Sendok
"Mr. Soeryono-nama marga Samuel-, gue rasa bakal jadi mimpi buruk buat lo kalau gue kasih tau apa tujuan gue."
Gege masih belum mengedipkan matanya, namun bibirnya sudah berhenti tersenyum. Diam-diam Samuel meneguk salivanya. Bagaimana bisa gadis tersebut tahu nama marganya? Lagi-lagi perasaan intimidasi ini merasuki. Samuel ingin buru-buru menanyakan siapa gadis di hadapannya sekarang juga, namun ia urungkan. Pemuda tersebut memilih bermain santai sampai gadis tersebut mengungkapkan sendiri jati dirinya.
"Gue bahkan yakin kalo lo nggak inget malam terpanjang yang pernah lo dan gue lalui," lanjut Gege.
Samuel menaikkan satu alisnya. Gadis aneh tersebut sudah mulai menunjukkan sedikit bulunya, meski perkataannya masih tak bisa ia pahami. Baiklah, Samuel hanya perlu mengikuti alur. "Oh ya? Malam yang mana? Ada banyak malam yang gue lalui bareng cewek-cewek sepantaran lo. Jadi sorry aja kalo gue ga inget lo."
Tentu saja yang satu itu hanya bualan Samuel. Bahkan untuk berkeliaran tanpa tujuan penting di malam hari saja Samuel sudah malas duluan.
"Pffftt ... HAHAHAHAHA!"
Samuel makin bingung saat Gege tiba-tiba tertawa keras. Ekspresi gadis tersebut di antara jenaka dan mengejek. Benar-benar menguji kesabaran Samuel.
"Apa yang lucu?"
Apa yang lucu katanya? Tentu saja Gege tertawa karena apa yang Samuel pikirkan itu. Yang benar saja, apa yang pemuda tersebut pikirkan saat ia mengatakan 'malam panjang'? Hah, semua lelaki sama saja! Mendengar pertanyaan tersebut, Gege mencoba menetralkan tawanya. Meski begitu, Gege masih terkekeh kecil. "Bocah satu ini udah dewasa ternyata."
Oh ya? Samuel dipanggil 'bocah' oleh seseorang yang bahkan belum bisa minum obat tanpa digerus?
"Lo sendiri nyadar nggak kalau beberapa jam lalu abis berantem sama bocil perkara rebutan ayunan?" sindir Samuel. Ia tak mau jadi yang paling diremehkan di sini.
"Oh ya? Tapi asal lo tau, itu bukan gue." Gege berekspresi serius kali ini. Membuat Samuel tersenyum miring.
"Gue tau kok. Ini wujud lo yang asli, 'kan?"
Gege terdiam sebentar, tidak tahu harus menjawab apa. Ia alihkan pandangannya ke tangan kanannya yang masih terpasang infus. "Gue harus pergi."
Namun dengan cepat Samuel menahan bahu Gege, lebih tepatnya mencengkeram kuat. Tatapannya menajam. Pemuda tersebut ingin membuat suasana tegang didominasi olehnya. Ia ingin melanjutkan interogasinya yang tertunda pagi tadi.
"Lo siluman jenis apa? Apa tujuan lo berubah dari anak anjing jadi manusia?"
Gege yang tadinya mengira akan merasa terintimidasi, lagi-lagi malah spontan tertawa keras mendengar pertanyaan konyol Samuel. Siluman katanya? "HAHAHA-Aw!"
Gege terpaksa menghentikan tawanya saat Samuel kian kuat mencengkeram bahunya.
"Gue nggak ngelawak," sinis Samuel.
Selanjutnya, Gege menggeram. Ia tidak suka saat orang lain menyakitinya. Maka dengan gerakan cepat Gege menarik telapak tangan Samuel dari bahunya, lalu memelintirnya tanpa perasaan.
"A A A, SAKIT OY!" Kini gantian Samuel yang berseru kesakitan. Namun Gege tak langsung melepaskan tangannya meski wajah Samuel sudah memerah.
"Maaf, sengaja," ujar Gege santai sembari menatap datar Samuel.
"Jadi lo penasaran siapa gue?" Gege melepaskan tangan Samuel, membuat pemuda tersebut bernapas lega.
"Ga. Gue bahkan ga peduli apapun tentang lo. Jadi, mulai sekarang, lo gausah muncul di hadapan gue. Gue seneng akhirnya lo nggak nyusahin gue lagi." Samuel berujar dengan penuh kesinisan dan penekanan.
"Bye! Bad to see you."
Pada akhirnya Samuel memilih segera pergi darisana. Kakinya melangkah pergi bukan karena benar-benar tak peduli pada gadis tersebut, ia hanya melangkah mengikuti harga dirinya. Dan Gege, Samuel merasa gadis 'lemah' yang baru terbangun dari pingsannya tersebut barusaja mempermalukannya.
Sementara di dalam ruangannya, Gege masih menatap datar kepergian Samuel. Gadis tersebut kemudian menatap penampilan bajunya dari atas sampai bawah. Lalu tersenyum congkak.
"Hah, selera baju yang payah!"
*****
Outfit Gege :
*****
Sesampainya di apartemen, Samuel segera merebahkan diri ke kasur empuknya dengan nyaman. Rasanya seperti sudah lama ia tidak di rumah sendirian dan sebebas ini. Padahal jika dihitung, Gege menginap di sini baru dua malam saja. Entah kenapa pula sejak Samuel bertemu gadis tersebut, ia merasa hidupnya berjalan melambat. Banyak hal terjadi pada tiga hari yang Samuel lalui bersama Gege.
"Ah, kenapa gue mikirin dia?!" decak Samuel sembari mengacak rambutnya.
Namun bukannya membuat bayang-bayang Gege menghilang, malah bayangan tersebut muncul kian jelas lagi saat Samuel tak sengaja menatap gelang mistis yang masih dipakainya. Samuel mengangkat tangannya di atas wajah, mengamati gelang tersebut. Gelang yang mempertemukannya dengan Gege versi manusia.
"Gelang yang mendatangkan keajaiban?" gumam Samuel begitu mengingat perkataan Madam misterius di pasar malam.
Samuel rasa memang tak sepenuhnya bohong apa yang dikatakan madam tersebut. Berubahnya Gege menjadi manusia merupakan suatu keajaiban yang sulit dipercaya. Tapi serius, Samuel penasaran, hanya itu keajaibannya? Apa madam tersebut ada hubungannya dengan Gege? Siapa sebenarnya gadis anjing tersebut? Dan jika Samuel amati ssharian ini, dapat disimpulkan kalau Gege bisa berubah kepribadian begitu jatuh pingsan. Lalu yang mana Gege yang asli?
"Ck!" Samuel menampar pelan pipinya begitu sadar ia lagi-lagi memikirkan gadis tersebut.
Pemuda tersebut melirik jam dinding, sudah pukul 11 malam. Sudah larut malam, apakah tidak apa membiarkan Gege sendirian di rumah sakit sana? Padahal tadi siang, Samuel sudah membelikan ponsel untuk gadis tersebut. Mengingat kejadian kemarin saat Gege tiba-tiba menghilang memunculkan ide untuk membelikan Gege ponsel. Jaga-jaga jika gadis tersebut menghilang lagi, ia bisa menemukannya lewat GPS atau meneleponnya. Namun bahkan Samuel belum sempat memberikan ponsel tersebut dan ia sudah terpisah dengan Gege.
"Tuhkan!" Samuel menampar pipinya lagi saat bayangan Gege tak terus menghilang dari pikirannya, kali ini sedikit lebih keras.
Akhirnya Samuel memilih untuk menyumpal telinganya dengan earphone dan memutar musik dengan volume cukup keras. Yah ... setidaknya lebih keras daripada suara otaknya yang terus menyebutkan nama Gege.
*****
Malam yang tenang di atas jembatan penyebrang jalan. Angin berdesir lembut menerbangkan anak angin gadis berambut pendek tersebut. Sudah satu jam sejak ia kabur dari rumah sakit. Untung saja ia tidak memakai pakaian pasien, jadi ia bisa berpura-pura sebagai penjenguk yang pamit akan pulang. Ia juga membawa beberapa totebag berisikan pakaian wanita yang Samuel tinggalkan di atas nakas. Membantu penyamarannya menjadi lebih sempurna.
"16 tahun yang sia-sia," gumam gadis tersebut tersenyum getir, lalu menghela napas berat.
"Akhirnya kita bertemu lagi, Nona G."
Gadis tersebut-yang tak lain adalah Gege-segera menghentikan langkahnya, lalu menengok saat merasa ada orang lain di sekitarnya. Dan benar, sosok pria misterius bertopi tiba-tiba sudah berada di sampingnya. Membuat gadis tersebut spontan memasang wajah waspada.
"Kita kenal?" tanya Gege sembari menaikkan satu alisnya. Mata Gege menelisik penampilan pria tersebut dari atas sampai bawah. Pria tersebut nampak memiliki jambang, bahunya tegap dengan rambut wolfcut-nya yang ia kuncir kuda.
Pria tersebut melepaskan topinya, memperlihatkan Gege keseluruhan wajahnya. "Kurasa Nona harus mengenaliku."
Selanjutnya pria tersebut menarik ikat rambutnya, membiarkan rambut gondrongnya beterbangan dibawa angin. Lalu ia juga menarik jambangnya yang ternyata hanya jambang palsu. Memperlihatkan garis wajahnya yang tegas. Untuk sementara, Gege menyipitkan matanya, mencoba mengingat-ingat.
"Lo ..." Detik berikutnya mata Gege langsung melebar. "Wah ... haha, semuanya tumbuh dewasa kecuali gue." Gege tertawa sinis, lalu kembali melanjutkan jalannya.
"Syukurlah Nona mengenaliku." Pria tersebut mengikuti langkah Gege. "Bagaimana rasanya menjadi 19 selama 16 tahun?" tanyanya.
"Lo gue bunuh dulu biar tau gimana rasanya," jawab Gege sembari merotasikan matanya. Jujur, rasanya baru kemarin sejak ia 'tertidur' di tahun 16 tahun lalu. Dan tiba-tiba hari ini ia menyadari sudah berada di tahun yang jauh berbeda. Untung saja ia bisa beradaptasi cepat saat terbangun di apartemen Samuel. Gadis tersebut menemukan banyak hal asing yang modern. Waktu itu Gege sempat panik dan kebingungan. Dan langkah pertama yang ia lakukan adalah mengikat Samuel di kursi 'tanpa membangunkannya.' Apalagi saat menyadari bahwa pemuda tersebut adalah putra dari keluarga yang pernah ia kenal di masa lau.
"Dimana Lylia?" Gege mengalihkan topik. Bukan basa basi, ia memang serius menanyakan hal itu.
Pemuda tersebut terdiam sesaat. Langkahnya sedikit melambat dari Gege, membuatnya berjalan di belakang gadis tersebut. "Daddy usir dia."
Mendengar itu, kaki Gege berhenti seketika. Ia mempererat genggaman pada totebag yang masih dibawanya. "Jadi lo nggak bareng sama Lylia?" tanya balik Gege tanpa membalikkan badannya.
"Aku mengawasinya dari kejauhan," tambah pria tersebut.
Gege segera berbalik badan, menghadap lawan bicaranya dengan wajah datar. "Lo punya foto dia?"
Tanpa menjawab, pria tersebut segera merogoh sakunya. Mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto seorang gadis berambut pendek pada Gege. "Dia sangat cantik dan ceria, Nona."
Diam-diam Gege tersenyum kecil memperhatikan foto tersebut. Benar-benar foto yang menyejukkan hatinya. Membuat sebuah perasaan bernama rindu mencuat kuat di hatinya. Ya ... seorang 'iblis' sepertinya masih bisa merasakan perasaan seperti itu. Tentu saja perasaan itu hanya berlaku untuk seseorang yang paling ia cintai.
"Mama bakal segera jemput kamu, Putriku Sayang."
==TBC==
HAPPY 1K VIEW! 🎉
Maafkan hamba kalau cerita ini nggak sesuai ekspetasi kalian dan malah bikin bingung 😭🙏
Untuk gumus2nya Samuel-Gege nanti bakal ada lagi kok. Soalnya aku taruh cerita ini di genre romansa, jadi mungkin konfliknya nggak berat-berat amat (ga janji)
Jadi, menurut kalian masa lalu Gege kayak gimana sih? Dan apakah nama asli Gege beneran Gege? Siapa pria misterius itu? Siapa Lylia? Siapa Daddy yang dimaksud? Dan siapa jodoh saya? 🤔 haha 😂
Jangan lupa untuk terus suprot cerita ini yaaa :3 karena ...
YANG PENCET VOTE JODOHNYA MINGYU PENTAGON! 🤘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro