
CHAPTER 59: tetap tenang
Setelah beberapa saat....
Rin memutuskan kembali ke starlight academy setelah dirinya melampiaskan kemarahannya dan merasa telah aman dimana tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan dirinya yang mengamuk seorang diri.
Bahkan Rin tidak menggunakan kekuatan spiritual yang selama ini telah membuat dirinya mempunyai kemampuan dari manusia normal bahkan ayahnya telah melatih mengendalikan kekuatan spiritual miliknya agar tidak di salah gunakan bahkan kecerdasan juga memiliki termasuk katagori genius.
Dimana jarang orang yang memilik kecerdasan katagori tersebut, sehingga banyak orang yang menginginkan dirinya untuk melakukan kejahatannya namun Rin tidak akan itu terjadi.
Setelah sampai....
Rin langsung menuju ke asrama untuk beristirahat dari pikirannya yang tidak karuan, dan membutuhkan waktu sendirian.
"Huh.... benar-benar aku tidak bisa berfikir jernih"ucap Rin yang merasa tidak baik
"Rin?"ucap kaede yang melihat dirinya
"Ya ada apa?"ucap Rin
"Kamu habis pulang dari pekerjaanmu"ucap kaede
"Bisa di katakan begitu"ucap Rin
"Rin kamu kenapa?, Sepertinya kamu agak.... tidak baik"ucap kaede
"Aku hanya lelah saja, mungkin akhir-akhir ini aku banyak pekerjaan"ucap Rin
"Ya bisa saja begitu, lebih baik istirahatlah, biar membaik"ucap kaede
"Iya kamu ada benarnya, aku pergi"ucap Rin
"Iya"ucap kaede
Rin pergi dan meninggalkan kaede sendiri namun itu membuat ada tanda tanya pada diri kaede dimana tidak seperti biasanya Rin tampak murung dan tidak ada rasa apapun selain wajah datarnya yang super dingin.
"Hm dia kenapa ya, seperti ada masalah yang terjadi padanya"ucap kaede
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah itu....
Rin tampak terbaring di kasurnya dan menatap sebuah cincin yang dimana dirinya di jodohkan seorang pangeran yang dimana sangat di idamkan oleh kaum hawa namun beda dengan Rin dimana dia tidak tertarik dengan soal cinta terhadap laki-laki, pasalnya dia memang tidak memiliki perasaan apapun, dan selama ini Rin sering menganggap bahwa laki-laki maupun perempuan di anggap sebagai sekedar teman saja dan tidak lebih dari itu.
Rin mengaku sangat kurang baik bahkan dia tidak mencintai Steven, namun saat melihat wajah Steven yang begitu tampan di hiasi senyuman bahagianya dan jelas menandakan bahwa Steven sangat mencintai dirinya namun Rin tidak menganggap hal itu istimewa melainkan hanya sekedar teman saja untuknya.
Namun kenyataannya bahwa Steven sangat bahagia, bahwa dia di jodohkan dengan dirinya yang sudah menjadi idola kaum Adam yang begitu di idamkan bahkan memang jelas epresi Steven sangat senang dengan dirinya bahkan begitu sayang dengan dirinya.
Entah bagaimana dengan dirinya yang tidak ada rasa cinta apapun di dalam hatinya bahkan bagaikan kertas kosong yang telah begitu lama Tampa ada setinta apapun yang tercoret di kertas tersebut.
Dan jelas Rin masih merasa tidak bisa melakukan hal itu, bahkan begitu tidak peduli terhadap apapun dan Rin hanya fokus dengan pekerjaan yang di jalaninya selama hampir bertahun-tahun.
Sampai sekarang sikapnya memang tidak berubah sama sekali dengan khas wajah dinginnya seperti ayahnya yang begitu dingin namun bila bersama dengan keluarga jelas akan memasang wajah senang dan bahagia.
"Aku tidak tahu harus apa, aku... belum bisa melakukan itu... terhadap Steven...aku sudah menganggap dia sebagai teman tidak lebih dari itu"ucap Rin yang masih tertekan
.
.
.
.
.
.
.
.
Tidak lama....
Ran kemudian masuk ke kamar dimana dia melihat Rin terbaring di kasurnya yang terkurep dan terbaring.
"Rin?"ucap Ran yang menghampiri
"...Ran?"ucap Rin
"Kamu... kenapa?, Matamu lebab begitu?"ucap Ran
"Aku...." Rin perlahan ada cekukkan seperti ada tangisan di matanya
"Rin..."ucap Ran langsung berada di sampingnya
Grab.....
Rin memeluk Ran yang menangis di pundak Ran, tampak membuat Ran simpati dengan sahabatnya yang dimana sering sekali menutupi masalahnya dan sekarang kali ini Rin benar-benar sedang membutuhkan seseorang yang bisa di ajak bicara.
"Rin sudah...jangan sedih"ucap Ran yang berusaha untuk menenangkan Rin
"Aku tidak bisa melakukan itu..."ucap Rin
"Apa yang tidak bisa kamu lakukan?"ucap Ran
"Aku....aku.... tidak bisa Ran!"ucap Rin
"Rin....apa karena... perjodohan itu?"ucap Ran
Rin mengangguk dengan masih sedih dengan perasaannya yang sekarang sedang terombang-ambing.
"Apa masalahnya Rin sehingga kamu seperti ini?"ucap Ran
"Ayahku berkata bahwa aku memang masih menganggap bahwa Steven adalah teman Dan aku tidak bisa lebih dari teman"ucap Rin
"Hmmm....ya aku mengerti, kamu tidak bisa merasakan cinta dan Steven kamu Anggap teman bukan?"ucap Ran
"Benar"ucap Rin
"Rin, aku tahu kamu memang bisa di bilang orang yang tidak bisa membaca pikiran apa yang orang pikirkan tidak sesuai apa yang kamu sedang pikirkan, aku sudah kenal kamu sejak kita masih kecil, dan sekarang kamu memang memiliki sifat yang sama dengan ayahmu, cenderung berwajah datar dan tersenyum hanya sekedar menutup sifat aslimu"ucap Ran
"Hmmm ya"ucap Rin menganggap itu benar dengan kenyataan bahwa Ran memang sudah mengenalnya sejak mereka masih kecil
"Seharusnya kamu beruntung bisa berjodoh dengan orang yang sangat di hormati dan apa lagi aku lihat dia bahagia saat bersamamu dibandingkan saat dia dengan orang lain"ucap Ran
"Apa?"ucap Rin
"Aku lihat saat sebelum dia meninggalkan lingkungan sekolah kita tampak Steven hanya memasang wajah datar tapi saat bersamamu jauh berbeda dari kenyataan bahwa Steven bisa tersenyum lepas karena kehadiranmu"ucap Ran
"Apa benar?"ucap Rin
"Iya Rin, aku yakin kalau kamu bisa kenal lebih dekat dengannya pasti kamu akan lebih paham dengannya"ucap Ran
"Ya kamu tahu bukan di saat pertemuan kemarin dan pasti kamu mendengarnya"ucap rin
"Mendengar apa?"ucap Ran
"Aku dan Steven pernah bertemu sebelumnya di saat aku bersekolah di luar negeri"ucap Rin
"Apa kamu bertemu dengannya saat di Amerika?"ucap Ran
"Ya, aku bertemu dengannya di Amerika"ucap Rin
"Lalu bagaimana ceritanya kamu bisa kenal dengan Steven?"ucap Ran
"Saat itu.... Dia sebagai murid pindahan dan dia begitu di kagumi oleh kalangan perempuan"ucap Rin
"Hm...tapi kapan kamu mengenal dirinya?"ucap Ran
"Itu di saat....aku sedang di ruangan musik saat aku memainkan piano dan aku tidak sadar kalau dia melihatku saat sedang memainkan piano"ucap Rin
"Hm... begitu lalu apa kamu pernah bersamanya hanya...berdua saja?"ucap Ran
"Ya pernah, namun kami hanya bersama apa bila itu ada hal yang penting saja"ucap Rin
"Hm... bearti kamu kenal dia sudah lama ya"ucap Ran
"Benar"ucap Rin
"Itu berarti tandanya kamu sudah pernah dekat dengan Steven dan bukan pertama kalinya bukan?"ucap Ran
"Iya"ucap Rin
"Lalu apa yang membuat kamu menjadi stress seperti ini, hanya cuma masalah perasaan?"ucap Ran
"Huh....Ran aku sumpah, seumur hidupku tidak pernah melakukan hal itu dan aku takut dia..."ucap Rim
"Takut kenapa?"ucap Ran
"Bila suatu hari, aku membuat dia tersakiti Karena hanya... sikapku yang tidak peka ini"ucap Rin
"Hm...jadi itu masalah sesungguhnya?"ucap Ran
"Benar"ucap Rin
"Rin..., Aku yakin bila kamu suatu hari bertemu dengannya cobalah untuk bicara akrab dengannya, aku yakin dia juga akan mengerti dengan sifatmu itu dan dia pasti akan menerima kamu apa adanya"ucap Ran
"Apa kamu yakin begitu?"ucap Rin
"Iya, dan sebenarnya aku juga belajar banyak dengan Aoi dan Ichigo"ucap Ran
"Memang kamu kenapa dan bisa bicara dengan mereka?"ucap Rin
"Dulu aku juga bersikap dingin terhadap mereka"ucap Ran
"Sungguh?"ucap Rin
"Ya, namun ada sesuatu perasaan akrab yang membuatku menjadi teman mereka dan mengajariku banyak hal soal membuka perasaanku dan hingga aku mengerti soal cinta hingga....aku mempunyai kekasih seperti fuyuki"ucap Ran
"Ya waktu memang terus berputar dan dalam putaran itu setiap detiknya akan berubah seperti hanya zaman ini yang semakin maju karena perubahan waktu"ucap Rin
"Benar sekali, baiklah Rin kita istirahat dan ini sudah malam"ucap Ran
"Benar, selamat malam Ran"ucap Rin
"Iya selamat malam juga Rin"ucap Ran
Akhirnya pembicaraan mereka berakhir dan Ran senang bisa menyelesaikan masalah dari Rin dimana intinya Rin belum bisa membuka perasaannya pada Steven yang di ketahui adalah pasangan jodoh yang di setujui oleh kedua pihak keluarga, sehingga Ran tahu dimana rasanya dirinya belum bisa mencintai orang tersebut namun orang itu mencintainya dan sudah pernah kenal dengannya.
"Aku yakin suatu hari nanti, Rin bisa merasakan indahnya cinta dan bisa membuka mata hatinya untuk Steven, semoga saja itu terjadi" Ran yang perlahan tidur
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG.....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro