Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2.1 Berhati - hatilah (1)

Tatapan Wanda menyapu seluruh tamu di sekitarnya. Beberapa menit yang lalu pria yang sah menjadi suaminya mengatakan akan pergi ke toilet sebentar. Tapi waktu yang terus berlalu membuat Wanda bertanya-tanya mengapa Shane begitu lama.

"Wanda."

Wanita dengan rambut coklat gelap itu menoleh. Seketika wajahnya menyunggingkan senyuman tatkala melihat sahabatnya berjalan menghampirinya.

"Maggie. Oh God. Kupikir kau tidak datang." Sapa Wanda dengan penuh semangat.

Wanda membentangkan lengannya menyambut kedatangan wanita yang saat ini mengenakan gaun berwarna biru. Wanita bernama Maggie itu tersenyum pada Wanda dan memeluk wanita itu.

Maggie melepaskan pelukannya. "Mana mungkin aku melewatkan pernikahan sahabatku. Meskipun aku hampir tidak bisa datang."

Wanda memicingkan matanya menatap sahabatnya. "Apa yang terjadi, Maggie? Apakah sangat buruk?"

Maggie menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu khawatir. Hanya saja pesawatku mengalami delay. Karena itu aku cemas akan terlambat datang."

Wanda bernafas lega. "Syukurlah baik-baik saja. Kau sendirian? Di mana Frank?"

Wajah Maggie berubah sedih saat Wanda menyebutkan nama sang suami. Saat itulah Wanda tahu ada yang tidak beres dengan hubungan Maggie dan Frank. Mereka adalah pasangan romantis yang selalu membuat Wanda iri. Bahkan tak pernah sekalipun Wanda melihat pasangan itu terpisah. Mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi. Sehingga tidak heran pernikahan mereka mampu bertahan selama nyaris sepuluh tahun.

Maggie menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jangan sebut nama itu lagi, Wanda. Membuat suasana hatiku menjadi sangat buruk."

Wanda menggenggam tangan sahabatnya. "Ada apa, Maggie? Ceritalah. Kau selalu mendengarkan setiap masalahku. Jadi sekarang aku yang mendengarkan masalahmu."

"Tidak, Wanda. Ini adalah hari yang paling membahagiakan untukmu. Aku tidak mau merusaknya dengan ceritaku yang menyedihkan." Maggie menolak untuk bercerita.

Wanda meraih tangan Maggie dan menggenggamnya. Tatapannya berubah sangat lembut tertuju pada sahabatnya. "Aku justru akan semakin sedih jika kau tidak bercerita, Maggie. Aku hanya akan kepikiran dengan apa yang terjadi padamu. Jadi jauh lebih baik jika kau menceritakannya padaku. Apakah kau bertengkar dengannya?"

Air mata Maggie jatuh membasahi pipinya. Namun wanita itu segera menghapusnya dengan tisu yang sudah dibawanya. "Ini jauh lebih buruk dari itu, Wanda. Frank. Dia... dia berselingkuh dengan wanita lain."

Ekspresi terkejut tercetak di wajah cantik Wanda. Dia tidak menyangka Frank yang tampak sangat mencintai Maggie justru mengkhianati cintanya dan berpaling pada wanita lain.

"Apa kau yakin, Maggie? Kau tidak asal menuduhnya tanpa bukti bukan?" Wanda berpikir mungkin ini hanya kesalahpahaman.

Maggie menggelengkan kepalanya. "Tidak, Wanda. Aku sudah memeriksanya dan menemui wanita itu. Dia... dia adalah cinta pertama Frank."

Wanda menutup mulutnya tak percaya. Kemudian Wanda memeluk sahabatnya untuk menenangkannya. "Aku turut sedih mendengarnya, Maggie. Pasti sangat berat untukmu. Aku bahkan masih tidak percaya Frank tega melakukan hal seperti itu."

Wanita dengan rambut coklat terang ikal itu tersenyum tipis. Kemudian dia melepaskan pelukannya. "Terimakasih, Wanda. Karena kau sudah memasuki dunia pernikahan, kau juga harus waspada dengan apa yang aku alami. Mungkin akan ada orang ketiga dalam hubungan kalian."

Wanda menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak mungkin, Maggie. Aku percaya Shane tidak akan melakukannya."

"Aku bukannya ingin mendoakan yang buruk, Wanda. Hanya saja dulu aku juga berpikir Frank tidak mungkin mengkhianatiku. Dia tampak sangat mencintaiku bahkan setelah bertahun-tahun bersama aku berpikir hanya aku satu-satunya wanita yang ada dalam hatinya. Tapi terkadang godaan berasal dari luar yang membuat para pria tidak lagi berjalan lurus. Tapi aku tetap berharap kau tidak pernah merasakannya. Karena rasanya sangat menyakitkan."

Wanda mengulurkan tangan mengelus lengan Maggie. "Terimakasih, Maggie."

"Jadi di mana pria beruntung yang mendapatkan si Perfect Wanda?" Maggie melihat sekeliling untuk mencari mempelai pria di tengah kerumunan.

Tawa kecil keluar dari mulut Wanda mendengar panggilan itu. "Hentikan panggilan itu, Maggie. Aku benar-benar malu mendengarnya. Shane tadi dia..."

"Aku di sini."

Suara itu membuat Wanda dan Maggie menoleh. Mereka melihat pria yang mengenakan tuxedo pengantin tersenyum pada mereka. Satu lengan pria itu dilingkarkan di bahu Wanda. Bibir pria itu tersenyum menatap istrinya. Tentu saja melihat pria yang dicintainya membuat Wanda tidak bisa menahan senyuman di wajahnya.

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro