[5]
(Name) menghela napas panjang, setelah berhasil masuk ke apartemen mereka serta melepas heels-nya dan sepatu Chuuya.
Perlahan mata Chuuya terbuka, dan dia berkedip beberapa kali saat melihat rambut (h/c) di sekitar wajahnya, dan saat itu juga dia menyadari kalau (Name) sedang menggendongnya.
"(Name) ...?"
(Name) menoleh ke arah Chuuya, kemudian kembali fokus ke depan, berjalan menuju kamar tidur mereka berdua.
"Sial, kepalaku pusing," gumam Chuuya.
(Name) kembali menghela napas, mereka sudah sampai di kamar mereka.
"(Name), ambilkan aku air—"
Tangan Chuuya terangkat, dan iris (e/c) (Name) melebar saat dia merasakan tubuhnya melayang dan dapat (Name) lihat di sekitar tubuhnya dikelilingi cahaya merah,
Kini pegangan (Name) pada Chuuya terlepas—dan kedua orang itu melayang di langit-langit kamar tidur mereka.
(Name) membuka mulutnya, tapi kemudian dia merasa pusing—saat itu juga (Name) teringat bahwa dia hampir mencapai batas kekuatannya untuk menggunakan kemampuannya, serta efek wine yang dia minum memperburuk keadaan.
"Hm, kenapa kita melayang? Apa kau menggunakan kemampuanmu, (Name)?" tanya Chuuya.
—Lalu Chuuya masih mabuk dan setengah sadar.
Kemudian Chuuya mengayunkan jarinya, membuat tubuh (Name) melayang ke atas kasur.
"Oh, ini kemampuanku ternyata," ucap Chuuya dengan santai melayang ke atas (Name).
(Name) berkedip beberapa kali, tampak heran dengan Chuuya. Namun tiba-tiba Chuuya mendaratkan wajahnya ke atas dada (Name)—membuat pipi perempuan itu memerah.
"Hehe, bantal yang cocok untuk tidur~" ucap Chuuya memeluk tubuh (Name) dengan erat.
Wajah (Name) semakin merah, dan saat itulah tangannya terangkat dan dia melakukan karate chop pada Chuuya, cukup kuat hingga membuat laki-laki itu kehilangan kesadaran dan membuat mereka berdua mendarat di atas kasur.
(Name) sedikit meringis saat tubuh Chuuya menimpa tubuhnya, tapi itu hanya berlangsung sesaat sebelum akhirnya (Name) kembali mendengar dengkuran pelan yang berasal dari Chuuya.
Perempuan itu menghela napas lega, kemudian mengambil topi Chuuya dan meletakkannya di meja kecil yang ada di tepi kasur, kemudian melepas jaket yang dari dulu tak pernah Chuuya gunakan dengan benar dan meletakkannya di lantai. Lalu (Name) berusaha untuk bangkit, namun hasilnya nihil—walaupun tak sadarkan diri, pelukan Chuuya memanglah tidak main-main.
(Name) menggeleng pelan saat melihat Chuuya cengengesan sambil mengusapkan pipinya ke dada (Name). Tangan (Name) terangkat, kemudian kembali melakukan karate chop pada Chuuya, namun lebih pelan—lalu (Name) mengelus rambut Chuuya.
"Bakahara Chuuya, jangan tidur seenaknya."
Namun sebuah senyum terukir di wajah (Name) sebelum akhirnya dia terlelap dengan membalas pelukan Chuuya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro