Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.2 Rasa Sakit Yang Menyesakkan (2)

Shane melepaskan pelukannya dan mengamati wajah Angie. Dia bisa melihat bekas air mata di pipi wanita itu. Shane tidak ingin menyakiti Angie karena dia sangat mencintai wanita itu. Namun keadaan memaksa pria itu untuk melakukan tindakan yang membuat hati Angie diremas-remas.

"Maafkan aku sudah membuatmu menangis, Sayangku. Tapi kita sudah membicarakan hal ini bukan?" Sesal Shane.

Angie menganggukkan kepalanya. "Aku tahu, Shane. Kupikir aku bisa menghadapinya. Aku selalu berkata dalam hatiku. Meskipun kau menjadi suami Wanda, tapi hanya akulah wanita yang kau cintai. Tapi saat melihat dirimu menggandeng Wanda untuk menemui para tamu, aku merasa iri, Shane. Aku ingin berada dalam balutan gaun pengantin itu, berdiri di sampingmu dan bisa tersenyum senang saat kau mengenalkanku sebagai istrimu. Maafkan aku, Shane." Angie kembali menangis saat dirinya mengeluarkan isi hatinya.

Shane menangkup pipi Angie dan terus mengusap air mata yang jauh ke pipi Angie. Shane menguatkan dirinya sendiri dan berkata jika dia harus segera menyelesaikan masalah ini. Dengan begitu dia bisa menjalani hidup bersama satu-satunya wanita yang dicintainya.

"Kita sudah membicarakan hal ini, Malaikatku. Dan aku juga sudah mengatakan padamu berulang-ulang kali jika aku hanya mencintaimu. Kamu adalah satu-satunya cahaya dalam hidupku. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku berjanji setelah keadaan menjadi lebih baik, aku akan menceraikan Wanda dan akan menikahimu." Shane mengucapkan janji yang begitu manis di telinga Angie.

"Aku tahu kau akan melakukannya. Maafkan aku menjadi begitu lemah dan tidak mempercayaimu. Bisakah kau menciumku, Shane. Aku ingin menyingkirkan jejak bibir Wanda yang telah mencuri bibir ini." Angie mengelus bibir Shane.

Shane tersenyum mendengar permintaan Angie. Bahkan sejak melihat Angie pagi ini di gereja, Shane terus memohon ampun kepada Tuhan karena begitu ingin mencium adik iparnya alih-alih ingin mencium istrinya.

Akhirnya Shane menunduk dan menyapukan bibirnya di atas bibir Angie. Menciumnya seperti orang yang kelaparan. Mengecup, melumat dan memperdalam ciuman mereka. Angie yang merindukan sang kekasih langsung membalas ciuman Shane dengan sama laparnya. Wanita itu mengalungkan lengannya di leher Shane. Seakan tak ingin pria itu untuk berhenti menciumnya.

Lidah pria itu mengelus garis bibir Angie hingga wanita itu membuka diri dan membiarkan pria itu menjelajahi dalam mulutnya. Lidah mereka saling bertaut begitu intim. Membuat tubuh mereka merasakan gairah yang berdesir dalam darah mereka.

Tangan Shane mengelus punggungnya membuat Angie merasa begitu nyaman. Dia tidak perlu dengan dunia di luar kamarnya. Angie ingin bersikap egois. Dan ingin menghentikan waktu mereka. Namun tiba-tiba bayangan wajah sedih Wanda muncul dalam pikirannya dan membuat Angie mendorong Shane.

"Ada apa, Malaikatku? Apakah aku menyakitiku?" tanya Shane bingung melihat sikap adik iparnya.

Angie tersenyum lembut untuk menyembunyikan apa yang mengganggu pikirannya. Dia menggelengkan kepalanya dan menyelinapkan jemarinya di rambut Shane yang lembut. Rambut pria itu terasa seperti sutra yang lembut membuat Angie merasa begitu nyaman saat wanita itu mengelusnya.

"Tidak. Tapi kau harus kembali ke bawah. Ini terlalu beresiko untuk kita, Shane. Banyak orang berkeliling di sekitar rumah ini. Kau bisa ketahuan menyelinap di kamar adik iparmu."

Shane tertawa mendengar kekhawatiran Angie. Meskipun tak ingin meninggalkan Angie dan melepaskan pelukan wanita itu, tapi Shane harus membenarkan ucapan Angie. Ini pesta pernikahannya dengan Wanda. Jika dia menghilang terlalu lama, akan ada banyak orang yang curiga dengan menghilangnya dirinya.

Akhirnya Shane menunduk untuk mengecup sekilas bibir Angie yang manis. "Kau benar. Meskipun tak ingin melepaskanmu, tapi aku harus turun ke bawah. Kumohon jangan menangis lagi. Aku tidak akan sanggup menjalaninya jika kau menyerah padaku."

Angie tersenyum mendengar ucapan pria itu. Akhirnya Angie memeluk pria itu, mengecup bibirnya sekilas, sebelum dia harus melepaskan pria itu sejenak.

"Aku akan berusaha untuk tetap kuat. Aku percaya kau hanya mencintaiku, Shane." Wanita itu meyakinkan kekasih gelapnya.

"Tentu saja aku hanya mencintai dirimu, Malaikatku. Nanti malam jangan kau kunci kamarmu."

Angie melepaskan pelukannya dan menatap Shane bingung. "Mengapa aku tidak boleh mengunci pintu kamarku?"

Bibir Shane menyunggingkan senyuman menggoda. "Karena aku ingin menyelinap ke kamarmu dan memeluk malaikat cantik ini."

"Tapi bagaimana dengan malam pertamamu?"

Shane memicingkan matanya. "Kau pikir aku bisa melakukannya dengan Wanda?"

Angie menggelengkan kepalanya. "Tidak. Dan aku tidak sanggup membayangkannya."

Shane mengelus rambut sang kekasih. "Kau tidak perlu membayangkannya. Karena aku tidak akan bisa melakukannya. Aku hanya akan bercinta dengan wanita yang kucintai."

Angie menyunggingkan senyuman senang. "Aku akan menunggumu malam ini. Sekarang pergilah."

Shane menganggukkan kepalanya. Akhirnya pria itu berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, Shane menoleh dan mengucapkan 'I love you' dengan nada suara kecil. Angie pun membalas ucapan pria itu.

Setelah Shane menghilang dari balik pintu, perasaan Angie jauh lebih baik. Seakan ciuman dan pelukan Shane memberikannya kekuatan. Angie tidak peduli jika hubungan mereka akan disebut affair. Dia hanya ingin menikmati cinta Shane.

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro