Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tragedi

Seorang pemuda berjalan gontai keluar dari supermarket. Tangannya menggenggam totebag kecil berisikan snack dan minuman soda yang akan ia santap sesampainya di apartemen nanti. Manik matanya berpendar menatap pemandangan malam di luar. Gedung-gedung tinggi menjulang, masing-masing memberikan ratusan nyala lampu yang bagaikan kunang-kunang dilihat dari bawah sini. Suara bising kendaraan pun dengan jelas menghiasi jalanan lalu lintas, terdengar seperti dengungan lebah pembuat madu.

Pemuda dengan wajah pucat tersebut, Samuel, memilih mencari tempat duduk terdekat. Ia membuka salah satu kaleng soda dan memilih meminumnya di sini sebelum pulang ke apartemen. Akhir-akhir ini rasanya ia mudah lelah. Entahlah, mungkin beban pikirannya yang membuat semuanya terasa lebih melelahkan. Padahal bulan ini ia seharusnya tengah menikmati masa liburan setelah menyelesaikan semester kelimanya.

Dua hari yang lalu, ayah dan bundanya tiba-tiba mengajak Samuel untuk makan malam di salah satu restauran mewah. Ia tidak tahu kalau ternyata ada pihak keluarga lain—kolega bisnis ayahnya—datang bersama putrinya yang nampak dua tahun lebih muda dari Samuel. Perasaan Samuel mendadak tak enak kala itu.

Benar saja, tanpa babibu, kedua belah pihak membicarakan soal perjodohan. Baik Samuel, maupun gadis yang bernama Hellen tersebut terkejut. Apalagi gadis tersebut terus saja memprotes karena tak terima dengan keputusan kedua orangtuanya.

Samuel sendiri juga jadi tak tahu harus berbuat apa. Alhasil, Samuel terpaksa berbohong pada semua orang bahwa sebenarnya ia sudah memiliki kekasih. Kebohongan yang simpel dan membuahkan hasil. Perjodohan resmi batal, menerbitkan senyum cerah di wajah Hellen dan senyum canggung untuk Samuel. Sementara kekecewaan jelas tersirat pada senyum tipis kedua orangtua Samuel dan Hellen.

Namun kebohongan yang menurutnya simpel itu, malah membuat Samuel terpaksa menyiapkan kebohongan yang lebih besar lagi. Sepulang dari makan malam tersebut, Monik—ibunda Samuel—meminta putranya itu untuk membawa 'kekasih'-nya bertamu ke rumah, setidaknya sebelum Bunda dan Ayah Samuel berangkat perjalanan bisnis ke Jepang dua minggu lagi.

Dan sialnya, Samuel tidak tahu harus membawa siapa. Kekasih, ia tidak punya. Bagaimana bisa ia punya kekasih kalau tumpukan kenangan mantannya masih tersimpan rapih di hatinya? Menyedihkan. GGSMO, ganteng-ganteng susah move on.

Mungkin masih bisa jika Samuel trial gadis random untuk disewanya dalam semalam. Tapi, hei, mungkin saja reputasinya akan hancur dalam semalam kalau gadis trialnya akan ember, menyebar aib Samuel yang menyewa pacar bohongan. Bukan suudzon, hanya waspada saja.

BOOM!

Di tengah kecamuk pikirannya, Samuel terkejut mendengar suara ledakan yang tiba-tiba. Bahkan kaleng soda dalam genggamannya sedikit terguncang. Ia segera mengikuti arah suara itu berasal. Lumayan jauh, dalam radius 20 meter dari tempatnya duduk, ia melihat sebuah rumah di pinggir jalan meledak. Dilanjut dengan kobaran api yang dengan cepatnya merambat ke seluruh bagian rumah.

"TOLONG! TOLONG! ADA KEBAKARAN!"

Teriakan salah satu saksi mata yang berada di sekitar lokasi kebakaran pun membuat beberapa warga mendekat membawa satu dua ember air. Beberapa ada yang langsung menelepon damkar, beberapa lagi ada yang nekad menerobos masuk menyelamatkan orang-orang yang terperangkap dalam rumah terbakar tersebut.

Dan Samuel adalah golongan yang kedua, yang menelepon damkar. Pemuda tersebut segera lari menuju tempat kejadian. Bahkan beberapa karyawan supermarket pun segera mengambil alat pemadam api dan ikut serta menjinakkan si jago merah.

Dua korban wanita paruh baya dan gadis kecil berhasil dibawa keluar dari rumah tersebut. Keduanya sama-sama dipenuhi abu gosong dengan napas yang tersengal-sengal.

"Masih ada putra saya di sana, tolong ...."

BOOM!

Ledakan lain menyusul secara tiba-tiba. Lalapan jago merah makin menggila. Rasanya siraman air dari puluhan ember warga tidak memberikan efek apa-apa. Beberapa warga pun memilih sedikit menjauh dari rumah tersebut, takut ada ledakan susulan.

"Tolong ... putra saya masih di dalam. Siapapun tolong dia, kumohon ...."

Wanita paruh baya tersebut kembali merintih dengan tak berdaya. Air matanya mulai merembes. Andai kakinya bisa digerakkan ia sudah berlari menyelamatkan putranya sendiri di sana. Namun naas kakinya sempat tertimpa potongan kayu yang berat, membuat kakinya mati rasa.

"Tapi apinya makin besar, Bu. Bisa nambah korban lagi kalau ada yang coba masuk. Kita tunggu damkar datang aja ya?" Salah satu warga berusaha menenangkan wanita paruh baya tersebut yang mulai menangis. Menengok pada gadis kecil tak jauh darinya yang tak sadarkan diri, wanita paruh baya tersebut bertambah histeris, gadis kecil itu adalah putrinya. Tiba-tiba ia merasa menjadi ibu yang gagal dalam melindungi anak-anaknya.

"Putra saya ada di kamarnya, di lantai satu, dia masih tertidur. Tolong dia, siapapun ... kumohon," tangis wanita tersebut kian terisak hebat.

Merasa iba melihatnya, tanpa aba-aba Samuel asal meletakkan totebagnya lalu masuk ke dalam rumah terbakar tersebut, dengan sebelumnya 'mencuri' lap kain basah milik warga. Beberapa warga meneriakinya dan ada beberapa yang mengumpat atas aksi nekad pemuda tersebut.

Begitu masuk, Samuel segera menutupi hidungnya dengan kain basah tersebut. Semakin memasuki rumah tersebut, atmosfernya terasa semakin panas. Rasanya seperti sedang dipanggang hidup-hidup dalam oven. Namun karena sudah bertekad, Samuel segera mengira-ira, kiranya dimana letak kamar korban yang akan diselamatkannya. Berhati-hati melewati beberapa bagian rumah yang terbakar.

Sebuah daun pintu yang belum terbakar sepenuhnya menarik atensi Samuel. Pemuda tersebut segera menuju ke sana. Benar, di depan pintu tersebut ada ukiran kayu bertuliskan Seno's room.

"Oy, ada orang gak?!" teriak Samuel.

"Tolong ...."

Dengan rintihan tersebut, tandanya masih ada tanda kehidupan di dalam sana. Samuel segera mengibas-ibaskan kain basahnya ke kenop pintu, berharap api di kenop pintu tersebut padam. Namun sekali sentakan tidak berpengaruh apa-apa, api tersebut masih membara.

"Uhuk uhuk!"

Ah, rasanya paru-paru samuel terbakar setelah menghirup asap-asap di sekitarnya. Bagaimana dengan korban di dalam sana yang sudah menghirup asap lebih lama? Baiklah, tenang, Samuel harus menenangkan diri dan fokus.

DEBUM!
Samuel terkejut saat ledakan kecil susulan terjadi. Beberapa kayu terbakar jatuh tak jauh dari tempatnya berdiri.

Asaa, setidaknya Samuel berhasil memadamkan api dari kenop pintunya. Ia pun segera membuka pintu tersebut—tentu dengan kain basah sebagai pelindung tangan. Kalau tidak, tangannya yang justru melepuh. Untung saja pintunya tak terkunci.

"GUG GUG GUG GUG!"

Rupanya korban tak sendirian, seekor anjing putih menemaninya tanpa tahu harus melakukan apa. Samuel terbatuk lagi, segera berjalan mendekati korban yang nampak lemas tak berdaya—mungkin karena sudah terlalu lama terpanggang dalam ruangan panas ini. Bocah lelaki tersebut tidak bisa keluar dari kamarnya karena kondisi pintu yang terbakar juga dari dalam. Jika saja jendelanya tidak diteralis, mungkin masih ada peluang untuknya keluar dari kamar.

"Tolong .... Di sini panas," rintih bocah lelaki tersebut yang nampaknya masih duduk di bangku SMP.

"Tenang tenang, gue bakal ngeluarin lo. Ayo, kakak bantu."

Dengan hati-hati Samuel menyuruh bocah tersebut menaiki punggungnya. Ia akan menggendong bocah itu keluar.

"Selamatin Gege juga, plis," bisik lemah bocah bernama Seno tersebut tepat di telinga Samuel.

Samuel sedikit mengerutkan keningnya. "Siapa Gege?"

"GUG GUG!"

Sontak Samuel menoleh pada anjing lucu yang berlari kecil mengikuti langkah Samuel. "Ah, anjingnya namanya Gege?"

Tanpa membuka matanya, Seno mengangguk lemah. Tenaganya benar-benar habis.

"Oke, tenang aja."

Samuel pun kembali fokus mencari jalan keluar. Sial, jalan masuknya tadi sudah terhadang dengan reruntuhan kayu terbakar lainnya. Samuel kembali terbatuk, langkahnya sudah tidak sekuat sebelumnya. Namun ia akan tetap berusaha.

"Hei, Gege, kesini!" Samuel sedikit berteriak saat anjing tersebut berjalan lebih dulu melewati beberapa kayu terbakar dengan mudah. Meski begitu, beberapa bulu putihnya jadi ikut terbakar sedikit.

"Baiklah, kayaknya anjing lo udah terselamatkan," gumam Samuel. Kepalanya mulai pening. Ia harus segera keluar dari sini.

Sesekali langkahnya terantuk. Tubuhnya benar-benar sepenuhnya seperti terpanggang. "Dek, lo masih sadar, 'kan?"

Namun sahutannya tidak direspon oleh bocah di gendongannya. Samuel sedikit panik, ia baru sadar lehernya sudah tidak merasakan hangat embusan napas bocah tersebut.

Gedubrak!

Beberapa petugas damkar akhirnya datang mendobrak beberapa bagian kayu yang menghalangi jalan. Menyemprotkan alat pemadam kebakaran ke penjuru ruangan. Samuel lagi-lagi terbatuk, tak terkira berapa banyak asap hitam yang sudah memenuhi paru-parunya.

"Hei, kamu gapapa?"

Salah satu petugas damkar berhasil menemukan Samuel. Tak hanya itu, sosok Gege yang kian nampak cemong berdiri di samping damkar. Bergerak tak tentu seperti sedang panik. Ternyata anjing tersebut yang memandu para damkar ke sini.

"Anjing pintar."

Seno pun beralih pada gendongan petugas damkar. Sementara Samuel dipapah oleh petugas damkar yang lain. Keduanya berhasil dievakuasi keluar rumah tersebut. Melegakan setelah rasanya Samuel kembali menghirup udara malam yang dingin.

Wajahnya cemong, ujung kain kemejanya ternyata robek terbakar tanpa ia sadari. Para petugas medis pun segera memberikan oksigen padanya, juga pada korban yang lain. Sementara petugas damkar mulai menyemprotkan air dengan volume besar pada rumah terbakar tersebut.

Samuel terus menghirup rakus oksigen miliknya sembari terduduk di aspal. Tatapannya tertuju pada bocah yang barusan diselamatkannya. Entah kenapa korban wanita paruh baya tersebut nampak menangis histeris. Samuel rasanya tidak bisa mendengar apapun, hanya dengungan hebat yang menjalar di rongga telinganya. Sayup-sayup terlihat pula anjing kecil berbulu putih tersebut berjalan-jalan tak tentu arah mengitari tuannya yang tak sadarkan diri, sembari menggonggong panik.

Hanya itu yang Samuel tangkap. Hingga akhirnya ia merasa tubuhnya tak sanggup lagi menumpu, benar-benar lemas.

Samuel berakhir terpejam tak sadarkan diri saat itu juga.

==TBC==

Helena Abigail (Hellen)
19th

Gege & Samuel
¿ &  21th

YANG PENCET VOTE JODOHNYA TAEHYUNG EXO! 🤘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro