Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Manis

=====
Note:

Semua konsep dan isi cerita hanya karangan penulis. Bukan bermaksud bertentangan dengan keyakinan tertentu.

=====

Fajar menyapa. Sejuknya embun pagi terasa menenangkan. Gadis berambut pendek dengan highlight blonde di bagian dalamnya bersiap memulai hari. Senyum gadis tersebut mengembang, senyuman yang seolah bisa membuat seluruh dunia lebih berwarna begitu melihatnya.

"Oke, Lila. Hari baru uang baru. Semangat!" gumam gadis tersebut yang tak lain adalah Lila.

Sebenarnya semalam ia baru tidur selama empat jam setelah begadang shift malam di kafe. Membuat lingkar hitam di sekitar mata belonya kian kentara. Namun apa boleh buat, pagi-pagi begini ia sudah harus sampai di tempat kerja paruh waktunya sebagai asisten koki di warteg gedean dekat pasar yang buka sejak pagi.

Sebelum berangkat, Lila sudah memasak sarapan untuk adik-adiknya yang sekarang masih tertidur. Hingga akhirnya ia bersiap untuk keluar dari kontrakan kecilnya.

"Halo."

Lila terkejut begitu membuka pintu, seorang wanita sudah berdiri di luar sana. Pakaian wanita tersebut cukup berbeda dari orang sekitar lingkungannya. Menggunakan dress coklat muda tanpa lengan dengan panjang selutut. Bukankah masih terlalu dingin untuk memakai pakaian seperti itu di waktu subuh? Ya meskipun kedua lengannya menggunakan sarung tangan kulit. Ia juga memegang tas kecil dengan merk terkenal. Sedangkan kepalanya tertutupi topi cocktail hat berwarna senada dengan gaun. Lila akui, orang di hadapannya ini nampak seperti orang berkelas.

Contoh Cocktail hat

"H-halo. Anda siapa ya?" tanya Lila kekuk. "Eh, tunggu. Sepertinya saya pernah bertemu anda."

Lila mengerutkan keningnya, mengingat-ingat wajah wanita ini yang terasa familiar. "Kalau tidak salah, anda sepupunya Samuel, 'kan?"

Ya, Lila ingat betul. Kemarin malam ia satu shift dengan Samuel di kafe tempatnya bekerja, mantannya tersebut membawa seorang gadis yang dikenalkannya sebagai sepupu. Namun entah kenapa Lila merasakan sosok yang berbeda meskipun sepupu Samuel dan wanita ini berwajah sama.

"Lylia ... ini Mama, Sayang."

Wanita dengan pakaian berkelas  tersebut berhasil membuat Lila memelototkan matanya. Sudah jelas mereka nampak seumuran. Bagaimana bisa wanita ini mengaku sebagai mamanya? Dan lagi, bagaimana wanita tersebut bisa tau nama lengkapnya?

"Maaf. Sepertinya anda salah alama—"

"Nggak, Sayang. Ini beneran Mama. Mama kangen banget sama kamu."

Wanita tersebut tak lain dan tak bukan adalah sosok gadis yang kita kenal sebagai Gege. Gege mengatakan itu dengan senyum tipisnya. Bahkan saking tipisnya Lila sampai tak percaya kalau wanita itu benar-benar merasakan seperti yang barusan diucapkan, mengatakan perasaan 'rindu' pada Lila. Apalagi tatapan Gege sekarang terlihat hampa.

"Sorry, Lady. But i don't know you," tegas Lila.

"So please remember me."

Lila kian tak mengerti. Apa maksud dari sepupu mantan kekasihnya ini? Ia baru bertemu dengannya sehari, dan omong kosong macam apa yang barusan dibicarakannya?

"Maaf, tapi saya sedang buru-buru. Bisakah kita bicara lain waktu saja?" Tentu saja Lila tak benar-benar berharap akan bertemu dengan wanita aneh ini lagi.

Gege tertawa kecil. Jujur, kali ini Lila sedikit terkesima melihat bagaimana bibir wanita tersebut merekah cerah saat tertawa. Mengingatkannya pada sesuatu, tapi entah apa itu. Meski begitu, Lila kesal karena tidak tahu apa yang ditertawakan Gege.

"Hah, lagi-lagi gue belum terbiasa liat orang-orang udah pada dewasa. Bahkan putri gue sendiri udah mulai sibuk-sibukan," gumam Gege pada dirinya sendiri. Lalu ia kembali menatap Lila dengan senyum tipisnya. "Mama ngga peduli kamu percaya ini mama kamu atau nggak. Mama tau ini mendadak. Tapi kamu harus percaya satu hal, kutukan itu lagi nyariin kamu. Kamu harus Hati-hati. Percaya sama Mama sebelum semuanya terlambat, Lylia."

*****

Me time. Salah satu hal favorit yang tidak Samuel lakukan akhir-akhir ini. Makan di kafe sendirian, berjalan mengitari taman sendirian, menonton opera teater sendirian, dan banyak lagi. Itu semua merupakan healing terbaik.

Dan kini, Samuel memilih pergi ke perpustakaan kota untuk menjernihkan pikirannya. Sebenarnya tidak ada masalah besar yang sedang ia hadapi, tapi entah kenapa hatinya tidak begitu tenang akhir-akhir ini.

"Saya menyentuhnya lebih dulu."

Samuel seketika mundur saat ia kalah cepat dalam mengambil buku yang ia inginkan. "Ah, silahkan." Samuel pun dengan canggung mempersilahkan pemuda yang barusaja berebut buku dengannya itu mendapatkan bukunya.

"Terima kasih," ujar pemuda asing tersebut.

Samuel lanjut beralih mencari tempat yang sepi manusia agar leluasa memilih bukunya. Pemuda tersebut memilih sebuah rak di paling ujung belakang yang tak terjamah siapapun. Begitu ia mengambil bukunya, sosok gadis dengan napas terburu-buru memasuki blok sepi yang disinggahi Samuel tersebut.

"Sial. Kenapa gue gugup gini sih?! Bukan pertama kalinya gue dikejar musuh," bisik gadis tersebut.

Mata Samuel seketika membola begitu menyadari siapa yang barusan datang. Seorang gadis bergaun selutut berwarna hitam, dengan kedua lengan yang menggunakan sarung tangan. Bahkan ia juga memakai wig rambut panjang berhighlight biru yang digelung satu. Benar-benar nyentrik sebab gadis tersebut juga memakai kacamata hitam kali ini.

"Gege?" gumam Samuel masih dengan raut terkejutnya.

Merasa ada orang lain selain dirinya, gadis yang ternyata adalah Gege tersebut membuka kacamata hitamnya, segera mengenali Samuel. Seketika Gege tersenyum penuh arti dan segera mendekat ke Samuel.

"Gue tau lo bakal bantu gue." Setelah mengatakan itu, dengan cepat Gege membuka reseleting baju depannya. Membuat gaunnya berganti jadi warna putih dengan ukuran sedikit lebih panjang di bawah lutut. Ia juga tergesa melepaskan gulungan rambut dan sarung tangannya. Menggunakan sarung tangan tersebut sebagai bandana rambut panjangnya yang kini telah tergerai, hingga tak terlihat lagi highlight biru di rambut bagian dalamnya.

Sekon selanjutnya Gege menyampirkan kacamatanya ke kerah baju Samuel. Menarik paksa pemuda tersebut untuk menutupi tubuhnya di pojok ruangan. Samuel benar-benar tak diberikan waktu untuk berkedip melihat gerakan cepat Gege.

"Sorry."

Setelah mengatakan itu, dengan santainya Gege menarik tengkuk Samuel sembari berjinjit kecil. Tanpa aba-aba, Gege mengecup lama bibir pemuda tersebut. Hal itu tentu saja dalam sekejap memberikan sengatan ribuan watt di jantung Samuel! Bahkan kecepatan lari cheetah mungkin kalah cepat dengan kecepatan detak jantung Samuel saat ini.

Namun syukurlah lima detik berikutnya, Samuel berhasil menguasai diri. Pemuda tersebut berusaha melepaskan tautannya. Wajahnya semerah tomat, Samuel memasang ekspresi kesal meski jantungnya masih dugem tak karuan.

"Lo–"

"Sstt ... tetep dalam posisi ini. Gue lagi diburu."

Tap tap tap.

Suara derap langkah mendekat. Namun Samuel tak peduli dengan apa yang dikatakan Gege. Ia berniat meninggalkan ruangan. Namun baru beberapa langkah, kakinya seketika terhenti begitu melihat sesosok yang tingginya hampir 7 kaki berjarak sekitar satu meter dari ruangan ini. Sosoknya sangat menyeramkan, berbentuk seperti serigala putih dengan dua taring  mencuat dari mulutnya. Serigala tersebut berjalan tegap layaknya manusia. Menggunakan jubah compang camping berwarna merah. Sosok menyeramkan tersebut menggeram, celingukan mencari sesuatu.

Gege segera membalikkan tubuh Samuel sebelum monster tersebut mengetahui atensi mereka. Wajah gadis tersebut kini mulai serius, berbeda dengan Samuel yang membeku karena terkejut.

"Tenang. Lo bisa liat monster itu karena lo pake gelangnya. Ga ada yang tau kehadiran dia selain kita. So, please bantu sembunyiin gue dari di—"

Belum selesai Gege melanjutkan suaranya, Samuel segera menautkan bibirnya lagi. Membawa gadis tersebut ke pojok ruangan. 

Sosok monster tersebut kini sudah memasuki rak pojok tempat mereka berdua bersembunyi. Geramannya terdengar lebih menyeramkan dari sedekat ini. Namun Samuel berusaha tenang. Ia semakin menundukkan badannya, tangan besarnya menangkup sisi kanan-kiri pipi Gege, menyembunyikan wajah gadis tersebut. Keduanya menutup mata masing-masing dan memainkan tautannya senatural mungkin.

Jantung Samuel makin tak karuan sekarang. Apalagi saat ia dapat merasakan embusan panas dari hidung monster tersebut yang mengendus di atas ubun-ubunnya. Rasanya Samuel ingin pingsan sekarang juga.

Perlu diketahui, Samuel melakukan ini semua secara terpaksa. Ia memilih memercayai Gege untuk saat ini. Demi keselamatannya juga.

"Grrrr ...."

Monster tersebut kembali menggeram saat tak menemukan keberadaan Gege. Kemudian memilih berbalik badan, pergi dari ruangan tersebut dengan gerungan marah yang menggelegar.

Setelah memastikan monster tersebut benar-benar pergi, Samuel melepaskan tautannya perlahan. Mata minimalisnya menatap Gege yang masih terpejam.

"Jelasin semuanya ke gue," bisik Samuel yang membuat Gege ikut membuka matanya. Keduanya kini saling bertatapan dengan tatapan yang sama-sama sulit dimengerti.

"Lo mau bantu gue kalo gue jelasin?" jawab Gege dengan wajah datarnya.

"Tergantung."

Gege mendorong pelan dada Samuel agar posisi keduanya tidak terlalu dekat. "Nggak, jangan bantu gue. Bantu Lylia aja, plis. Gue tau lo masih suka sama dia."

Samuel menaikkan satu alisnya. Ia bingung kenapa Gege bisa tau kalau Lylia alias Lila adalah mantan kekasihnya?

"Lo kenal Lila?"

"Dia satu-satunya harta berharga yang gue punya," jawab Gege demi meyakinkan Samuel.

"Kita bicarain di luar aja, gue capek bisik-bisik." Setelah mengatakan itu, Gege mengambil kacamatanya di kerah baju Samuel, lalu memakainya sembari berjalan keluar. Ya, perpustakaan bukanlah tempat yang tepat untuk mendiskusikan misi rahasia.

Mau tak mau, Samuel mengikuti gadis tersebut. Gadis aneh yang sialnya terus membuat dia penasaran dari hari ke hari.

Dan pada akhirnya mereka memilih membicarakan semuanya di area parkir perpustakaan, tepatnya di dalam mobil Samuel.

"Monster tadi itu sama kayak gue. Bedanya, dia cuma jiwanya yang terkena kutukan. Sedangkan gue, jiwa raga gue kena kutukan dua-duanya. Biar gue jelasin, mungkin bakal ga masuk akal buat lo, tapi ini beneran ada." Gege memasang wajah seriusnya lagi. Sementara Samuel hanya fokus mendengarkan.

"Tiap manusia punya sisi hewani dalam jiwanya. Dan animal soul gue itu anjing Bischon Frise. Sedangkan animal soul si monster tadi tuh Serigala. Gue gatau detailnya gimana, tapi kita saling terhubung kayak loop. Kalau jiwa asli gue balik ke tubuh gue, animal soul dia yang keluar kayak tadi. Sedangkan kalau animal soul gue yang keluar, harusnya gantian, jiwa asli dia juga balik ke tubuh dia. Tapi karena secara fisik dia udah meninggal, maka jiwa aslinya cuma keliling di alam antah berantah."

"Tunggu, jadi wujud anjing Gege itu cuma animal soul lo? Tapi kenapa temen-temen gue bisa liat lo juga? Bahkan orang asing yang jadi majikan lo juga bisa liat? Sementara animal soul si monster serigala itu cuma terlihat sama gue doang karena pake gelang ini."

Gege merotasikan bola matanya mendapatkan pertanyaan beruntun dari Samuel. "Kan gue bilang, karena gue cuma sekarat—belum mati—secara raga saat terkena kutukan. Jadi raga gue juga kena kutukan dan manusia masih bisa liat gue. Sedangkan monster tadi udah mati waktu dikutuk, jadi cuma kena jiwanya. Emang ada manusia yang bisa liat jiwa tak kasat mata? Kecuali lo, karena lo punya perantaranya."

Samuel mengangguk-angguk paham.

"Si monster tadi mau cari seseorang yang sama-sama terikat dengan kontrak yang pernah kita bikin sama iblis. Biar dia bisa rebut raga orang itu buat tempat jiwa aslinya. Jadi dia bisa hidup sebagai manusia lagi."

"Wah urusan sama iblis sih dah ngeri ini," sela Samuel sembari menggelengkan kepalanya.

Gege malah menukikkan alisnya kesal. "Gue ga suka lo nyela."

Samuel pun terdiam mendengar ucapan tegas Gege. Ia memilih mengunci mulutnya lagi.

"Cuma kita berdua yang terikat sama iblis itu, makanya kita saling berhubungan walaupun kami gak akrab pas masih hidup. Dan di kontrak itu, kita disuruh cantumkan nama orang lain, katanya boleh orang terdekat, jadi gue cantumin nama Lylia yang waktu itu masih lima tahun. Waktu itu gue nggak teliti baca dan nggak tau bahwa orang lain yang dicantumin tuh bakal jadi jaminan kalau kita mau bebas dari kutukan ini. Caranya ... pake ritual khusus buat menyerap jiwa si jaminan tersebut. Kalau berhasil, jiwa si jaminan tadi yang bakal kena kutukan animal soul, sedangkan raganya dipake sama monster Serigala tadi."

"Tapi bukannya Lila jaminan-nya lo. Emang si monster tadi gak punya jaminan-nya sendiri?" tanya Samuel.

"Mungkin aja jaminan dia udah mati, ga bisa digunain lagi. Jadi dia ngincer jaminan gue yang masih hidup. Dan ya ... kita bebas bisa pake jaminan siapa aja selama kita sama-sama terikat sama iblis itu. Karena setelah gue sadar, kutukan sebenarnya yang diinginkan sama iblis itu adalah supaya kita saling bunuh."

"Terus kenapa dia masih ngincer lo tadi, nggak langsung nyerang Lila?"

"Karena dia gatau siapa jaminan gue. Dia mau cari tau dulu dari gue. Sekalian mau bunuh gue, mungkin(?)"

Samuel mengerutkan keningnya. "Kenapa mau bunuh lo juga? Bukannya kalian nggak saling akrab?"   'Yang pastinya ngga ada masalah di antara kalian(?)'

"Karena gue yang bunuh dia, hehe." Gege nyengir tanpa wajah berdosa. Membuat Samuel makin tak mengerti watak gadis aneh ini.

"Oke, oke, gue paham. Jadi apa yang harus gue lakuin buat bantu Lila?"

"Bentar, bentar." Gege nampak mengeluarkan saputangan terlipat dari sakunya. "Di sini ada obat hirup yang bisa bikin pingsan. Lo harus buat gue pingsan, supaya gue kembali ke animal soul gue, jadi animal soul si monster tadi ngga berkeliaran keluar."

Samuel menerima saputangan tersebut. Sebelumnya ia pernah melihat teknik ini di film-film, biasanya digunakan copet untuk membuat pingsan korbannya dalam diam.

"Mungkin lo bakal kerepotan sama sifat animal soul gue. Tapi plis bertahan, semuanya demi Lylia. Bakal ada waktunya gue harus balik kesini lagi, tapi ga sekarang. Nanti kalau udah waktunya, bakal ada pria suruhan gue yang dateng ke lo. Sementara ini, dia lagi cari cara buat nemuin iblis yang ngutuk gue, buat hilangin kutukannya."

"Kalau gitu, kenapa animal soul lo nggak diasuh sama pria suruhan lo aja?" Samuel menyela.

"Nggak boleh. Dia juga iblis."

Samuel meneguk salivanya. Jadi ia juga akan bertemu dengan iblis?

"Oke. Sekarang bikin gue pingsan, sebelum monster serigala tadi nemuin gue lagi." Gege bersiap bersandar pada kursinya.

Samuel menurut, ia bersiap menaruh saputangannya di depan wajah Gege.

"Eh, bentar." Tiba-tiba Gege menghadap Samuel.

"Kenapa lagi?"

Gege memasang wajah jahilnya. "Bibir lo tadi manis juga, hehe."

Hap!

Tanpa babibu, Samuel langsung membungkam mulut dan hidung gadis menyebalkan tersebut dengan saputangannya.

Gege pun pingsan seketika.

==TBC==

Lylia itu Lila, Gaes. Kan udah aku kasih tau nama lengkapnya di chapter Minum 😂

Gimana? Makin bingung nggak? :(

Jujur dari kemarin mayan susah nyusun kalimat supaya nggak belibet pas jelasin tentang kutukan Gege.

Soalnya ini pertama kalinya aku bikin cerita yang ada unsur fantasinya, ya walaupun nggak terlalu kompleks sih world buildingnya. Takutnya kata-kataku kurang membangun imajinasi kalian :')

Jadi kalau masih ada yang bingung tanya aja di komentar ya, nanti kujelasin 😆






mood Gege saat ini :<

mood Gege setelah kamu vote cerita ini :D

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro