Aku sangat senang ketika …

_________,,,___________

Sepertinya sifat tidak diam Blaze sudah melekat pada dirinya. Ada saja yang membuatnya tertarik dan tergerak.

Contohnya saja sekarang ini. Akhir pekan Blaze main ke rumah (Name).

“Biar gak gabut. Ice kalau hari libur bakalan hibernasi, sudah mirip simulasi mati, aku gak ada teman main,” ucap penyayang ayam itu saat ditanya alasannya.

Rencana nobar Netflix sambil cuddle-an dan ngemil hanya agenda semata, karena saat pertengahan film netra oranye Blaze tanpa sengaja melihat printilan hiasan rambut. Ia ambil benda itu lalu menyuruh (Name) duduk di depannya.

(Name) menurut saja. Sebenarnya tayangan film juga sudah terasa membosankan baginya.

Blaze duduk bersila di sofa dengan setumpuk pita dan ikat rambut di pangkuannya.

“Sini, aku mau buat maha karya.”

Diraihnya rambut (Name), dicium oleh Blaze. “Rambut kamu wangi kayak permen.”

Sang gadis tersipu mendengar pujian kekasihnya. Untung saja tadi pagi dia keramas dulu, tenang (Name) tidak punya kutu, kok. Dia rajin merawat diri.

Blaze mengacak-acak rambut (Name), bereksperimen dengan pita sebagai pengikat rambut. Dikepang, dikuncir kembar, sampai dibuat menara.

Sementara (Name) duduk di lantai, menertawakan kejenakaan Blaze, “Kamu lagi ngapain, sih?”

“Sstt … aku ini ahli sama beginian tau. Kalau Pipi lagi main ke rumah, aku sering menguncir rambutnya.”

“Pipi siapa?” tanya (Name).

Seringai jahil terbit di wajah Blaze, terbesit rencana menjahili (Name). “Perempuan paling imut yang aku kenal. Kenapa? Kamu cemburu?”

“E-enggak, tuh!” elak (Name) dengan cepat.

Meredakan tawa yang sempat lepas Blaze kembali menyahut, “Pipi itu cuma anak tetangga, kok.”

(Name) menutupi wajahnya dengan kedua tangan, malu sebab sempat salah sangka.

“… Aku 'kan enggak tau.”

.

.

• Bonus •

“Blaze, i-ini kok ikatan pitanya gak bisa dilepasin?”

“Waduh ….”

“Kamu pakai simpul mati, ya?!”

“….”

__________,,,__________

… mengusik ketenangan pacarku!