Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kelapa

Langit sudah tidak terlalu terik seperti dua jam sebelumnya. Jam empat sore memanglah waktu yang tepat untuk massage sekaligus relaksasi tubuh. Sudah banyak hal yang para gadis lakukan di pulau ini. Mulai dari acara picky-picky yang berlangsung heboh dan sedikit kacau karena mereka harus saling berebut barang incaran mereka. Bahkan sempat terjadi jambak-jambakan antara Jane dan Yuji yang memperebutkan gaun pantai dengan brand ternama incaran keduanya. Pada akhirnya Yuji yang memenangkan acara perebutan tersebut.

Setelah acara picky-picky, dilanjutkan dengan bermain air di pantai. Mereka naik banana boat, bermain flypboard, jetski, bermain papan selancar yang ditarik oleh kapal, dan permainan pantai lainnya. Semuanya tertawa riang seolah tak ada beban yang sedang ditanggung pikiran masing-masing.

"Aduh, geli." Gege menggeliat saat merasakan punggungnya mulai diolesi minyak khusus oleh pemijat.

Gege memperbaiki satu-dua anak rambutnya yang menutupi penglihatan. Kini gadis tersebut sudah menguncir rambut pendeknya, tidur tengkurap di atas papan empuk nan nyaman. Tiap sudut ruangan menguarkan bau wewangian yang membantu merilekskan pikiran. Oiya, ruangan tempat pemijitan ini berada di lantai dua di basecamp mereka. Lokasinya tepat menghadap dinding berupa kaca tembus pandang sehingga masih bisa menikmati pemandangan pantai selagi dipijat.

(Ilustrasi rumah by discord)

"Ini pertama kalinya lo massage kaya gini ya, Ge?" tanya Yuji yang juga sedang menikmati pijatannya, gadis bermata monolid tersebut berbaring tepat di papan pijat sebelah kanan Gege. 

Gege menoleh pada Yuji. "Iya. Geli banget."

" Wah, jangan-jangan lo masih perawan?" seru Yuji yang awalnya hanya bernada candaan.

Namun Gege malah memasang wajah bingung. "Maksudnya?"

Mendengar itu, Yuji berdecak menanggapi sikap polos Gege. "Gausah sok polos. Gue tau si Samuel tu red flag banget kalo pacaran. Seenggaknya dia ... ekhem pernah nyentuh lo sekali dua kali, 'kan?"

"Kak Yuji, di sini ada Icha loh," tegur Weni yang berbaring di dua papan ke kanan dari papan Yuji.

"Halah, ni bocil juga paling udah tau yang beginian," celetuk Yuji tak peduli.

Sementara Icha yang berada di antara Weni dan Yuji memilih memejamkan mata saja, berpura-pura tidur saking menikmati pijatannya.

"Yee ... tapi emang Kak Yuji tau darimana Bang Sam red flag kalo pacaran? Muka-mukanya aja kek orang mager idup gitu, kayak gaada gairah," ujar Weni yang tiba-tiba dilanjutkan senyum merasa tak enak pada Gege. "Eh sori, Kak Gege, gue nggak niat jelek-jelekin Bang Sam kok."

Namun Gege tak bereaksi apa-apa selain wajah yang semakin kebingungan. Banyak kata-kata asing yang Gege dengar hari ini. Membuatnya tak tau harus memberikan respon seperti apa.

"Halah lo mana tau, Wen, orang lo tinggal di London tiga tahun. Nih ya, gue yang sekampus sama Samuel aja sering dapet rumor kalo pacar terakhir Samuel yang namanya Lila itu, cuma morotin harta Samuel. Tu cewek rela sering-sering muasin Samuel yang red flag itu asal transferan lancar."

Jika saja Samuel mendengar pernyataan Yuji saat ini, mungkin pemuda tersebut langsung menjait mulut gadis tersebut karena sembarangan membicarakan rumor tentangnya dan Lila. Bahkan untuk melihat bahu Gege waktu itu saja Samuel sudah salting malu sendiri. Bagaimana bisa ada rumor sampah separah ini? Atau mungkin bisa saja ini hanya omong kosong Yuji.

"Serah lu dah." Weni tak mau memperpanjang lagi. Sebenarnya ia merasa tak enak pada Gege karena Yuji barusaja menyebut-nyebut mantan Samuel di hadapan Gege. Jadi agar ucapan Yuji tidak meleber kemana-mana, Weni memilih bungkam saja untuk sekarang.

"Tapi bener deh, Ji. Gue juga pernah denger kalo si Lila itu emang matre. Dan Samuelnya sendiri juga royal banget pas pacaran sama dia, ya makin kesenengan lah Lila. Yang bikin salut tuh, si Lila juga bisa akrab sama aunty Monik sampe sekarang walaupun udah putus sama Sam. Tapi kesannya malah kayak caper sih wkwk," timpal Jane yang terbaring di sisi kiri Gege. Weni yang masih menyimak semakin was-was menatap ekspresi Gege, takut-takut kalau gadis tersebut makin tak nyaman dengan obrolan kedua sepupunya. Namun Gege justru tidak menunjukkan ekspresi apa-apa selain raut bingung yang mencoba memahami perkataan orang-orang di sekitarnya.

"Tuh kan. Kadang kasian gue sama cowok-cowok Soeryono, sering banget jadi korban cewek matre. Apalagi Bang Julio noh yang mantannya udah sekebon amazon." Nada bicara Yuji makin menggebu karena akhirnya menemukan teman seperghibahan.

"Ya gitu lah ... salah siapa pada pacaran sama orang miskin wkwk," Jane kini mengalihkan tatapannya pada Gege. "Oiya, Ge, kita belum saling tau banyak hal loh. Lo sendiri dari keluarga mana?"

Pertanyaan tak terduga dari Jane membuat Gege membatu sebentar. Dengan suara lirih ia menjawab ragu, "Keluarga Wijaya(?)"

Jane menyipitkan matanya mendengar nada keraguan pada Gege. "Eum ... banyak sih yang nama keluarganya Wijaya di Indonesia. Tapi kalau diliat dari tingkah laku lo seharian ini, kayaknya lo bukan dari ... keluarga konglomerat ya?"

Celetukan Jane barusan berhasil membangun suasana canggung bagi semua orang yang ada di ruangan ini. Bahkan Yuji yang sedaritadi bicara blak-blakan saja cukup terkejut pada pertanyaan Jane pada Gege.

Namun dalam ruangan tersebut tidak ada yang memilih untuk menyumbangkan suaranya untuk nimbrung, bahkan Gege saja belum mengangkat bicara lagi karena dia sendiri masih bingung sendiri. 50% perkataan semua orang di ruangan ini tidak bisa ia pahami dengan baik sejak awal. Perawan, red flag, caper, royal, matre, konglomerat, apa arti semuanya itu? Kalau sudah begini rasanya Gege hanya ingin bersembunyi di balik bahu Samuel saja seperti biasanya. Gege menginginkan Samuel-nya sekarang.

Sementara tak ada yang menyahut, Jane kembali bersuara. "Jujur aja ndak papa. Lo udah berhasil dapet apa aja setelah pacaran sama Samuel? iPhone? Balenciaga? Dior? Channel?"

"Jane, lo bikin Gege ga nyaman." Akhirnya Samantha memilih bersuara setelah sejak tadi hanya menyimak.

Namun Jane tak menghiraukan. Gadis bermata sayu tersebut malah makin bersemangat mengajak Gege 'ngobrol'. "Targetnya lo mau putusin Samuel pas udah dapet apa, Ge? Villa? Penthouse?"

Sumpah, pikiran Gege makin tak karuan memikirkan banyak kata asing yang ia dengarkan hari ini. Hanya satu yang bisa Gege tangkap, tatapan Jane terlihat lebih tajam daripada beberapa waktu lalu. Aura Jane seperti ingin menjatuhkannya, begitu yang insting anjing Gege rasakan. Lebih tepatnya, Gege merasa bahwa posisinya cukup tersudutkan jika dilihat dari cara Jane bicara, meskipun Gege sama sekali tak mengerti apa yang dikatakan gadis tersebut.

"Jane, gue ga ikut-ikutan ya kalo yang ini." Yuji tiba-tiba bangkit setelah mengatakan itu. Gadis tersebut memilih menyelesaikan pemijitannya lebih awal dari yang lain, dan pergi dari ruangan tersebut.

Jane masih tak menjawab. Gadis tersebut mulai tersenyum kecil meski tatapannya masih tak ramah terhadap Gege. "Harusnya kalau target lo mau penthouse mewah, godainnya bang Noah aja. Dia jelas lebih kaya dari Samuel. Weni juga kayaknya bakalan lebih seneng kalo dapet kakak yang gemesin kayak lo."

"Jane!" Weni sedikit menggentak. Selain tak enak pada Gege, ia juga tak enak pada Samantha. Bisa-bisanya Jane mengatakan hal seperti itu di depan Samantha? Meski Weni sendiri masih canggung pada calon kakak iparnya tersebut, Weni jelas menghormati wanita itu.

"Lo sadar ga sih mulut lo daritadi busuk banget?" Suara itu tiba-tiba keluar dari mulut Eliz. Gadis berponi lebat yang sejak awal lebih banyak diam tersebut akhirnya buka suara saat seseorang menyinggung kakaknya, Samantha.

"Eh, mulut lo bisa buat ngomong ternyata. Gue kira bisu." Jane menatap tajam pada Eliz yang berbaring di samping kirinya.

Eliz merotasikan bola matanya. Tanpa mengatakan apapun, gadis bermata kucing tersebut memilih bangkit dan pergi dari sana. Suasana sore yang seharusnya mereka nikmati dengan tenang, malah berakhir tegang begini. Bahkan pijatan relaksasi tak membantu banyak menghilangkan ketegangan yang ada.

*****

Bahkan hingga matahari tenggelam, suasana hati semua orang masih canggung. Pesta lajang yang Weni kira akan full happy nyatanya jadi seperti ini. Bayangannya yang akan ada acara bakar-bakar jagung atau barbeque sembari menikmati sunset dalam sekejap hilang. Ia pikir akan ada musik dan tarian menyenangkan sebelum mereka tidur. Atau malah Weni juga membayangkan tidak tidur semalaman karena semua orang akan menonton drama atau memainkan game tantangan bersama.

Saat Samantha mengajak untuk makan bersama, semua orang tiba-tiba beralasan hanya ingin langsung tidur saja karena lelah setelah bermain seharian di pantai. Tidak semua sih. Hanya Weni dan Icha yang pergi makan malam bersama Samantha. Mereka bertiga memilih menikmati makan malam di gazebo dekat pesisir pantai yang dingin.

Sebenarnya Weni sendiri tidak terlalu berselera makan jika hening seperti ini. Namun ia tidak mau mengecewakan Samantha, sekaligus ingin mendekatkan diri pada calon iparnya tersebut. Sementara Icha sendiri, gadis itu memang sedang lapar, jadi ia ikut saja saat Samantha menawarkan makanan.

Di sisi lain, di dalam kamar berukuran besar Gege tengah berbaring sendirian di ranjang berukuran kingsize-nya. Kedua teman sekamarnya--Weni dan Icha--sedang keluar makan malam. Mengingat di rumah ini hanya tersedia 3 kamar, maka hanya ada salah satu kamar yang diisi dua orang dan itu adalah Samantha dan Eliz. Sisanya dibagi tidur bertiga.

Sekarang Gege nampak tengah sibuk mengotak atik ponselnya, mencoba menghubungi seseorang. Bibir merah muda gadis tersebut tersenyum begitu menyadari panggilan videonya sudah tersambung pada orang yang ia maksud.

"Samuel!" pekik Gege begitu wajah tampan Samuel terpampang jelas di layar ponselnya.

"Kenapa telepon, Ge? Ada apa?"  tanya Samuel di seberang sana.

Gege hanya menggeleng. Kedua sudut bibirnya terus terangkat merasakan perasaan rindunya terobati begitu menatap wajah Samuel. "Gege kangen banget sama Samuel tauuu. Rasanya Gege pengin meluk Samuel erat-erat biar ga jauhan lagi. Besok Gege udah bisa ketemu Samuel, 'kan?"

Ucapan tanpa jeda dari Gege tersebut menghasilkan raut tak suka di wajah Samuel. Diam-diam di seberang sana Samuel mulai mengkhawatirkan soal perasaan Gege sejak tadi siang. Atau mungkin Samuel saja yang memikirkannya terlalu jauh? Bisa saja apa yang dirasakan Gege itu hanya semacam perasaan sayang seekor anjing pada manusia yang sudah membantunya banyak. Seperti yang Gege rasakan pada Seno mungkin? Namun yang jelas Samuel hanya tak ingin mengambil resiko.

"Samuel kok diem aja? Samuel ga kangen Gege ya?" Gege cemberut menyadari Samuel yang terus diam menatapnya dari balik layar ponsel.

"Nggak,"  sahut Samuel enteng.

"Yaudah, tapi Gege tetep kangen wleee."

Samuel nampak menghela napasnya di seberang sana. "Ge, gue cuma mau ingetin kalo kita bukan pacaran beneran. Gausah pura-pura kayak pacar gue kalo kita cuma bicara berdua. Bertingkah kayak biasanya aja."

Mendengar itu, Gege nampak menukikkan alisnya. "Samuel kira Gege kangen sama Samuel cuma pura-pura? Ini beneran tau. Gege juga bertingkah kayak biasanya kok."

"Yaudah iya. Gue tutup dulu teleponnya ya. Gue mau lanjut main sama yang lain. Bye!"

Tut! Sambungan terputus secara sepihak oleh Samuel. Gege berdecak kesal, lalu mencoba menghubungi nomer itu lagi. Telepon tersambung namun Samuel tak mengangkatnya.

"Ih, Gege kesellll. Kenapa semuanya ngeselin banget sih hari ini?!"

==TBC==

Seperti beberapa chapter sebelumnya, judul subbab-nya typo, harusnya ditulis 'Kenapa' hehe.

YANG PENCET VOTE JODOHNYA JINSIK SUPERKIND! 🤘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro