlihat sekali anak konglomeratnya. Berbeda dengan [Name] yang selalu berjalan kaki untuk pergi dan pulang.

Maka dari itu ia lebih memilih tidur di sekolah atau suatu tempat yang membuatnya nyaman, rumah Kaede misalnya, atau rumah Jun disaat ia masih bersekolah di Reimei.

Ngomong-ngomong soal Reimei, [Name] sudah tidak tahu menahu lagi bagaimana kabar Hiyori dan Jun di ruang latihan. Semoga saja mereka benar-benar berlatih.

Namun berbeda dengan bayangan [Name], rupanya Hiyori, Jun, Yuzuru, dan semua anggota Trickstar masih berada dalam ruangan karena sedang asik bergosip.

Ya, bergosip. Kalian tidak salah baca.

Mereka benar-benar bergosip dengan melingkari meja bundar dan beberapa camilan yang dihidangkan, siap menemani waktu mengobrol mereka. Lihat saja Subaru yang sudah menghabiskan seporsi camilan yang ada disana padahal semua camilan itu dibeli dengan uang Hiyori. Mau tak mau Subaru mendapat tatapan tajam tiap kali tangannya bergerak ingin mengambil camilan.

Dari mereka yang masih bergosip, ternyata Hokuto tidak ikut menimbrung dengan mereka. Terlihat anak baik sih karena tidak bergosip, tapi kenapa ia masih murung di pojok ruang?

Lupakan itu. Mari kita fokus di masa sekarang.

[Name] yang mendapat pertanyaan interogasi dari Eichi disaat dirinya sedang berbaik hati ingin mengakui kesalahan hanya bisa menunduk. Ia tak berani menatap mata Eichi. Padahal [Name] bisa saja tidak mengatakan apapun lalu pulang ke rumah seperti biasa agar tidak diinterogasi seperti ini.

Terlihat lagak Eichi menghela napas dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia sebenarnya sedikit syok [Name] mau laporan padanya tentang perbuatan jeleknya merusak fasilitas sekolah.

Tentu saja Eichi senang, jangan ditanya lagi.

"Lalu kenapa kau melakukan itu? Setiap perbuatan pasti memiliki sebuah alasan, tidak terkecuali dirimu yang tiba-tiba meretakan tiang bangunan dan melapor padaku dengan rasa bersalah seperti sekarang."

Baiklah, apa yang harus [Name] sampaikan untuk sebuah alasan yang sangat meyakinkan tanpa mengatakan ia salting karena mendapat pernyataan cinta keenam kalinya?

Alasannya pasti terdengar sangat konyol jika [Name] menjawab 'ada kecoa yang lewat di tiang bangunan' walaupun [Name] berani dengan kecoa. Memberikan alasan bahwa dirinya ingin melindungi diri disaat dirinya mendapat ciuman mendadak di pipi oleh salah satu murid random pun mustahil. Eichi pasti tidak akan tinggal diam jika tau adik tersayangnya dicium oleh murid yang sudah ia anggap serangga.

"A-aku ... aku marah pada mereka yang membuatku kesal. Maka dari itu aku ingin menggertak mereka dengan meninju tiang bangunan. Y-ya, begitulah." [Name] menjawab dengan mata yang melirik kesana-kemari seperti ingin mencari jawaban.

Menghela napas lelah sambil terkekeh pelan, langkah Eichi perlahan mendekat lalu menepuk kepala [Name]. Disaat begini saja [Name] terlihat seperti adik yang manja bagi Eichi, dan Eichi tidak membenci perasaan bahwa dirinya diandalkan oleh [Name].

"Baiklah aku mengerti, kau tidak perlu merasa bersalah jika hanya karena itu."

"B-benarkah?" Eichi mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan [Name].

Perasaan [Name] membaik seketika. Mengetahui bahwa dirinya tidak disuruh membayar ganti rugi tiang yang dirusak membuat [Name] tersenyum. Lagian bagaimana [Name] harus menggantinya jika dirinya saja masih belum bekerja?

"ONEE-SAMA!!! J-JANGAN PULANG DULU!!!"

Suara itu? Bukankah itu suara Tsukasa?

Dengan cepat [Name] menoleh dan benar saja dirinya mendapati bahwa Tsukasa sedang mengejarnya dari belakang. Eichi yang melihat kejadian itu semakin menyipitkan matanya, tanda bahwa ia tak mengerti dengan alasan apa Tsukasa memanggil [Name].

Berbeda dengan Eichi yang masih bertanya-tanya alasan Tsukasa sampai berlari hanya untuk menyusul [Name], [Name] terlihat yang paling panik disini. Wajahnya sudah mengeluarkan keringat dingin luar biasa.

Apakah ini akan menjadi pernyataan cinta part 7 baginya?

Tidak!!! Dengan cepat [Name] menggeleng kuat tidak ingin membayangkan hal itu. Sudah cukup ia mendapat serangan jantung bertubi-tubi, ia tidak mau mendapat serangan jantung lagi!

"Onee-sama, akhirnya--"

Belum sempat Tsukasa menyelesaikan kalimatnya disaat dirinya berhasil berada dekat dengan [Name], dengan gerakan cepat [Name] langsung menutup mulut Tsukasa dengan tangan kanannya.

"A-ahaha ... W-wah, Tsukasa hebat banget bisa nyusul aku. Ada suatu barang yang aku tinggalkan dan kau ingin mengembalikannya? Wah, Tsukasa baik banget~"

Eichi semakin menyipitkan matanya melihat tingkah laku [Name] yang sangat tidak wajar.

Ya iyalah. Melihat mulut Tsukasa tiba-tiba dibekap lalu [Name] yang selalu berbicara sendiri untuk mengalihkan perhatian sudah cukup membuatnya curiga. Keringat dingin [Name] semakin bercucuran mengetahui maksud dari tatapan Eichi yang terlihat curiga padanya.

Apa yang harus dia lakukan? Masa iya dia harus melepas mulut Tsukasa dan membiarkan dirinya mendapat pernyataan cinta lagi? [Name] tidak tega jika mendadak Tsukasa dikeluarkan dari sekolah hanya karena Tsukasa menyatakan perasaan.

Disaat tangan [Name] masih terlihat membekap kuat mulut Tsukasa, Tsukasa ngeblush sih, tapi bukan itu yang ia pikirkan. Dengan kedua tangannya yang menarik tangan [Name] menjauh dari mulutnya, dengan cepat Tsukasa bergerak untuk mengambil perban di saku celananya lalu membalut tangan kanan -tangan yang digunakan untuk membekap mulutnya barusan- [Name] sampai tertutup sempurna.

Eh? Tunggu, kenapa perban?

Melirik dimana tangannya yang masih diperban, [Name] ber'oh ria ketika menyadari ternyata tangan kanannya masih mengeluarkan darah.

Ternyata daritadi tangan [Name] terluka. Ia bahkan baru sadar juga jam tangannya daritadi sudah berbunyi walau hanya sesekali, tanda bahwa ada anggota tubuhnya yang terluka.

'Astaga, aku baru tau kalau tanganku yang ku buat untuk meninju tiang bangunan terluka. Lagian sudah sangat wajar jika terluka. Gara-gara Tsukasa mengobati lukaku dan membuatku berpusat pada luka di tangan malah semakin terasa sakit saja.' Batin [Name] dengan salah satu tangan bergerak mematikan jam tangan tersebut.

Eichi yang tadinya hanya diam mendadak langsung mendekati mereka berdua. Lagipula kenapa ia baru sadar jika dirinya tidak terpikirkan bisa saja [Name] terluka setelah meninju tiang beton yang dengan mudahnya dibuat retak?

Bodohnya dirimu, Eichi.

"Terima kasih, Tsukasa-kun. Jika kau tidak datang dan menyusul kami tadi, aku mungkin tidak akan pernah sadar tangan [Name]-chan terluka."

"Sama-sama, Tenshouin Onii-sama. Lagipula sudah kewajiban ku juga jika my producer sampai kenapa-napa."

Mendengar percakapan mereka, mendadak [Name] dibuat hanya bisa menunduk malu kali ini. Semua pemikirannya salah besar. Rupanya Tsukasa hanya ingin menolong [Name], bukan sesuatu yang dibayangkan [Name] sampai Tsukasa harus dikeluarkan dari sekolah. Salah satu tangannya bahkan sudah ia gunakan untuk menutup wajahnya agar tidak terlihat memerah walau percuma saja, wajah memerahnya masih terlihat jelas.

"M-makasih, Tsukasa. K-kalau begitu aku pulang dulu."

"Baiklah, hati-hati Onee-sama."

Tanpa mengindahkan pesan dari Tsukasa, [Name] langsung memutar badannya lalu masuk ke dalam limousine yang sudah tiba di depan gerbang sejak Tsukasa menghampiri mereka berdua. Tumben sekali anak itu mau pulang bersama, pikir Eichi yang sudah tersenyum kikuk.

"Sekali lagi terima kasih, Tsukasa-kun. Aku berutang budi padamu."

"Bukan masalah besar, Onii-sama. Aku hanya ingin Onii-sama menyampaikan pesanku saja pada Onee-sama untuk pergi ke gazebo besok hari. Ada yang membuatku interesting dan ingin menanyakan hal itu pada Onee-sama."

Wajah [Name] semakin memerah saja. Ia mendengar semua percakapan Eichi dan Tsukasa yang masih berada di luar mobil.

Yang kali ini pasti [Name] tidak salah. Tsukasa pasti ingin menyatakan perasaan besok. Tidak salah lagi.

Selagi membalas salam perpisahan lalu perlahan memasuki mobil dan duduk di samping [Name], kembalilah ia menelusuri gerak-gerik [Name] yang semakin aneh dimata Eichi.

"Ada apa denganmu, [Name]-cha--"

"T-tidak ada! W-wah, disini panas banget! AC nya kurang kenceng ternyata, hahaha!"

Baiklah, Eichi yakin sekali yang tadi itu sangat dipaksakan. Benar-benar dipaksakan. Pasti ada sesuatu yang membuat Eichi semakin curiga pada [Name]. Pengalihan perhatian [Name] sangat jelek sekali hari ini, padahal dulunya ia jago sekali berbohong di depan Eichi.

.

To be continued ....

1284 word

Resaseki12

Senin, 10 Juni 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro