Kerja
kira-kira gini ekspresi Samuel kalo lagi salting atau nahan gemes ke Gege 😂👇
Oke, selamat membaca~
.
.
.
.
.
.
"ARGH SETAN SETAN! JANGAN KEROYOK GUE, SIALAN!! NO NO NOOOOOO!"
Semua orang terbahak menyaksikan karakter yang dimainkan Zayyan mati digerogoti hantu bergigi tajam mengerikan. Pemuda tersebut pun dengan kesal melepaskan kacamata VR-nya.
"Brisik lo. Gantian gue main." Azka segera menyambar kacamata VR tersebut dari tangan Zayyan.
"Halah, janji lo nggak teriak-teriak nanti pas dikagetin ntu kuntilanak," sahut Zayyan bersungut-sungut.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Itu berarti mereka sudah bersenang-senang selama dua jam. Mulai dari lomba makan pedas—yang kalah cuci piring, lalu sekarang semua orang beralih ke ruangan khusus game dan karaoke—yang kedap suara—untuk bermain virtual reality dari game horor. Sekalian uji nyali. Dan tentu saja yang paling heboh di ruangan ini adalah Zayyan dan Samuel. Duo penakut tersebut terus menghabiskan sebagian besar waktu bermainnya dengan berteriak. Bahkan Gege juga ikut menertawakan Samuel, untuk sebentar ia melupakan perlakuan mendebarkan Samuel beberapa menit lalu.
"Gege juga mau main dong!" seru Gege sembari mendekat ke pusat permainan.
"Emang lo tau cara mainnya?" Samuel dan wajah sombongnya menatap remeh Gege. Ia masih pundung karena Gege terus meledek dan menertawakan ketakutannya saat bermain tadi.
"Entar diajarin sama Haidar. Iya, 'kan?" Kini dengan percaya dirinya Gege menatap Haidar penuh harap. Azka sedang bersiap untuk bermain sekarang, sedangkan Zayyan nampaknya masih kesal atas kekalahannya, jadi hanya Haidar satu-satunya harapan Gege untuk mengajarinya cara bermain ini.
Haidar tentu saja dengan senang hati mengiyakan permintaan Gege. "Boleh, boleh. Pertama, lo pake dulu nih kacamatanya."
Dengan hati-hati Haidar membantu gadis itu memasangkan kacamata VR-nya. Selanjutnya ia membantu menjelaskan kegunaan dua controller di genggaman Gege. Pemuda tersebut juga terus membantunya saat permainan sudah dimulai. Bahkan beberapa kali Haidar ikut memegangi controller di genggaman Gege saat gadis itu kesulitan menggerakkannya.
Samuel yang melihat langsung kedekatan keduanya pun entah kenapa jadi seperti merasakan ada percikan api di matanya. Apalagi saat tangan Haidar menggenggam kedua tangan Gege, membantu mengarahkan controller-nya. Haidar yang berdiri tepat di belakang Gege, membuatnya terlihat seperti sedang memeluk gadis itu dari belakang. Kerongkongan Samuel jadi ikut terasa gersang melihat pemandangan itu.
Pemuda tersebut memilih meraih satu kaleng minuman wine yang dibawakan Azka, lalu meneguknya langsung hingga tersisa setengah. Setidaknya ini membantu sedikit kegersangan di tenggorokannya. Namun tindakan tiba-tiba itu tentu saja tak luput dari pandangan Zayyan.
"Eh gila, lo minum dikit aja udah teler. Mau mati lu minum setengah langsung?!"
Namun Samuel tak menghiraukan perkataan Zayyan. Ia sadar dirinya sudah melewati batas kemampuannya. Sekarang kepalanya mulai terasa pening. Biasanya untuk setengah kaleng wine saja Samuel tidak sanggup meminumnya dalam waktu kurang dari 30 menit. Ia memang pemabuk yang payah.
"Lo mau juga? Nih!" Samuel nyengir dikit sambil menyodorkan kalengnya pada Zayyan. Nampaknya pikiran Samuel sudah ikut mulai kabur.
"Nggak, gue mah keep halal, Brother." Ah iya, Samuel bahkan sudah lupa kalau Zayyan ini cowok taat agama. Di antara mereka berempat hanya Zayyan yang tidak pernah mencicipi rasanya mabuk karena minuman. Samuel dan Azka yang beda iman dengannya tentu tetap menghargai pilihan Zayyan. Sementara Haidar, justru malah cowok itu yang mengajari Samuel dan Azka cara 'minum' meski agamanya melarang.
"Yah ... Gege kalah ...."
Atensi Samuel kini kembali pada Gege. Permainannya sudah selesai, gadis itu sedang dibantu Haidar melepaskan kacamata VR-nya. Dada Samuel tiba-tiba kembali terasa tersentil bara api saat Gege berterima kasih sembari tersenyum manis pada sahabatnya itu. Tidak, Samuel tidak pernah melihat gadis itu tersenyum manis pada cowok lain sebelumnya, rasanya jadi aneh. Samuel tidak mungkin cemburu, 'kan? Ia hanya merasa aneh karena gadis itu ternyata bisa tersenyum manis pada orang lain.
Namun di tengah kegaduhan dalam diri Samuel, Haidar semakin memperkeruh suasana hatinya dengan mencubit pipi Gege gemas.
"Eh, Sam. Lo kalo punya pacar jangan yang gemes-gemes lah, entar gue khilaf ngerebut gimana?!" Tentu saja Haidar hanya bercanda. Namun entah kenapa bara api di dada Samuel malah semakin bergemuruh mendengar 'candaan' Haidar itu.
Samuel tak menjawab. Berusaha tidak menuruti emosinya. Meski dirinya sudah setengah sadar, ia bisa mendengar dengan baik perkataan sahabatnya itu. "Lo mabok, Dar. Nih minum dulu!"
Samuel pun menyodorkan kaleng wine-nya pada Haidar. Jalannya sedikit sempoyongan mendekat pada mereka berdua. Haidar yang menyadari wajah mabuk Samuel pun tergelak. "Lo yang udah mabok, Sat. Merah banget muka lo kayak bayi curut," celetuk Haidar.
Namun tak ayal Haidar mengambil alih kaleng wine di tangan Samuel, lalu menghabiskan sisanya dengan cepat. Berbeda dengan Samuel, Haidar adalah pemabuk handal daripada yang lain. Tapi bukan berarti ia tidak bisa mabuk. Haidar baru bisa mabuk saat menghabiskan satu botol penuh. Dan lagi, itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
"Lo ga minum juga, Ge?" tanya Haidar sembari hendak mengambilkan satu kaleng untuk gadis itu.
Namun sebelum itu, Samuel sudah menyahuti tegas. "Nggak boleh! Gege masih di bawah umur."
"Tapi Gege pengin nyoba, Samuel ...."
Tidak, Samuel sudah mabuk. Seharusnya tatapan lembut Gege tidak bisa merasuk ke hatinya. Tapi kenapa dirinya masih bisa sadar untuk merasa salah tingkah?
"Ndak, ndak boleh! Gege minum lemon tea aja, okke?"
Ada sedikit perubahan nada bicara pada perkataan Samuel barusan. Suara pemuda tersebut entah kenapa terdengar sedikit diimutkan seperti sedang berbicara pada bayi. Nampaknya cowok itu mulai kehilangan kesadaran sepenuhnya.
*****
Malam sudah berada di puncaknya. Namun semua orang di rumah Samuel belum juga ada niatan untuk pergi tidur. Haidar dan Azka masih melanjutkan acara minumnya sembari bermain Uno meski keduanya sudah mabuk berat. Sementara Samuel, ia sedang nge-bug di tengah permainan Azka dan Haidar. Benar-benar menatap kosong dengan mata sayunya. Tadi Samuel nekad minum satu kaleng lagi hingga jadi lupa alam sekitarnya seperti ini. Hanya Zayyan yang benar-benar masih tersadar, pemuda tersebut sedang sibuk menghadap notebook, menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda di ruang tengah—menjauh dari yang lain agar lebih khusyuk.
Lalu bagaimana dengan Gege? Gadis itu tadinya sedang ikut bermain Uno bersama Azka dan Haidar, hanya saja kini ia sedang izin ke toilet sebentar.
Setelah menyelesaikan urusannya di toilet, Gege segera menuju dapur, meraih gelas besar dan meminum air es dari kulkas. Rasanya menyegarkan setelah beberapa menit lalu tenggorokannya terasa kering karena banyak berteriak girang akan kemenangannya di permainan Uno.
"Ngapain, Ge?"
Gege sedikit terkejut saat bisikan seseorang tepat sasaran menggelitik belakang telinganya. Gadis itu pun segera menaruh gelasnya dan berbalik badan untuk mengetahui siapa pria yang berbicara padanya itu.
Ternyata Haidar.
Dari dekat, Gege dapat mencium bau alkohol yang menusuk hidungnya. Wajah sahabat Samuel itu juga sudah berantakan, matanya bahkan sangat sayu.
Karena sempoyongan, Haidar menumpu tubuhnya dengan berpegangan pada ujung meja dapur di sisi kanan dan kiri Gege. Hal itu membuat Gege terjebak dalam kungkungannya.
"Haidar, misi .... Gege mau ke depan."
Bukannya beralih, Haidar terkekeh kecil. Malah kini sedikit membungkukkan badannya, mendekatkan wajahnya pada Gege. Baiklah, Gege sudah mulai takut sekarang.
"Tadi lo bilang pengin nyoba minum, 'kan? Sini gue ajarin." Haidar benar-benar sudah di luar kendali sekarang. Cowok yang terkenal sebagai buaya di kampusnya itu kini tanpa basa-basi mengangkat dagu Gege. Membawa wajah gadis itu semakin mendekat padanya.
BUGH!
Entah sejak kapan, tiba-tiba Samuel datang menarik Haidar menjauh dari Gege, lalu menghadiahkan bogeman mentah pada pipi kanan sahabatnya itu. Haidar sampai tersungkur ke lantai menerima serangan Samuel.
"Jangan makan Gege!" racau Samuel dengan nada bicara seperti anak kecil. Pemuda tersebut segera berdiri di depan Gege, melindungi gadisnya itu meski tubuhnya masih sempoyongan.
"Sakit, Bangsat! Hahahaha." Meski pandangannya masih kabur, Haidar segera kembali berdiri dan hendak membalas bogeman Samuel.
Namun untung saja Zayyan datang tepat waktu. Pemuda tersebut segera ke sini begitu mendengar kegaduhan di dapur. Ia pun menahan tubuh Haidar yang hendak menyerang Samuel. "Sadar, woi! Kalian kenapa sih?!"
"Ge, mereka kenapa?" tanya Zayyan pada Gege—selaku satu-satunya orang yang sadar di sini selain dirinya.
"Tadi Samuel dateng-dateng mukul Haidar," jujur Gege. Gadis itu masih sedikit menegang karena terkejut dengan tindak kekerasan di depan matanya langsung.
"Gege cuma punya Samuel! Haidar ga boleh ambil!" racau Samuel tiba-tiba sembari menggelendot di lengan Gege. Pemuda tersebut mengatakan itu dengan mata terpejam.
Kini Zayyan mulai mengerti situasinya. Ia pun menghela napasnya. "Yuk, Dar. Gue anter lo pulang. Kayaknya ga aman kalo lo tidur di sini."
"Ah ... Uno, Uno, gue menang yeay!!!" teriak Haidar sembari memeluk Zayyan.
"Yeayyy!!!" Samuel juga ikutan berteriak meski ia tidak tahu—coret, tidak sadar—apa yang sedang ia teriaki.
"Ge, gue anterin Haidar pulang ya. Lo jagain Samuel dulu, dia emang bawel kalo lagi mabuk, kayak anak kecil juga. Lo nginep sini, 'kan? Atau mau gue anterin pulang sekalian nanti?" tawar Zayyan sembari membenarkan posisi Haidar untuk berhenti memeluknya.
"Gege nginep sini." Tentu saja, kemana Gege akan tidur jika bukan di sini?
"Yaudah. Biar aman, nanti sebelum tidur jangan lupa kunci kamarnya dari dalem oke?"
Meksi tidak tahu pasti apa maksud Zayyan, Gege hanya mengangguk mengerti. Selanjutnya Zayyan pun membawa Haidar keluar dapur. Di ruang tengah, nampaknya Azka sudah teler. Sahabatnya yang satu itu tertidur begitu saja di atas karpet dengan beberapa kartu yang berada di tangannya.
"Gue titip Azka juga ya. Nanti jangan lupa diselimutin. Maaf kalo bikin lo repot."
Lagi-lagi Gege hanya mengangguk saja menuruti Zayyan. Gege segera mengambilkan selimut tebal untuk Azka setelah sepergian Zayyan dan Haidar.
"Ge ... Gege ... Ge ....
Hahahhahaa, namanya lucu banget."
Gege melinguk saat mendengar Samuel kembali meracau di dapur sana. Tadi Gege sudah mendudukkan Samuel di kursi makan agar lebih tenang. Namun rupanya Gege harus mengecek cowok itu lagi. Sungguh, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan pada orang mabuk. Gege pernah melihat orang mabuk di drama yang ia tonton. Ternyata memang seberantakan ini meski di dunia nyata.
Sesampainya di dapur, Gege cukup terkejut. Cowok itu sudah ndelosor tengkurap di lantai. Gege pun terpaksa berjongkok dan menarik-narik kerah belakang Samuel. "Samuel ... ayo, bobok, udah malem banget. Gege juga mulai ngantuk nih. Hoaammm."
Samuel akhirnya mengangkat wajahnya, tiba-tiba ia sedikit memanyunkan bibirnya menghadap Gege. "Gege jangan mau diambil Haidar ya? Gege anjingnya Sammy, 'kan?"
Gege terkekeh kecil mendengar keluhan Samuel. Nada bicaranya benar-benar seperti anak kecil yang tak mau ditinggal ibunya.
"Iya, Gege anjingnya Samuel kok! Gug gug!" sahut Gege riang. Mencoba menirukan suaranya sendiri saat menjadi anjing.
Melihat itu, Samuel ikut kegirangan dengan wajah telernya. "Gug! Gug!" Ia ikut menggonggong seperti Gege, lalu kembali tertawa.
"Ayo, sekarang tidur, Samuel. Gege beneran ngantuk tauuu," bujuk Gege sembari menarik lengan Samuel untuk bangkit.
Kali ini Samuel menurut. Sembari dipapah Gege, Samuel bangkit dan berjalan sempoyongan menuju kamarnya. Rasanya punggung Gege mau patah karena tubuh Samuel berat sekali. Untung saja jarak kamar Samuel tidak terlalu jauh dari dapur.
Dengan hati-hati, Gege membaringkan Samuel di ranjangnya. "Mimpi indah ya. Gege sayang Samuel," ujar Gege tulus, sebelum melangkah hendak pergi dari sana.
Namun tangan Samuel lebih dulu menahan lengan Gege untuk pergi. "Siapa manusia cantik ini, heung?" Lagi-lagi Samuel meracau seperti orang linglung.
"Ah, anjingnya Sammy toh. Cantik banget. Sini jangan jauh-jauh, nanti diculik."
Sebelum bisa menjawab racauan Samuel, Gege segera ditarik mendekat ke ranjang. Gadis tersebut mau tak mau terduduk di tepi ranjang. "Samuel, Gege pengin tidur."
"Sini sini, sama Sammy." Dengan mata yang masih terpejam, Samuel menyisakan ruang di sampingnya. Menyuruh Gege untuk berbaring di sana.
"Nggak papa Gege tidur di sini? Samuel ga marah?" tanya Gege hati-hati. Pemuda tersebut bukannya paling anti tidur berdekatan dengannya? Gege benar-benar tidak mengerti yang mana sikap asli Samuel.
Terlalu banyak tanya, tiba-tiba Samuel memilih menarik tubuh Gege untuk berbaring di sampingnya. Mau tak mau, Gege ikut saja dan merapihkan posisi tidurnya. Sebenarnya ia juga malah senang kalau Samuel tidak marah. Hanya saja, untuk sekarang Gege belum terlatih tuk terbiasa dengan degup jantungnya yang akan berdugem kencang jika berdekatan dengan Samuel seperti ini.
Mata Samuel akhirnya terbuka, menatap sayu Gege penuh arti. Entah kenapa seluruh tubuhnya terasa lebih panas malam ini. "Gege pengin nyobain rasanya mabuk?"
Mendengar itu, Gege mengerutkan keningnya tak mengerti. "Tapi kan Samuel ga bolehin Gege minum?"
"Emang. Tapi kalau ini ... gapapa."
Sebelum Gege mengeluarkan pertanyaannya lagi, Samuel lebih dulu membungkam bibir gadis itu dengan miliknya.
Gege tentu saja terkejut. Tadinya ia akan melepaskan diri untuk bertanya lagi, namun Samuel segera menahan tengkuk gadis itu, mengunci pergerakannya. Bibir Samuel belum tergerak, hanya mengecup lembut bibir Gege.
Tidak ada lima menit, Samuel melepaskan pagutannya. Tangannya beralih mengusap bibir bawah Gege. "Ini lebih bikin mabuk daripada minuman tadi."
Setelah mengatakan itu, Samuel kembali manyatukan pagutannya. Kali ini permainannya sedikit lebih dalam. Samuel merasa suhu ruangan di sini semakin membara. Ia pun memilih membuka satu persatu kancing kemejanya tanpa melepaskan pagutan mereka. Gege benar-benar tidak bisa melakukan apapun selain memejamkan mata dan menikmati setiap permainan Samuel.
Samuel benar, sekarang Gege jadi merasa lupa dengan dunia sekitar, rasanya sangat memabukkan. Ia tidak pernah merasakan yang seperti ini sepanjang hidupnya. Semuanya terjadi karena Samuel.
Seolah hidupnya kembali bekerja saat bersama Samuel. Dan Gege merasa bahagia mengetahui fakta itu.
==TBC==
cuy, malu banget aku ngetiknyaaaa 🙈
Maaf kalo kurang ngefeel, aku ndak sanggup sama scene ini 👉👈
YANG PENCET VOTE JODOHNYA MINHEE SEVENTEEN! 🤘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro