Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Asem

Tetap menumpang kapal goib ini meski digempur kapal jangkku yang lagi uwu2nya 😔✋

Akskschqwpxzb real satu frame cuy, bukan editan. Gini aja udah seneng banget aku, gimana kalo mereka ada projek berdua. Minimal projek kayak WGM SungJoy kek (ngelunjak) 😔✋

Btw Gaeul keliatan mungil banget deket Sunghoon, padahal Gaeul berdiri di atas plus pake sepatu tinggi. Liat perbandingan ukuran tangan mereka, imut bangetttttt ≧ω≦

Okeh, sekian pembukaannya. Selamat lanjut membaca~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Samuel lagi ngapain?"

Pemuda jangkung dengan tangan yang masih membenahi isi lemari tersebut menoleh. Akhirnya setelah beberapa jam gadis tersebut siuman juga. Samuel bahkan sampai rela izin tak berangkat shift di kafe demi menunggu gadis ini tersadar.

"Beresin pakaian lo," jawab Samuel.

Sementara gadis yang bertanya tadi hanya mengangguk-angguk sembari mengucek matanya.

Samuel melihat kembali isi lemari yang barusan ia isi dengan beberapa pakaian perempuan. Lemari ini khusus untuk baju-baju Gege. Tadi siang, begitu mengantar Gege balik ke apartemennya, pemuda tersebut bingung harus melakukan apa. Jadi ia hanya membaringkan Gege di kamarnya, melepaskan wig rambut panjang gadis tersebut, lalu membeli banyak baju lagi untuknya, mengingat baju yang kemarin ia berikan entah kemana.

Menutup lemarinya, Samuel menoleh pada Gege. "Makan malam gih, dari siang perut lo kosong."

Kebetulan setelah mengatakan itu perut Gege berbunyi. Dengan wajah panik, Gege memegang perutnya sendiri. "Aduh iya, Gege ngerasa cacingnya lagi makan perut Gege, Samuel. Kayaknya bentar lagi perut Gege bolong, huweee."

Samuel merotasikan matanya melihat reaksi berlebihan animal soul Gege ini. "Alay," ketusnya. Kemudian melangkah menuju pintu.

"Buruan keluar, mau perutnya gendut kayak kucing waktu itu nggak?" ajak Samuel lagi sebelum akhirnya berjalan menuju meja makan mini dekat dapurnya.

"MAU!" Dengan langkah seribu Gege mengikuti Samuel keluar kamarnya.

"Sini." Samuel menarik satu kursi untuk mempersilahkan Gege duduk.

Gege yang masih menggunakan dress yang sama saat di perpustakaan kini sudah duduk manis di kursinya. Meski begitu, raut wajahnya tidak begitu antusias melihat makanan-makanan lezat yang Samuel pesankan beberapa menit lalu. "Tiba-tiba Gege kangen permen cokelat."

Samuel otomatis menghentikan aktivitas menaruh tumis cumi di piring Gege saat mendengar gadis tersebut mengeluh.

"Itu makanan penutup. Nanti gue kasih kalo lo udah abisin ini, oke?"

"Gege mau sepuluh!" jawab Gege sembari menunjukkan seluruh jari tangannya.

"Entar giginya bolong, mau?" balas Samuel sembari menaruh piring Gege di hadapan gadis tersebut.

Gege malah mengernyit penasaran. "Emang gigi bisa bolong?"

"Hissh ... banyak nanya," ketus Samuel.

Gege yang menyadari tanda-tanda Samuel sedang kesal memilih untuk menurut saja. Gadis tersebut mulai menyendokkan makanannya. Walau masih sedikit gemetar, syukurlah Gege bisa mengantarkan makanan tersebut sampai ke mulutnya tanpa terjatuh.

Diam-diam Samuel memerhatikan cara makan gadis di hadapannya ini. Samuel sendiri sudah makan tadi sore. Ia di sini hanya mengawasi Gege. Barangkali gadis itu akan mengobrak abrik dapur jika ia tinggal sendirian satu menit saja.

"Samuel, aaaaa ...."

Tiba-tiba Gege menyodorkan sendok berisi makanannya ke dekat mulut Samuel. Ia mencoba menyuapi pemuda tersebut, seperti saat Samuel menyuapinya.

Namun Samuel menolak. Memblokade sendok Gege dengan tangannya. "Ga, gue kenyang."

Jelas saja Gege cemberut, namun ia tak mudah menyerah. "Ayolah, aaaa wiuwiuwiuu."

Gege mulai meniru saat Samuel menggerakkan sendoknya layaknya permainan pesawat-pesawatan waktu itu.

Daripada makanan tersebut jatuh jika Gege memainkan sendoknya kesana kemari, Samuel memilih pasrah membuka mulutnya saja. "Aaemm."

Gege tersenyum sumringah saat suapan pertamanya pada Samuel mendarat dengan selamat. "Enak nggak?" tanya Gege, lagi-lagi meniru Samuel yang akan bertanya jika berhasil menyuapinya.

"Enak lah. Tinggal makan," celetuk Samuel sembari mengunyah makanannya.

"Yeay ...." Gege malah girang, bertepuk tangan kecil.

"Udah cepetan abisin. Lama-lama gue makan semuanya nih."

Tak terduga, Gege malah menyerahkan piringnya ke Samuel. "Nih, buat Samuel aja."

Mengangkat satu alisnya, Samuel meletakkan kembali piring tersebut. "Tumben nggak nafsu makan. Lo sakit?"

Gege menggeleng. "Gatau. Gege gamau makan, penginnya permen doang."

"Tapi tadi perut lo bunyi lho, beneran nggak laper?" tanya Samuel memastikan. "Atau karena makanannya ga enak?"

Lagi-lagi Gege menggeleng. "Gatau, Samuel .... Gege cuma pengin permen aja."

Samuel menghela napasnya. Mulai berpikir apakah Gege sedang cacingan? Padahal jelas tadi perut gadis tersebut berbunyi, kenapa nafsu makannya malah berkurang? Atau jangan-jangan Gege sedang diet? Tapi Samuel bahkan ragu Gege mengerti tentang diet. Ah ...  jadi begini rasanya menjadi orangtua saat anaknya sulit makan. Benar-benar dibuat khawatir dan bingung sendiri.

"Selain permen, mau makan apa?" tanya Samuel pada akhirnya. Barangkali jika memilih makanannya sendiri Gege akan lebih semangat makan.

"Kerupuk seblak."

Mendengar jawaban Gege, Samuel menggigit bibir dalamnya menahan gemas--dalam artian tak baik.

"Gini ya, Ge." Samuel memperbaiki duduknya. Memasang wajah sok serius agar Gege mengerti. "Permen, kerupuk seblak, es krim, itu semua cemilan. Bukan makanan pokok. Kita ga boleh makan cemilan sebelum makan makanan pokok. Paham?"

Wajah Gege tak kalah serius menanggapi Samuel. "Kenapa ga boleh? Kan yang penting cacing perutnya dapet makanan jadinya nggak jadi makan perut Gege?"

"Karena yang bakal makan bukan cuman si cacing, Ge. Di perut lo ada makhluk lain yang namanya lambung, usus, pankreas. Mereka nggak terlalu suka camilan. Mereka lebih sukanya sayuran, buah, bubur, nasi, ikan, ayam, sama cumi ini juga," Samuel menunjuk piring Gege, "lo gamau mereka ngambek, 'kan, karena ngasih makannya ke cacing doang?"

Samuel tertawa dalam hati melihat ekspresi Gege yang masih sangat serius. Ia sendiri tidak tau sedang membicarakan apa. Jelas lambung dkk adalah organ bukan makhluk. Tapi lihatlah gadis ini, benar-benar terlihat seperti anak kecil yang pertama kali mendengarkan dongeng malin kundang.

"Kok mereka pada numpang di perut Gege sih? Kenapa nggak cari makan sendiri aja? Gege kan penginnya sama cacing aja biar makannya enak-enak," jawab Gege dengan raut bingungnya.

"Mereka temen lo, Ge. Yang nemenin lo dari lahir. Harusnya lo berterima kasih sama mereka dengan kasih makanan yang mereka suka." Oke, perkataan Samuel mulai melantur.

"Tapi Gege ngga minta ditemenin. Penginnya sama cacing aja. Hush, hush, lambung sana pergi! Parenkas juga sama usus pergi! Hush hush." Kini Gege malah memukul-mukul perut ratanya.

Dengan cepat Samuel memegangi lengan Gege, menghentikan aksi gadis tersebut. "Nggak gitu juga oi. Tinggal makan aja, susah banget sih?!" Samuel mulai mendesis dengan wajah galaknya--menurut Gege.

Gege yang melihat itu mulai menghentikan gerakan tangannya. Sebenarnya ia takut dengan tatapan Samuel, tapi ia sudah bosan merasa takut. Jadi Gege pun dengan berani menatap balik mata tajam Samuel. Meski begitu, bibir bawahnya mulai tertekuk, pipinya merah menahan semua rasa takutnya. Gege ingin merengek rasanya.

Namun per sekon berikutnya Samuel menyadari ketakutan gadis tersebut. Sungguh, ia tidak bermaksud bersikap galak. Bahkan menurut Samuel sendiri nada bicaranya tadi tidak menunjukkan kegalakan sedikit pun. Tapi rupanya gadis di hadapannya ini malah menciut. Samuel pun segera berdiri dari duduknya. Mulai bersikap lebih santai lagi. "Oke, oke, gimana kalau minum susu aja?"

Tentu saja susu sereal, ditambah sehelai roti jika Gege mau. Kalau begini jadinya malah seperti sarapan bukan makan malam lagi.

"Oke," jawab Gege setelah merasakan kegalakan di wajah Samuel memudar.

"Tapi Gege pengin bikin sendiri."

Celetukan Gege membuat Samuel mengangkat satu alisnya. "Emang bisa bikin sendiri?"

Gege mengangguk. Ia mulai ikut berdiri dari duduknya. Meski sebenarnya ia tidak terlalu paham harus melakukan apa untuk membuat susu.

"Lo duduk aja deh depan tivi, gue gamau lo bikin rusuh di dapur." Samuel berjalan lebih dulu ke dapurnya.

Namun kali ini Gege tak menurut, ia tetap mengikuti Samuel ke dapur. "Gege mau ikut bikin, Samuel!"

Samuel yang tak mau terlihat galak lagi akhirnya memilih pasrah saja. Membiarkan gadis tersebut berdiri di sampingnya. Samuel pun mulai mengambil tremosnya.

Prangg!

Kannnn, belum apa-apa Gege sudah menyenggol gelas di dekatnya hingga terjatuh dan pecah. Samuel menghela napasnya menahan kesal, sebelumnya ia sudah memprediksi hal seperti ini pasti akan terjadi.

"Ma-maafin aku, Mama. Aku ga sengaja."

Detik selanjutnya Samuel malah bingung melihat reaksi Gege. Gadis tersebut menyebut 'aku', bukan namanya sendiri lagi. Tak hanya itu, Gege juga mulai jongkok di lantai dekat pecahan kaca. Tangannya menutupi telinganya sendiri dengan raut ketakutan. Apa lagi ini?

"Ge?" Samuel sedikit membungkuk, mencolek bahu gadis tersebut.

"AAAKKH, JANGAN BAWA AKU KE SITU LAGI, AYAH!"

Samuel makin terkejut saat gadis tersebut tiba-tiba berdiri menatapnya marah dengan air mata yang mulai meluruh. Sungguh, Gege tidak sedang kesurupan, 'kan? Samuel jadi merinding sendiri kalau begini.

"Hei, lo kenapa?" Samuel berusaha meraih lengan Gege. Namun Gege bergerak menjauh. Gadis tersebut malah kembali meraung dan mengobrak abrik meja dapur. Ia menjatuhkan beberapa piring dan sendok dengan brutal.

Oh tidak, ini terulang lagi. Saat dimana Gege yang masih berwujud anjing mengobrak abrik apartemennya beberapa hari lalu. Tidak, Samuel tak akan membiarkan itu terjadi lagi.

"Ge, berhenti!" Samuel menarik paksa lengan Gege dan menguncinya sebelum gadis itu akan meraih piring lain. Ia membawa Gege ke dekapannya.

"S-Samuel ...," rintih Gege di tengah isak tangisnya. Tubuhnya sedikit bergetar.

"Kenapa?" tanya Samuel lembut. 'Jangan bilang gue bakal disuruh ngubur piring-piring yang udah lo pecahin.'

Gege tak menjawab. Ia mencoba menenangkan isakannya. Jujur, Gege sendiri tidak tau kenapa ia merasa begitu marah dan takut begitu melihat pecahan gelas yang disebabkan olehnya itu. Rasanya ia ingin sekalian menghancurkan seluruh dunia saja. Gege tidak paham perasaan ini. Tapi entah kenapa ia seperti mengenali rasa sakit dan ketakutan ini. Padahal selama dirinya berkali-kali diadopsi orang lain Gege tak ingat pernah mendapatkan perlakuan buruk dari majikannya yang sampai membuatnya trauma.

Perasaan ini sama seperti yang Gege rasakan beberapa hari lalu saat pertama kalinya ia dibawa ke apartemen Samuel, saat ia masih berwujud anjing kecil. Waktu itu ia merasa takut berada di tempat baru, membuatnya panik dan menghancurkan satu gelas di dapur. Dan entah kenapa satu pecahan gelas tersebut membuat Gege yang masih berbentuk anjing tersebut semakin panik. Rasa takutnya sama seperti yang sekarang ia rasakan. Benar-benar kacau sampai ia hampir menghancurkan isi apartemen Samuel. Ditambah Samuel yang waktu itu terus mengejarnya membuatnya semakin ketakutan dan ingin menggonggong keras-keras saja. Namun begitu Samuel berhasil mengelus lembut bulu-bulunya, entah kenapa seketika damai yang Gege rasakan, sama seperti yang ia dapatkan sekarang ini.

Sebenarnya Gege hanya tak menyadari perasaan animal soul dalam dirinya. Gadis anjing tersebut tak pernah kepikiran bahwa dirinya hanyalah kutukan, tak lebih. Bahkan sebenarnya perasaan yang ia rasakan sekarang adalah perasaan yang pernah dirasakan Gege asli. Namun rupanya animal soul Gege tak menyadari itu semua.

"Eung ...." Gege menduselkan kepalanya pada dada Samuel. Rasanya lebih tenang setelah melakukan ini.

Samuel sendiri memilih ikut mengeratkan pelukannya saja meski rasa penasarannya tak terjawabkan. Pemuda tersebut menumpukan dagunya ke atas kepala Gege, mengelus surai pendek gadis tersebut.

Entah untuk ke berapa kalinya Samuel menghela napas. Ia menatap keadaan dapurnya. Benar-benar kacau.

"Aseman," umpat Samuel lirih.

==TBC==

Akhirnya animal soul Gege balik lagi yuhuuuu ≧∇≦

Btw, sebenarnya kalian lebih suka Gege asli

Atau animal soul Gege?



YANG PENCET VOTE JODOHNYA MINGI NEWJEANS! 🤘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro