Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ONLY HOPE

***






Aku terduduk di bawah langit senja dengan ke salah satu harapan yang masih ada, dimana aku yang selalu ingin terbangun di pagi hari, di dunia yang fana ini. Aku masih ingin membuka mata serta berbagi kebahagiaan bersama dengan orang-orang tercinta seperti ayah dan ibu, sebelum mata ini telah tiba saatnya untuk benar-benar menutup.


Namaku adalah Hope Simons. Aku adalah gadis berusia 20 tahun yang terus menerus berharap akan adanya keajaiban untuk tetap bertahan.. melawan sebuah keganasan dari penyakit bernamakan Dementia ini. Dulu, aku dikenal sebagai gadis ceria dengan lensa mata hazel yang mampu mencerahkan keadaan sekitar, sebelum semuanya telah berubah menjadi pancaran mata yang meredup. Itulah sekiranya penggambaran yang cukup menyedihkan bagiku. Aku hanya tidak menyangka jika hidup akan terasa sesingkat ini.


Saat ini, aku menuliskan hampir tiga kata secara perlahan untuk sekedar mendeskripsikan rasa takjub yang ku alami ketika mendapati pemandangan indah berwarna jingga di langit sore ini. Aku mencoba untuk menuangkan kata dalam bentuk puisi seperti yang biasa ku lakukan, karena dulu aku memang sempat berpikiran untuk menjadi seorang penyair.


Dahulu, aku memang seseorang yang optimis dan dikenal pintar. Namun sekarang, semuanya sangatlah berubah dimana aku yang telah menjadi seseorang yang pesimis dan lamban dalam berpikir, berbicara mau pun membentuk kosakata dalam berbahasa. Mungkin itu dikarenakan Dementia yang hampir mencapai puncaknya atau dengan kata lain aku perlahan-lahan menuju pada stadium akhir, dimana harapan hidup untukku memanglah sangat kecil bahkan dokter pun sebelumnya telah memvonis mati..


"Nona Hope?" Terdengar suara pengasuhku yang sedari tadi menemani. "Ayo kita pulang.. langit tampaknya sudah mulai gelap" Aku mendengar ucapan sang pengasuh yang berhati-hati. Sepertinya ia hanya takut jika responku akan berlebihan, karena jujur saja semenjak ku mengidap penyakit ini, aku memang menjadi sangat sensitif.


Dan benar saja, rasanya aku sangat ingin menangis ketika menyadari bahwa puisi yang ku buat belum juga tuntas. Itu baru selesai terucap tiga kata dan terasa sungguh menyebalkan. Aku benar-benar tidak bisa marah, maka sikap yang ku tunjukkan sedetik kemudian hanyalah menangis. Sungguh mampu membuat sang pengasuh yang ada disisiku khawatir akan tangisan yang ku pecahkan. Maka, ia hanya bisa memelukku erat untuk sekadar menenangkan diri ini yang terasa kacau.


Sepanjang perjalanan pulang di dalam mobil, aku melanjutkan untuk menulis empat kata seterusnya yang tadi hendak ku tulis di sebuah taman saat sore. Entah mengapa, empat kata itu malah tertulis Aku Cinta Ibu Ayah, bukannya menggambarkan suasana keindahan langit sore. Aku memang sempat bingung dengan itu, namun aku kembali menyadarkan diri bahwa inilah aku yang sekarang, aku hanyalah sosok gadis yang idiot.. berbicara dan menulis pun aku sungguh tidak sanggup..


Ketika langit telah sepenuhnya kelam, aku bersama dengan ayah dan ibu baru saja selesai melaksanakan makan malam di rumah. Dengan gerakan seadanya dan begitu saja, aku memberikan ibu dan ayah secarik kertas yang mengatakan bahwa aku mencintai mereka berdua. Dan sangat jelas dari tatapan mataku bahwa ayah dan ibu menangis. Aku tidak tahu apa arti dari tangisan itu, namun yang rasanya akan selalu kurindukan adalah pelukan hangat dari mereka berdua dengan kata-kata bahwa mereka juga mencintaiku.. sesaat menangisi isi kertas yang telah ku tulis itu.


Sekarang langit di luar telah terasa semakin mencuat kegelapannya. Aku melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam, dan ini adalah saatnya bagiku untuk tertidur lelap. Maka seperti biasanya, ibu dan ayah memberikan ciuman selamat malam di kening sebelum tidur. Dan ketika itu selesai terjadi, mataku sempat melihat sebuah keadaan dimana ibuku menangis lagi dengan sosok ayah yang merangkul seraya mengelus punggungnya perlahan.. seperti berusaha menenangkan kekalutan hatinya.. sebelum akhirnya kegelapan telah menyertai pandanganku.. bahkan rupanya aku telah tertidur dengan sangat lelap seolah-olah aku benar-benar tidak tahu lagi bagaimana caranya terbangun.


Namun sepertinya itu hanyalah ungkapan keputusasaan dimana aku tidak akan bisa lagi terbangun, karena tampaknya mataku kini berhasil menangkap cahaya dimana aku sungguh telah terbangun dari tidur yang lelap. Aku perlahan berdiri tegap dengan penuh ketakjuban dimana rupanya ku menemukan berbagai keindahan di sekitar, namun sayangnya aku tidak juga menemukan dimana ibu dan ayah berada.


Aku sempat terpekik, dan sedetik kemudian aku merasakan adanya perbedaan yang menimpa diri ini. Aku kembali bisa berbicara layaknya orang normal tanpa penyakit apa pun. Otakku pun rasanya kembali berfungsi dimana aku mampu mengingat sebuah kenangan yang dilakukan ayah dan ibu sebelum tidur. Aku hanya tidak mengira bahwa memori yang terbaca adalah ketika mereka berdua menangis kemudian berkata Ayah dan Ibu juga mencintaimu, Hope sayang.


Dan sesaat kemudian, aku telah mencerna semuanya.. Jadi, inikah rasanya pergi? Meninggalkan dunia yang fana menuju dunia yang kekal? Meninggalkan ibu dan ayahku begitu saja.. hanya karena sebuah penyakit yang pada akhirnya mampu merenggut jiwaku?


Di saat yang sama, rasa sedih dan bahagia bercampur menjadi satu memenuhi batinku. Aku memang bahagia telah berada di alam yang mampu mendekatkan diriku pada Tuhan bahkan terasa semakin dekat. Namun di sisi lain, aku merasa sedih ketika harus meninggalkan ibu dan ayahku di dunia yang fana itu..


Tapi mau bagaimana lagi? Tak semestinya aku menyesali apa yang telah terjadi. Ini semua adalah takdir Tuhan dimana aku yang sekarang telah sepenuhnya menginjak dunia yang kekal abadi ini. Meninggalkan harapan untuk tetap hidup di dunia fana dengan sebuah takdir yang telah menyatakan bahwa harapan memang hanyalah harapan.. karena bagaimanapun juga takdirlah yang tetap akan menentukan segalanya..


Hope tetap akan mencintai Ibu dan Ayah, tak peduli dengan apapun yang telah terjadi. Tak peduli jika dunia kita memang telah berbeda, namun harapan untuk bertemu kembali dengan ibu dan ayah tetaplah masih ada. Ya, selalu.






SELESAI





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro