Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

---> Bonus : Onii-chan

Punten slur bonus nih yak 😭🔫 /woe

.

Natal telah tiba, natal telah tiba~
Hore, hore, hore~

Yang di atas bacanya pakai lagu anak-anak kalau mau.

Kesampingkan hal itu. Seperti yang diketahui, natal telah tiba di daerah kekuasaan Yumenosaki.

Sebenarnya salah juga jika kita menyebut hari ini adalah hari natal. Padahal [Name] saja tengah sibuk bersiap untuk menyambut hari natal seminggu yang akan datang di beberapa lembar kertas dan menjadi sebuah dokumen bersama Tori.

Untuk sekarang, [Name] menyibukkan diri dengan bola salju yang sudah ia gumpal jadi satu hingga bisa membuatnya baring di atas tumpukkan tersebut.

Dimana [Name] melakukannya? Tentu saja awalnya [Name] melakukannya di halaman rumah keluarga Tenshouin lalu beralih ke halaman sekolah Yumenosaki.

[Name] ingin sakit. Maka dari itu [Name] sengaja tidur di tengah salju yang lebat.

'Lebih baik menghadapi musim dingin daripada diri ini meleleh dengan musim panas.'

Wajah, tangan, hingga seluruh tubuh yang tidak tertutupi dengan seragamnya mulai pucat. [Name] merasakan ada suara pijakan dari sisi lain salju yang ia tiduri.

"Anzu?" Gumam [Name] menyebutkan nama seseorang yang melewatinya. "Ngapain dia buru-buru gitu?"

"Chouzai~"

"Gblk, ngapain aku disambut sama orang yang ga mau banget ku temui?"

"Aku dengar itu, jadi bangun sekarang."

[Name] terbangun (yang dipaksa) dengan tarikan tangan Izumi. Seperti biasa, Izumi 'ogah-ogahan' kalau dirinya harus berurusan dengan [Name]-- salah satu orang yang membuat dirinya tidak bisa mendekat dengan Yuu-kun kesayangannya.

Saat ini, Izumi disuruh mencari [Name] kemana [Name] pergi karena kalah janken dengan semua member Knights. Awalnya Tsukasa mau saja disuruh mencari [Name], mengingat dirinya member termuda. Namun karena suatu hal, akhirnya Arashi memutuskan untuk melakukan janken saja-- kecuali Leo karena takut hilang kedua kalinya, sebelum menentukan siapa yang berangkat.

Tak disangka Izumi bisa kalah dari mereka.

"Ngapain kesini?" Tanya [Name] tak berakhlak melirik Izumi.

"Tanyakan sama mereka yang mau kamu dicari."

"Ritsu?"

"Termasuk dia."

[Name] berdecih kesal sebelum dirinya berdiri sempurna lalu berjalan seperti tak terjadi apa-apa meninggalkan Izumi seorang diri.

Izumi yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja merasa kesal. Kalau dirinya diperlakukan seperti ini oleh Yuu-kunnya, sudah pasti ia akan senang dan sukarela mengiyakan.

"Mana ucapan terima kasihmu?"

"Aku kan ga minta dicari."

Perempatan imajiner Izumi keluar. Perlahan namun pasti, perempatan itu menampakkan dirinya di kening.

Berjalan terus berjalan, Izumi masih saja senantiasa mengikuti kemana arah jalan dan tujuan [Name] sekarang. Jika menyesatkan, Izumi tinggal menarik pergelangan tangannya saja dan menyeretnya ke ruang latihan Knights.

"Ngapain ngikutin?"

"Sudah ku bilang kalau aku yang harus mencarimu. Lagipula, aku penasaran kemana arah tujuanmu walau merepotkan."

[Name] masih melirik. Ia kesal dengan Izumi. Seenaknya saja membangunkannya dari tidur panjang di tengah salju yang selama ini ingin [Name] nikmati.

Setelah berbincang sedikit, sampailah mereka di depan pintu ruang OSIS.

Sepi. Tak ada tanda kehidupan di lorong ruang OSIS tersebut. Rasanya, [Name] jadi ingin menyeret para anggota OSIS keluar dan bermain bola salju bersamanya. Kalau untuk bermain bola salju saja, mungkin Eichi akan langsung mengiyakan tanpa bertanya. Biasa, dia ingin menyenangkan hati sang adik walau dirinya harus bengek sekalipun setelah bermain.

"Permisi ...."

[Name] membuka pintu ruang OSIS dengan sangat pelan sesekali melirik seisi ruangan. Izumi juga melakukan hal yang sama.

Rencananya, [Name] ingin menanyakan pada Eichi apakah obat yang ia konsumsi setiap menjelang musim dingin seperti sekarang sudah habis. Sesekali [Name] ingin berbakti pada sang kakak dengan maksud agar sang kakak tidak cepat mati. Pokoknya harus disiksa dulu, baru dimatiin, begitulah pikir [Name].

"E-Eichi Onii-chan."

"Eh?"

[Name] dan Izumi yang mendengar itu terkejut. Awalnya Izumi kira itu suara [Name] yang memanggil Eichi. Tapi nyatanya, malah [Name] yang mengeluarkan kata 'Eh?' barusan. Ia juga terkejut seperti Izumi.

Ia jadi makin penasaran siapakah orang yang sudah berani memanggil Eichi dengan sebutan 'Onii-chan', sebutan yang sering ia gunakan semasa kecil dan satu hari penuh sewaktu Eichi membantu performa Switch.

"Tolong, panggil aku seperti itu lagi."

"K-Kenapa nggak minta tolong pada [Name]-chan aja, E-Eichi Onii-chan?"

[Name] dan Izumi mendengar semua itu dengan jelas sambil mengintip. Di sisi lain, Izumi jadi kasian dengan [Name]. Mengingat sifat [Name] yang masih tergolong kategori tsundere bagi Izumi yang sudah lama memahaminya sejak lama.

"Kasihan sekali dirimu, Kuso gaki."

"Siapa yang Senpai sebut 'Kuso gaki' itu?!"

Tentu saja saat ini [Name] dan Izumi berbicara dengan cara berbisik. Mereka tidak ingin orang dalam sampai tau apa yang mereka bisikkan. Padahal Keito sudah ada tepat di belakang mereka.

'Apa yang mereka bicarakan?' begitulah pikir Keito sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Bagus sekali, Anzu-chan. Aku akan melayanimu-- Tidak, ku harap kau menganggapku sebagai kakakmu. Benar, akulah kakakmu, Anzu-chan--"

"TIDAK!!!"

Brak!

Dengan bunyi dobrakan pintu sebagai pengiring, [Name] berteriak. Menolak keras apa yang sudah Eichi pikirkan.

[Name] tidak ingin mempunyai kakak angkat, apalagi kakak angkatnya adalah Anzu. Walau [Name] juga penasaran bagaimana rupa adik laki-laki Anzu, tapi [Name] akan menolak keras bagi siapapun yang akan menjadi saudara Tenshouin.

"[Name]-chan?"

Eichi dan Anzu bergumam berbarengan melihat kemunculan dengan teriakan penolakan [Name].

Ou-sama atau yang biasa dikenal dengan nama Tsukinaga Leo pun muncul dari balik jendela. Seperti biasa, ia tertawa begitu keras sebelum akhirnya menampakkan diri. Tatapan Izumi yang melihat Ou-sama mereka berkeliaran seperti biasa saja sudah membulat begitu sempurna.

"[Name], akhirnya kau datang! Padahal aku pikir, aku yang akan bertindak kali ini untuk mencegah mereka sebagai rasa balas budiku terhadapmu."

Terharu sih ketika didengar, tapi kali ini [Name] nggak bisa terharu karena pikirannya masih terus berpikir bahwa semua ini hanyalah mimpi.

"Izumi-senpai, coba pukul aku. Aku harus memastikan apa ini mimpi atau bukan."

Plak!

Semua mata terbelalak melihat pukulan Izumi untuk kepala mulus [Name] yang harusnya dirasa sakit. Memang [Name] tidak menunjukkan rasa sakitnya. Tapi kalau dirinya sudah dipukul menggunakan papan yang biasa digunakan untuk ujian di negara +62 ini dari tangan Keito, pasti rasanya akan sangat sakit. Alat pengukur rasa sakit milik [Name] saja sampai berbunyi beberapa kali.

"Senpai sengaja ya?!"

"Katanya minta dipukul."

'Tapi ya liat-liat juga lah! Aku jadi ngerasa pusing!'

"[Name]-chan, kamu gapapa?!"

Seperti biasa, Eichi yang lebih dulu merasa panik melihat [Name] memegang kepalanya ketika dipukul. Eichi yakin [Name] merasakan rasa pusing ketika dipukul tadi. Harusnya ia menjatuhkan hukuman pada Izumi karena sudah berbuat lancang terhadap adik dari keluarga Tenshouin?

"Oke, biar ku perjelas aja sekarang sebelum aku pergi."

Menarik napas perlahan lalu menghembuskannya, [Name] mulai menyusun setiap kata di otaknya sebelum ia ucapkan.

"AKU GA AKAN PERNAH NERIMA DIA SEBAGAI SAUDARAKU!"

Sambil berteriak keras, [Name] menunjuk-nunjuk Anzu berada dengan kesal.

"Padahal kalau Anzu-chan mau menjadi adikku juga bagus bagiku--"

"GA AKAN! POKOKNYA NGGAK! KALAU EICHI-NII MASIH MAU MASUKIN DIA DALAM KK KELUARGA TENSHOUIN, AKU YANG NYORET NAMA KK KU DARI KELUARGA TENSHOUIN!"

Sifat barbar [Name] mulai keluar. Sambil mencak-mencak [Name] menolak keras pernyataan Eichi sebelum dirinya pergi menjauh meninggalkan Izumi yang sudah menatap [Name] dengan tatapan death glare. Ia tidak ingin dirinya harusnya capek-capek mencari [Name] lagi. Harusnya Izumi seret saja langsung saat menemukannya di tengah tumpukan salju.

"Kaichou-sama, ada apa ini?" Yuzuru pun bertanya dari balik pintu. Dirinya juga baru datang, jadi ia tidak tau betul permasalahan apa yang Eichi buat hingga [Name] harus berlarian di koridor sekolah.

"Sepertinya [Name]-chan tak sengaja mendengar panggilan Anzu-chan yang memanggilku sebagai 'Onii-chan'nya. Salahku juga sih karena meminta hal yang harusnya dilakukan adikku seorang."

"..., apa benar hanya itu saja?"

"Memangnya kenapa, Yuzuru?"

"Maaf jika saya lancang. Tapi sepertinya, saya tidak sengaja mendengar [Name]-sama mengatakan 'aku tidak ingin punya kakak ipar' saat berlari."

Bagaikan petir di siang bolong. Suara bolpin jatuh, cangkir jatuh, dan kacamata retak menjadi melodi pengiring dan membuat keadaan mereka seperti sebuah sinetron jadul. Mereka semua dalam ruangan OSIS, termasuk Izumi dan Keito, tak percaya dengan apa yang mereka dengar.

Bisa-bisanya dengan seenaknya [Name] memikirkan hal seperti itu.

Lihat saja wajah Anzu yang semakin memerah karena menanggung rasa malu mendengar pernyataan Yuzuru. Eichi juga merasa ada suatu hal yang salah.

Bolehlah kalau Anzu dianggap sebagai sebagai 'saudara'. Tapi kalau Anzu sudah dianggap sebagai 'kakak ipar' oleh [Name], Eichi harus meluruskan masalah ini sesegera mungkin.

"Yuzuru, tolong tangkap [Name]-chan segera."

"Dimengerti, Kaichou-sama."

Yuzuru menitipkan dulu barang-barang yang selama ini ia bawa pada Izumi sebelum melesat cepat mengejar [Name]. Untuk kesekian kalinya Izumi mengeluarkan perempatan imajiner karena kesal dirinya dimanfaatkan.

"Eichi, kau yakin hal ini akan baik-baik saja?" Keito bertanya saat Eichi melaluinya dari balik pintu ruang OSIS.

"Kenapa kau menanyakan hal itu? Tentu saja hal ini tidak baik-baik saja selagi [Name]-chan masih berpikir Anzu-chan adalah 'kakak ipar'."

"B-Bukan itu maksudku, tapi ...."

Keito tidak jadi melanjutkan untuk bertanya. Ia sudah paham betul bagaimana jadinya setelah ini.

Setelah Eichi menuruni beberapa tangga yang ditemani dengan Keito, mata mereka membulat lagi dan menatap horor di beberapa tempat saat melihat keadaan sekolah Yumenosaki tidak seperti sebelumnya yang begitu damai.

Murid-murid pada berteriak lantang dengan memainkan beberapa alat untuk memicu keributan, membuat mercon air yang diisi cat warna-warni hingga langit sekitarnya berwarna pelangi, hingga sampai beberapa kertas panjang nan besar tergantung di salah satu bangunan bertuliskan '[Name]-chan gak mau punya kakak ipar!' dengan hurup besar.

Anzu yang melihat itu saja berpikir bahwa suasana sekarang ini sudah seperti dirinya yang menjadi pemberontak di sekolah sebelumnya. Bedanya, Anzu tidak terlalu sebarbar [Name] untuk menyuruh beberapa para muridnya berani memecahkan jendela kaca dan mewarnai tembok sekolah.

Hampir saja Eichi dibuat pingsan jika Keito tidak sigap menolongnya.

"P-Padahal baru ditinggal sebentar ...." Eichi bergumam tak percaya yang disusul dengan lirikan Keito.

'Untuk inilah aku tidak ingin mengurus [Name]. [Name] terlalu berbahaya di sekolah ini.' Keito membatin.

"Saya mendapatkannya, Kaichou-sama."

Yuzuru datang dengan membawa [Name] yang sudah diikat dengan tali tambang. Sepertinya memang harus begini ketika sudah berurusan dengan [Name].

"Lepasin! Aku gak akan selesai kalau Eichi-nii masih mau ngangkat dia jadi kakak iparku!"

"Sudah saya bilang itu hanya kesalahpahaman, [Name]-sama."

Kasian sih kalau Eichi yang melihat [Name]. Tapi demi kebaikan juga, [Name] memang harus diikat agar tidak mudah lari dan menimbulkan masalah lainnya lagi.

"[Name]-chan."

[Name] menoleh mendengar namanya dipanggil. Yang namanya Tenshouin [Name], rasa ingin meminta maaf pasti dalam sekejap langsung menghilang begitu saja entah kemana. Wajahnya juga tidak menunjukkan rasa berdosa sedikitpun.

"Karena aku menang karena sudah berhasil menangkapmu, bagaimana kalau kau mulai dari sekarang memanggilku dengan sebutan 'Onii-chan'?"

"Cih, mainnya curang minta tolong sama Yuzuru."

Ini hanya flashback masa lalu mereka sebelum [Name] tidak memanggil dirinya dengan sebutan 'Nii-chan' lagi seperti biasa.

Sebelumnya karena [Name] kuat berlari, [Name] pernah menawarkan suatu hal pada Eichi. Jika Eichi berhasil mengejar dan menangkapnya, [Name] berjanji akan memanggilnya dengan sebutan 'Nii-chan' lagi selamanya. Kalau Eichi tidak berhasil, mau tidak mau Eichi harus rela dirinya dipanggil dengan sebutan 'Eichi-nii'.

Sebenarnya kedua panggilan itu sama saja artinya. Tapi bagi Eichi, panggilan yang lebih berkesan hanyalah panggilan 'Nii-chan' saja.

Untuk itu Eichi meminta Anzu memanggil dirinya dengan sebutan 'Onii-chan', karena pada saat itu Eichi telah membayangkan [Name] dalam diri Anzu.

"Panggil aku dengan sebutan 'Nii-chan' seperti sebelumnya sebelum aku meminta Anzu-chan melakukan hal yang sama--"

"Iya iya!"

Eichi sedikit terkekeh melihat sifat [Name] yang tidak ingin disaingi dalam hal ini. Maksudnya dalam hal menyayangi. [Name] tidak ingin rasa sayang Eichi pudar lalu berpindah ke Anzu.

Yuzuru mulai melepas tali yang mengikat [Name]. Ia yakin [Name] tidak akan kabur kali ini.

"N-Nii-chan."

"Hmm? Aku tidak mendengarmu, [Name]-chan."

"Nii-chan."

"Lagi, lebih keras lagi."

"Nii-chan, baka!"

Dengan sigap, Eichi memeluk [Name] dalam dekapannya. Disisi lain sih dirinya sudah tidak kuat menahan diri untuk terus berdiri di tengah musim dingin. Ia hanya beralasan memeluk supaya bisa rehat sejenak.

"Harusnya dari awal kau memanggilku seperti itu saja, [Name]-chan. Kenapa kau mengubah panggilanku begitu saja?"

"H-Habisnya, a-aku kesal sama Eichi-- Nii-chan. Pakai cara kotor biar keliatan kotor diluar."

"Mau gimana lagi? Waktuku nggak banyak, [Name]-cha--"

"Banyak kok! Banyak banget malah! Kan ada aku! Biar aku yang lindungin Nii-chan dari segala macam bahaya!"

"Tapi, aku juga nggak minta dilindungi terus-menerus olehmu."

Air mata [Name] mulai mengalir. Rasanya ingin lebih membenci kakaknya lagi, namun tidak bisa. Seperti apa yang dikatakan beberapa Gokijin padanya, sebenarnya Eichi tidak salah, hanya caranya saja yang membuatnya salah.

Tangannya bergetar ingin memeluk sambil menangis sesenggukan.

"K-Kenapa, Nii-chan ngelakuin itu semua? Aku nggak minta perdamaian dengan cara singkat tau!"

Yang [Name] maksudkan disini adalah cara Eichi untuk mewujudkan perdamaian sekolah di Yumenosaki. Semua yang Eichi lakukan untuk sekolah ini sebenarnya hanya untuk menyambut kedatangan [Name] seorang agar [Name] ingin dipindahkan ke sekolah yang sama dengannya.

[Name] juga sudah tau itu semua.

"Kali ini, biarin aku nolongin Nii-chan. Aku ... juga mau berguna untuk Nii-chan."

"Baiklah. Aku akan mengajarimu pelan-pelan setelah ini."

Sambil menepuk dan mengusap pelan kepala [Name], Eichi masih bisa tersenyum dimana dirinya sudah mencapai masa kritis karena penyakitnya kambuh. Namun kali ini dengan rasa kehangatan [Name] pun, penyakit Eichi bisa sedikit demi sedikit disangkal olehnya agar tidak mengganggu adegan yang mengharukan.

Walau perlu diingat juga bahwa di belakang mereka saat ini para murid masih melakukan keonaran mereka.

Keluarga Tenshouin memang beda. Dalam keadaan sekolah yang seperti itu, bisa-bisanya mereka masih bisa menciptakan suasana yang mengharukan. Bahkan beberapa orang yang ada di dekat mereka juga merasa tersentuh dengan kedekatan kedua orang ini.

.

To be continue ....

Punten ya, ini cuma bonus walau TBC. Chapter bonusnya masih nyambung sama beberapa chapter kedepan nantinya, makanya ku buat TBC.

Oh iya, bedanya Bonus sama Chapter biasa disini tuh karena chapter biasa ngikutin alur banget dan butuh target vote biar saya semangat ngerjainnya. Kalau bonus mah serah wae alurnya mau yang mana plus ga ada target vote karna emang random sekaligus melengkapi cerita.

AKU LUPA KASI TAU HUHU...
Sebenernya ini req dari MOONESTHER04 kalau gak salah. Dia minta dibikinin chap bonus~

2294 word

Resaseki12

Selasa, 02 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro