Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cocol

Mereka akhirnya sudah sampai di mall. Meski Samuel berakhir mendapatkan luka cakaran yang cukup perih di lehernya. Huh, untung wajah tampannya tidak terluka. Itulah akibatnya setelah memakan jatah permen Gege. Sementara sang pelaku kini malah tampak bahagia, menatap seisi mall dengan mata bulat berbinar-binar.

"Samuel, liat! Ada anak kucing dinaikkin orang!" seru Gege sembari menunjuk pada area permainan di lantai bawah sana. Lebih tepatnya, Gege menunjuk pada salah satu bom bom car yang maskot depannya berbentuk doraemon.

"Doraemon paling gak suka dikatain kucing," sinis Samuel yang membela idola masa kecilnya itu.

Gege tak peduli, ia terus mengoceh begitu melihat banyak hal baru yang menarik baginya. Jika saja Samuel tidak memegangi tangan Gege, mungkin anak anjing yang hiperaktif ini sudah berlarian kesana kemari.

Samuel sudah berusaha semaksimal mungkin mendandani Gege. Bahkan untuk sentuhan terakhir tadi, Samuel menambahkan topi hitam dan sepatu boots cokelat. Membuat outfit Gege benar-benar seperti gadis tomboy dan cool. Berbanding terbalik dengan kelakuannya yang masih bocah.

"Sini sini!" Samuel menarik Gege untuk mengikutinya ke stan merk baju ternama.

Meski banyak baju dan gaun yang terjejer indah, Gege tidak begitu tertarik masuk ke ruangan ini. Baginya, arena permainan yang penuh sorak gembira anak kecil lebih menyenangkan. Berbeda dengan Samuel, yang bahkan kini matanya sudah dipenuhi bintang-bintang bersinar mengingat dirinya begitu menyukai dunia fashion.

Meski begitu, ia harus ingat dompet. Samuel hanya akan membelikan gaun untuk Gege, tidak untuk dirinya sekalian. Sebenarnya bisa saja Samuel membelanjakan uangnya untuk puluhan baju branded ini—mengingat keluarganya cukup kaya—hanya saja orangtuanya tidak mengajarkannya untuk bersikap boros sejak kecil. Lagipula sampai sekarang ia masih mendapat jatah uang jajan dari orangtuanya, itupun separuhnya ia tabung, sedangkan uang yang ia punya hanya tabungan dari upah menyanyinya di kafe sewaktu-waktu.

"Coba kalau pakai ini." Samuel mengambil dress merah maroon selutut, lalu mencocokkannya pada Gege.

Mata Samuel meneliti sebentar, lalu menggelengkan kepalanya, "ah, nggak bagus. Bagian depannya terbuka."

"Ada yang bisa kami bantu?" Seorang pegawai wanita tiba-tiba menghampiri keduanya.

"Mbak, tolong cariin dress yang pas buat cewek ini dong. Yang cocok buat ke acara keluarga," pinta Samuel yang diangguki pegawai tersebut.

Sembari menunggu pegawai mencarikan bajunya, Samuel berjalan mengelilingi deretan baju lelaki, tentu saja sembari menarik tangan Gege agar terus bersamanya.

"Samuel, Gege bosen. Pengin naik kucing tadi," keluh Gege sembari menekuk bibir bawahnya.

"Jangan, nanti kaki lo digigit kalo dinaikkin, mau?"

"Beneran?!"

Samuel tak menoleh, masih fokus mengamati satu persatu deretan baju. "Iya, bukannya anjing sama kucing musuhan?"

"Nggak tuh. Dulu Gege tiap hari main kejar-kejaran sama kucingnya pak RT."

"Dia tu sebenernya kabur dari lo, nggak mau main bareng," jawab Samuel enteng. Membuat bibir Gege kian menekuk.

"Bagaimana dengan dress ini?" Sang pegawai tiba-tiba datang lagi sembari mencocokkan sebuah dress pada Gege.

"Ini pertama kalinya bertemu keluarga sang kekasih, Nona?" Pegawai tersebut tersenyum simpul, bermaksud menggoda Gege. Namun Gege tak menjawab. Ia memilih menengok pada Samuel.

Samuel pun berdeham, "khem, iya, pertama kali."

Wanita pegawai tersebut tersenyum lagi. "Maka warna putih gading yang hangat sekaligus elegan ini, akan membuat kesan pertama yang baik saat bertemu calon mertua anda, Nona." Pegawai tersebut tertawa menggoda lagi saat mengatakan 'calon mertua'.

"Warna putih sangat cocok dilambangkan untuk pertemuan pertama. Karena warna ini begitu polos dan bersih, sama seperti pertemuan pertama dimana seseorang belum mengenal satu sama lain. Dan garis-garis hitam di bagian rok ini, adalah simbol keberanian karena berani melangkahi bagian putih yang kosong ini. Itu berarti Nona menunjukkan kalau Nona adalah sosok berani untuk membentuk kenangan bersama keluarga pacar Nona ke depannya," jelas panjang lebar pegawai tersebut.

Gege hanya mengangguk-angguk saja, sementara Samuel justru yang terpana akan penjelasan penuh filosofis tersebut. Samuel setuju dengan pendapat sang pegawai bahwa gaun ini cocok untuk Gege. Gaun putih simple tanpa lengan, dengan panjang hingga sebawah lutut. Juga ikat pinggang hitam akan membuat penampilan Gege cukup elegan dan anggun—sangat tipe Bundanya.

"Mari, Nona. Saya bantu antarkan ke ruang ganti untuk mencobanya."

Gege bingung saat pegawai tersebut mulai meraih lengannya lembut. "Gege sendirian?"

Samuel mengangguk. "Iya. Gue tunggu di sini."

"Samuel nggak ikut? Samuel nggak bantu lepasin pakaian Gege lagi kayak tadi di kamar Samuel?" tanya Gege dengan wajah tanpa berdosanya.

Pertanyaan tersebut sontak membuat sang pegawai menunjukkan raut wajah terkejutnya, apalagi saat menyadari adanya sedikit lecet di sekitar leher Samuel, pegawai tersebut kian menahan senyum yang bermaksud menggoda dua sejoli tersebut. Sangat berbeda dengan Samuel yang kini kedua daun telinganya memerah menahan malu. Sial, bisa berpikiran yang tidak-tidak ini si mbak pegawainya.

"Udah keburu sore nih, sana gih buruan dicoba dulu bajunya." Samuel meraih kedua bahu Gege lalu memutarbalikkan gadis tersebut, sedikit mendorongnya supaya Gege cepat pergi dari hadapannya sekarang juga. Pemuda tersebut hanya tak ingin berada di situasi awkward ini lebih lama lagi.

Saat Gege sudah menghilang dari pandangnya, ia memandangi telapak tangannya sendiri yang barusan mendorong bahu gadis tersebut, tiba-tiba sekelebat bayangan bahu mulus Gege melintasi pikirannya lagi. Plak! Samuel menampar kecil pipinya, membangunkan kesadarannya. "Ih, gila gue kalo terpana sama siluman anjing."

*****

Samuel tak tahu kalau orangtuanya menyiapkan pesta seperti ini. Ia kira hanya akan makan malam keluarga biasa—hanya saja ditambah memperkenalkan Gege. Bahkan Samuel sudah mengajari Gege untuk menghapal tentang identitas palsunya. Mulai dari tempat tinggal, nama lengkap, usia, semua sudah Samuel rekayasa, bahkan Gege sudah menghapal semuanya dengan baik.

"Kenapa nggak bilang bakal jadi pesta anniversary gini sih?" Masih di dalam mobil, di tempat parkir, Samuel melihat ada banyak orang menikmati pesta di setiap sudut halaman rumahnya yang cukup luas. Samuel ingat betul, ulang tahun pernikahan kedua orangtuanya seharusnya minggu depan. Kenapa masih sempat-sempatnya menggelar pesta sekarang juga?

"Halo, nama saya Gheana Eka Wijaya, 20 tahun. Saya tinggal di perumahan Greenhouse." Gege terus mengulang kalimat tersebut beberapa waktu terakhir ini. Tidak peduli dengan Samuel yang masih menggerutu frustasi.

"Ayo turun," titah Samuel sambil keluar dari mobil, disusul dengan Gege yang tersenyum sumringah. Ia sangat bangga karena berhasil melakukan perintah Samuel untuk menghapal kalimatnya. Gadis itu berharap Samuel akan memberinya permen coklat lebih banyak lagi setelah ini.

Samuel segera menarik lengan Gege, menuntunnya ke dalam rumah. Mereka melewati taman depan rumah yang cukup ramai, para tamu berpakaian glamour, menyilaukan mata Gege. Sementara Samuel sesekali tersenyum ramah menyapa para tamu yang sebagian besar adalah kolega ayahnya.

"Oh ... hai, Samuel! Kau sudah sebesar ini ternyata," ujar seorang pria berkacamata sembari menepuk pelan bahu Samuel.

Samuel terkekeh kecil. "Hallo juga, Pak Gino. Apa kabar? Sepertinya Bapak masih sama tampannya dari dulu ya."

Sontak Pak Gino ikut terkekeh. Pandangannya beralih pada Gege yang setia mengapitkan lengannya pada lengan Samuel. "Siapa si cantik yang kau bawa ini? Pacar?"

Mendengar itu, Gege melepaskan lengannya dari Samuel. Gadis tersebut mulai memperkenalkan dirinya dengan anggun. "Halo, nama saya Gheana Wijaya, dua pul—"

"Betul, Pak. Dia pacar saya," potong Samuel sebelum Gege melanjutkan 'hapalannya'.

"Cantik sekali. Kalian sangat cocok." Pak Gino tersenyum.

"Ah ... terima kasih banyak. Kalau begitu boleh kami undur diri dulu? Senang bertemu anda, Pak Gino. Selamat menikmati pestanya," ujar Samuel sopan meskipun sebenarnya ia sedang tergesa.

"Hahaha, baiklah. Senang bertemu denganmu juga, Sam."

Setelah sekali lagi tersenyum ramah sembari membungkukkan sedikit badannya, Samuel pamit dari hadapan Pak Gino—tentu dengan Gege dalam genggamannya.

"Kalau perkenalan diri gausah nyebut usia sama alamat kecuali ditanyain, paham? Cukup nama aja dulu." Samuel sedikit membungkuk untuk membisikkannya pada Gege.

"Tapi Gege kapan dapet permennya?" Kini gantian Gege yang sedikit berjinjit untuk membisikkannya pada Samuel.

Samuel merotasikan matanya. "Permennya lagi nggak gue bawa. Tapi nanti tek kasih lebih banyak kalo di rumah, oke?"

"OKE!!" teriak Gege dengan riangnya. Beberapa orang sejenak terkejut dan menatap Gege risih. Untuk menutupi rasa malu, Samuel menutupi wajahnya sendiri sembari menarik Gege untuk menjauh dari keramaian di taman, kemudian berjalan cepat.

Setelah berhasil melewati kerumunan para tamu, akhirnya mereka sampai juga di lobi rumah yang besar nan megah. Bahkan di sini tak kalah ramainya dengan taman depan sana. Makanan dan minuman tersaji di setiap sudut. Beberapa pelayan nampak wira wiri sibuk membawakan anggur untuk para tamu.

"Sammy, akhirnya kamu datang juga."

Samuel tersenyum setelah akhirnya menemukan kedua orangtuanya. Pemuda tersebut makin merangkul bahu Gege dengan intim. Benar-benar mendalami perannya sebagai kekasih Gege.

"Ayah, Bunda ... kenalin, ini Ghea, pacar Samuel," ucap Samuel memperkenalkan Gege.

Gege yang sudah tahu harus melakulan apa, pun mulai bersikap anggun lagi. Tangan kanannya ia taruh di depan dada sembari sedikit menunduk singkat. "Hallo, nama saya Gheana Wijaya."

Monik tersenyum, tak langsung menjawab. Matanya menatap Gege dari atas sampai bawah, tidak terlalu buruk.

"Senang bertemu denganmu, Gheana. Kamu cantik sekali," balas Tama—ayah Samuel—dengan ramah.

Selanjutnya Monik yang tersenyum ramah. Wanita tersebut malah membelai bahu Gege lembut. "Benar kata suami saya, kamu cantik banget. Pantesan Samuel nolak Hellena."

"Uhuk!"

Batuk kecil Samuel lantas mengundang kekehan ringan dari Monik. Berbeda dengan Gege yang kini tiba-tiba sudah mengambil segelas anggur yang sedang dibawa pelayan. Lantas menyodorkannya pada Samuel dengan sorot mata khawatir.

"Jangan batuk, Samuel. Ini airnya diminum dulu."

Kini malah kedua orangtua Samuel yang tertawa cukup keras.


==TBC==

Judul subbab-nya harusnya 'Cocok' ya, Gaes. Itu typo. Makasih.

YANG PENCET VOTE JODOHNYA JAY TREASURE!🤘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro