Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mata

Samuel benar-benar bingung sekarang. Gege yang semalam lemah letih kedinginan di balik selimut tebal, sekarang malah hanya memakai kaos oblong hitam miliknya dan kolor bermotif Doraemon. Berani sekali gadis itu mengobrak abrik lemari Samuel tanpa permisi.

"GE, INI APA-APAAN SIH?!" gerutu Samuel sembari menarik-narik ikatan di lengannya. Bukan hanya itu, ternyata kakinya juga diikat di bawah sana.

BRAK!

Samuel cukup terkejut saat Gege menggebrak meja dapur di dekatnya. Gadis tersebut menatap Samuel tajam, rahangnya bahkan mengeras. Jujur, Samuel sedikit merasa terintimidasi di sini.

Dalam sekejap, Gege malah kembali tersenyum ramah. "Akhirnya udah bangun, gue udah nyiapin sarapan nih."

Samuel yakin dia pasti bukan Gege. Gadis itu tak pernah menggunakan lo-gue sebelumnya.

Mendekati meja dapur, selanjutnya Gege mengambil sepiring berisikan omelet dan selembar steak daging kemasan yang sudah masak. Samuel bahkan tak sadar ternyata sejak tadi sudah ada makanan enak di dekatnya.

Aroma sedap dari makanan tersebut kian menguar tatkala Gege membuat potongan-potongan kecil dengan pisau yang sejak tadi digenggamnya. Gege kembali menengok sebentar pada Samuel sembari tersenyum ramah. "Pasti lo suka masakan gue."

"Lepasin ikatan gue dulu, Ge," pinta Samuel frustasi.

Namun Gege tak nenghiraukan ucapan pemuda tersebut. "Nih, aaaaa." Gadis itu malah menyodorkan potongan kecil steak-nya, menyuapi Samuel dengan pisau yang masih menancap pada potongan daging tersebut.

Samuel menelan salivanya sekejap. Pisau dengan potongan steak tersebut tepat berada di hadapan bibirnya sekarang. Jika Samuel menurut untuk membuka mulutnya, bisa saja Gege akan tak sengaja menyuapinya terlalu dalam.

"Ayo, aaa. Lo laper, 'kan? Sekarang udah lewat jam sembilan loh. Ga baik kalo jam segini belum sarapan juga." Gege menaikkan satu alisnya, sementara bibirnya masih tersenyum ramah yang mulai terlihat creepy bagi Samuel.

Masih tak mau membuka mulutnya, Samuel hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Melihat itu, Gege melunturkan senyumannya. Berganti dengan helaan napas kasar. "Anak sekarang susah banget disuruh makan."

Detik selanjutnya Samuel cukup terkejut saat Gege tiba-tiba mencengkeram rahangnya cukup kuat. Samuel segera memberontak, namun tenaga Gege tak bisa disepelekan juga. Apalagi kondisi dirinya sekarang yang masih terikat.

"Lepas—"

"Pinter." Gege tersenyum puas saat potongan steak tersebut berakhir masuk ke mulut Samuel. Namun Gege tak langsung menarik keluar pisau tersebut, masih membiarkannya terperangkap dalam mulut Samuel. Sengaja mempermainkan pemuda tersebut.

"Rasain dulu bumbunya, enak, hm?" Gege kembali tersenyum ramah yang mengerikan. Gadis tersebut sedikit memajukan pisaunya ke dalam mulut Samuel.

Sementara Samuel benar-benar tak bisa berkutik sekarang. Hanya bisa menelan salivanya merasakan bumbu sedap dari steak tersebut. Gege yang di hadapannya sekarang benar-benar tak ia kenali. Apa mungkin ini wujud asli siluman anjing tersebut?

"Gue tanya ke lo, bukan ke angin." Gege menajamkan tatapannya. Kini ia memajukan pisaunya lagi. Samuel bisa merasakan ujung steak tersebut hampir menyentuh pangkal tenggorokannya.

Dengan hati-hati Samuel mengangguk. Hal itu menimbulkan senyuman puas lagi pada wajah pucat Gege. "Bagus."

Gege menarik pisaunya keluar. "Mau lagi—"

PLANG!

"GEGE!" Samuel cukup terkejut saat tiba-tiba kepala gadis tersebut kena tempelengan tongkat bisbol cukup keras. Mata Samuel melirik pada pelaku penempelengan tersebut, tak lain adalah Weni—sepupunya.

"Ya ampun. Dia ga mati, 'kan?" panik Weni sembari berjongkok mengecek keadaan Gege. Namun gadis tersebut ternyata sudah tak sadarkan diri. Ia tak menyangka pukulannya bisa sedahsyat itu.

Tapi setidaknya ia bersyukur. Beberapa menit lalu ia memang sengaja diam-diam datang ke apartemen Samuel, bahkan gadis tersebut meminimalisir suara derap langkahnya agar Samuel tak menyadari kedatangannya. Weni memang sudah tau kode apartemen Samuel sejak lama, jadi ia bisa keluar-masuk sebebasnya. Ya ... Samuel memang tak begitu pandai menjaga privasinya, meski itu pada orang-orang terdekatnya.

Tadinya Weni datang untuk memberikan kejutan ijazah kelulusan setelah tiga tahun bersekolah di sekolah elit di London, sekalian memberikan oleh-oleh dan kepentingan lainnya. Namun begitu datang, rupanya malah Weni sendiri yang dikejutkan oleh keadaan di dapur tadi. Dan demi keselamatan Samuel, akhirnya Weni bertindak nekat seperti tadi, memukul Gege dengan tongkat bisbol yang ia ambil di ruang tamu.

"Woi, lepasin gue dulu."

Weni menoleh pada Samuel. Benar juga, ia kan seharusnya lebih mengkhawatirkan sepupunya tersebut daripada gadis yang entah siapa ini. Dengan gerakan cepat, remaja berpawakan model tersebut mendekat dan melepaskan semua ikatan Samuel.

"Bang Sam gapapa?" tanya Weni khawatir melihat seluruh pergelangan tangan dan kaki Samuel yang memerah.

"Thanks. Gue gapapa," jawab Samuel, ia masih memfokuskan atensinya pada gadis berambut pendek yang tergeletak di lantai sana. Bahkan begitu ikatannya terlepas Samuel segera mendekat pada gadis tersebut.

Ia mengecek kepala belakang Gege, dan benar saja ada benjolan cukup besar di sana.

"Dia siapa, Bang? Kita lapor polisi aja ga sih?" usul Weni sembari menatap takut-takut pada Gege.

"Jangan." Kini Samuel mulai mengecek kening Gege. Suhu badan gadis tersebut masih cukup panas, meski tak sepanas semalam.

"Tapi serem, tadi aja nyaris nggorok leher lo kalau ga gue kampleng," usul Weni lagi.

"Dia emang aneh. Bisa berubah jadi anjing, bisa berubah jadi manusia."

Celetukan Samuel membuat Weni bingung. Ini dalam artian sebenarnya atau cuma kiasan?

"Lo ngomong apa si, udah jelas dia berbahaya, Bang. Atau jangan-jangan dia fans fanatik lo?" Pikiran Weni kini kian melanglangbuana. Apalagi jika mengingat perlakuan gadis berambut pendek tersebut pada sepupunya tadi.

"Gue ga seterkenal itu."

Samuel mulai hati-hati menggendong tubuh lunglai Gege, membawanya ke ruang depan tivi, dan merebahkannya di sofa. Sementara Weni mengekori dari belakang.

"Terus mau lo apain kalau nggak laporin polisi sekarang?"

"Kita tunggu sampe dia siuman dulu."

Weni bergidik ngeri. "Nanti kalau dia siuman terus malah ngincer gue gimana? Kan tadi yang mukul kepalanya gue."

"Tenang, ada gue," jawab Samuel sekenanya.

"Ga ga ga, gue bakal tetep lapor polisi." Kini Weni sudah bersiap mengeluarkan ponselnya.

Dengan cepat, Samuel menyambar ponsel tersebut sebelum si empunya melakukan panggilan. "Jangan! D-dia cewek gue. Tadi kita emang lagi sarapan bareng aja."

Samuel berbohong tanpa menatap Weni. Ia tidak tahu harus memberi alasan apalagi. Lagipula orangtua dan para sahabatnya sudah mengenal Gege sebagai kekasihnya, jadi ia mengatakan hal yang sama saja pada Weni bahwa Gege adalah kekasihnya. Supaya kebohongannya lebih terlihat nyata.

"Gila lo, mana ada sarapan bareng pacar pake diiket-iket gitu." Mata Weni melotot. Tentu saja merasa kalau omongan Samuel tadi hanya omong kosong.

"Dia emang gitu. Doyan nonton film-film psikopat makanya pengin nyoba hal baru katanya." Huh ... satu kebohongan akan melahirkan ribuan kebohongan lain, pepatah itu memang nyata.

Samuel memilih beranjak mengambil minuman di kulkas untuk menghindari pertanyaan lanjutan Weni.

"Tapi—"

"Btw, kapan lo balik ke Indo?" potong Samuel mengalihkan topik. Ia tak mau Weni terus mengorek identitas Gege lebih dalam.

Weni yang merasa diabaikan pun mendelik menatap Samuel. Gadis berambut panjang tergerai cantik tersebut memilih duduk di sofa. "Minggu kemaren," jawab Weni jutek. Ia jadi tidak mood lagi untuk pamer ijazah kelulusannya.

Samuel datang lagi dari dapur mengambil sepiring omelet dan steak yang tadi dibuatkan Gege. "Udah sarapan belum?" tanya Samuel sembari ikut duduk, melahap potongan steak-nya—kali ini menggunakan garpu.

"Gue kesini mau kasih surat undangan nikahannya Bang Noah, bukan buat numpang sarapan." Masih dengan wajah tertekuk, Weni mengeluarkan surat undangan dari tas selempang MiuMiu miliknya. Untuk informasi, Noah adalah kakak Weni.

"Widih, diem-diem dia udah punya calon ternyata." Samuel menerima surat tersebut, lalu membukanya. Acara resepsi berlangsung seminggu lagi.

"Dan besok lusa atau kapan tuh lupa, katanya bakal ada pesta lajang. Lo bareng Bang Julio, Bang Yasha, Bang Sandi, sama Riki bakal ikut pesta lajang para cowok. Gue dan sepupu-sepupu ciwi lainnya ikut pesta lajang bareng calon kakak ipar yuhuuu." Kini Weni tersenyum senang.

"Buset, rame amat dah," keluh Samuel sembari melahap lagi makanannya.

"Ga cuman sehari. Besoknya abis pesta lajang, bakal ada party-party buat tanda kebebasan para mempelai sebelum resmi nikah dan punya kehidupan baru. Pasti asik banget, 'kan?" jelas Weni yang kian bersemangat. Sebagai manusia yang masih berdarah muda, tentu saja Weni sangat antusias menanti pesta besar tersebut.

Berbeda dengan Samuel yang bahkan membayangkan keramaian pestanya saja sudah membuat pusing. Bukannya ia tidak ikut bahagia atas pernikahan sepupunya, hanya saja ia tak begitu suka kemeriahan terlalu lama. Namun pemuda tersebut mengangguk-angguk saja mendengarkan antusiasme Weni.

"Party-party itu apa?"

Baik Weni dan Samuel, keduanya terkejut saat pertanyaan tersebut keluar dari mulut Gege. Bahkan Weni sampai bangkit dari duduknya dan bersembunyi di belakang Samuel. "Bang, dia bangun, Bang. Gimana nih?"

"Lo Gege bukan?" tanya Samuel yang ikut menatap was-was pada Gege.

"Iya, ini Gege."

Gege pun bangkit terduduk. "Aduh, kepala Gege sakit banget," keluh Gege sembari mengusap-usap belakang kepalanya. Ia menemukan kepalanya ada sedikit benjolan.

"Bukan gue, Bang Samuel yang ngelakuin!" Weni mendorong badan Samuel pada Gege, mengambinghitamkan sepupunya tersebut.

"Ada benjolannya, jangan-jangan Gege mau tumbuh tanduk ya?" gumam gadis tersebut masih mengusapi kepalanya sendiri.

Sementara Samuel sendiri kini benar-benar dibuat bingung. Gadis anjing tersebut sudah bersikap seperti biasanya. Lantas kenapa tadi Gege bersikap seperti orang yang berbeda? Memang anjing bisa mengidap kepribadian ganda juga ya?

"Ge? Lo ga inget kejadian beberapa menit lalu?" tanya Samuel memastikan.

Sementara yang ditanya malah memiringkan kepalanya, dari raut ekspresinya gadis tersebut nampak kebingungan. "Gege kan baru bangun tidur."

Weni yang mulai menangkap sinyal bahwa gadis bernama Gege tersebut tak terlalu berbahaya, akhirnya keluar dari belakang tubuh Samuel. Weni ikutan bingung. "Wait, jadi lo hilang ingatan sebagian gara-gara pukulan tadi?"

"Pukulan apa?" Gege semakin bingung. Membuat dua manusia yang lainnya ikutan bingung juga. Benar-benar tidak ada yang tak kebingungan di ruangan ini.

Bahkan para readers pun jadi ikut bingung sekarang.

==TBC==

Weni
19th




















YANG PENCET VOTE JODOHNYA TAEIL TNX! 🤘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro