Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Anjing

Samuel mengerjapkan matanya. Ini seperti terbangun dari mimpi buruk. Kilas balik ingatan kobaran api yang melalap habis rumah beserta isinya itu kembali berputar. Padahal kejadian itu sudah terlewati dua malam, tetap saja Samuel memimpikan mimpi buruk tersebut dalam tidurnya.

Bahkan kemarin malam ia sudah diajak Azka—sahabatnya—untuk refreshing mengelilingi pasar malam yang gemerlap. Tetap saja tidak mengalihkan Samuel pada peristiwa mengerikan tempo hari tersebut.

"Kau akan segera menemukan keajaiban, Anak Muda."

Saat berjalan-jalan di pasar malam tersebut Samuel menghentikan langkahnya begitu sosok nenek tua seperti membicarakannya. Langkah Azka pun ikut terhenti, bingung kenapa Samuel tiba-tiba berjalan mendekati nenek tua di stan 'Ramalan Madam'. Melihat stan ramalan yang sepi itu saja Azka sudah tidak percaya. Peramal macam ini biasanya cuman mau menipu dengan bualannya.

"Benar. Salah satu keajaiban sedang berjalan mendekatimu," jelas nenek tua itu dengan nada berusaha meyakinkan.

"Panggil aku madam, kau bisa bertanya apa saja yang kau inginkan."

Samuel mengernyit. "Madam? Beneran?"

Azka segera menyikut sobatnya itu. "Lo kenapa si, ini udah jelas nipu lah. Yok, balik aja!" gerutu Azka, tentu saja dengan berbisik, sengaja agar tidak menyinggung 'Madam' peramal tersebut.

Namun bukannya mendengarkan, Samuel seolah terhipnotis, malah semakin larut oleh aura meyakinkan dari nenek tua tersebut. "Keajaiban apa yang akan menghampiri saya, Madam?"

Dari tas kulitnya yang usang, nenek tua itu nampak mengeluarkan kotak kayu dengan ukiran estetik berbentuk matahari yang dipangku bulan sabit. Nenek itu mengeluarkan sebuah gelang sederhana dengan mata berbentuk bulat dari kotak tersebut. Meski sederhana, namun terlihat elegan. Manik bulat tersebut terlihat mengkilau seperti terbuat dari kristal. Entah itu asli atau imitasi, Samuel tak ahli membedakannya.

"Pakai gelang ini untuk melihat keajaibanmu," pesan nenek tua itu.

Dan berakhirlah sampai kini Samuel masih menggunakan gelang yang diberikan oleh nenek tua misterius tersebut. Ah, bukan diberikan, tepatnya Samuel membayarnya dengan 5 lembar uang merah pada nenek tersebut untuk satu gelang aneh ini. Samuel tidak peduli saat Azka terus mengejeknya bodoh dan mau saja ditipu nenek-nenek. Entah kenapa aura dan sugesti peramal itu begitu kuat. Atau mungkin karena pikiran Samuel saja yang sedang kacau, menjadikannya sulit mencerna apa yang sedang ia lakukan ini hal bodoh atau tidak?

*****

Waktu seakan mengalir begitu saja. Sudah sembilan hari sejak tragedi kebakaran hari itu. Samuel ikut merasakan sesak saat keesokan harinya—setelah ia terbangun dari pingsan—menyadari bahwa bocah yang berusaha ia selamatkan sudah merenggang nyawa saat masih dalam gendongannya. Apakah ini keajaiban yang nenek tua itu maksud? Sialan.

Ah, andai saja Samuel bergerak lebih cepat, anak itu pasti masih bisa diselamatkan.

Ting tong!

Bel apartemen Samuel bunyi, tanda ada tamu yang datang. Dengan cepat Samuel melangkah ke arah pintu dan membukanya. Kedua alis Samuel sedikit bertautan. Menyapu pandangnya ke kanan dan kiri.

Tidak ada siapa-siapa.

Samuel mendengus. Bisa-bisanya ada orang iseng di sekitaran apartemennya.

"GUG GUG!"

Mendengar itu, Samuel refleks melihat ke bawah. Satu kepala anak anjing berwarna putih nampak menyembul dari tas rotan yang tergeletak begitu saja di lantai depan pintunya. Entah siapa yang menaruhnya.

Samuel segera berjongkok, mencoba mengeluarkan anjing kecil itu dari tas. Ia baru sadar kalau anjing ini memakai kalung dengan mata berbentuk bulan sabit berwarna ungu gelap. Dapat ia lihat, bulu di tubuh bagian belakangnya sedikit pitak. Tunggu, sepertinya Samuel merasa familiar dengan anjing ini.

"GUG GUG!"

"Ge ... ge?" gumam Samuel. Dan anjing dalam gendongannya itu pun menggonggong lagi. Tubuh kecilnya menggeliat seperti ingin terbebas dari cengkraman Samuel dan kabur dari sana sekarang juga.

Sembari mendekap Gege, Samuel meraih tas rotan tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah surat yang ditulis tangan. Sebelum ada orang lain lewat, Samuel memilih membawa tas dan anjing tersebut masuk ke dalam apartemennya.

"Ini ceritanya ada yang nelantarin anjingnya ke gue gitu?"

Meski agak kesal, Samuel penasaran dengan isi surat tersebut. Dilepasnya Gege dari dekapannya, lalu Samuel memusatkan seluruh atensinya pada surat yang ia pegang. Membiarkan Gege berlarian kesana kemari seperti sedang mencari jalan untuk keluar dari apartemennya.

Dear Samuel.
Sebelumnya tante mau berterima kasih banyak sama kamu. Dan maaf karena belum pernah bertemu langsung dan berterima kasih secara langsung sama kamu, Nak. Karena begitu melihat wajahmu saja tante tidak sanggup. Itu mengingatkan tante pada saat-saat dimana kamu berjalan keluar bersama putra tante. Maaf.

Samuel, Dengan keberanian kamu, Seno tidak terjebak sendirian di kamarnya yang terkutuk itu.
Berkat kamu, setidaknya Seno tidak merasa sendirian di masa-masa terakhirnya.
Terima kasih sudah membuat Seno merasa bebas, Nak.

Tapi sekali lagi, dengan berat hati, tante boleh minta tolong lagi sama kamu, Nak?
Tolong jaga Gege. Setiap melihatnya berlarian dan berlompat-lompat tak tentu arah di sekitar lokasi kebakaran, tante merasa tak sanggup. Seno sangat menyayangi Gege, begitupun sebaliknya. Seno telah merawat Gege sejak kecil.

Sialnya, anjing kecil itu selalu mengingatkan tante pada putraku yang malang. Jadi, Nak Samuel, tante rasa hanya kamu yang bisa tante percayakan menjaga makhluk kesayangan putraku ini.

Tapi kalau kamu keberatan, tidak apa. Nak Samuel bisa bawa kembali Gege ke alamat xxx, jalan xx, nomer xxx. Terima kasih banyak.

Salam,
Mamanya Seno.

PRANG!

Atensi Samuel kembali teralih pada Gege. Anjing kecil itu tidak terlihat di ruang sekitarnya. Samuel mendesis, segera mencari sumber bunyi barang pecah barusan.

Benar saja, tepat di dapur, satu gelas kaca yang tadinya berada di atas meja, kini sudah terkapar di lantai dengan bentuk yang sudah tak utuh. Dan pelakunya siapa lagi, kalau bukan Gege yang kini sudah berada di atas lemari tempatnya biasa menaruh piring-piring.

"Kayaknya perlu gue balikin aja deh kalo kek gini," kesal Samuel. Pemuda tersebut mengulurkan tangannya hendak meraih Gege. Namun gerakan anjing kecil itu cukup cepat, ia bisa mengkilah dari Samuel dengan mudah.

Prang!

Kini Gege menjatuhkan vas bunga yang berada di meja makan. Sudah, cukup sudah. Kalau sudah begini harus dikasih pelajaran. Samuel tidak mau berbaik hati lagi pada anjing nakal itu.

"Lo," Samuel menunjuk Gege yang kini sudah jempalitan di sofa ruang tamunya, "awas aja kalo ketangkep!"

Namun tentu saja tidak ada respon apa-apa dari Gege. Anak anjing itu hanya menggonggong kecil seolah bertanya-tanya bagaimana caranya keluar dari sini.

Samuel mengelus dada, mulai berjalan mendekati sofa dengan berhati-hati agar Gege tidak terkejut dengan kehadirannya. Anjing kecil itu sebenarnya tampak imut melompat kesana kemari. Tapi keimutan itu seperti tertanam iblis kecil di dalamnya. Dia bisa merusak seluruh isi rumah Samuel jika dibiarkan lebih lama lagi!

"HAP!"

Tangkapan Samuel terpeleset. Bukannya menangkap Gege, ia malah jadi berpelukan dengan boneka penguin di sofanya. Samuel bangkit, mengikuti Gege yang kini berlarian ke sekitar koleksi boneka figur kecil.

"HEH, JANGAN SENTUH HARTA GUE!"

Terlambat, Gege sudah menangkring ke rak tempat boneka figur itu berada. Lalu mengacak-acak isinya. Jumlahnya ada puluhan boneka di sana, dan favorit Samuel adalah yang berbentuk Ironman. Sialnya Gege malah menggigit boneka tersebut dan membawanya ikut pergi berlarian mengelilingi apartemen Samuel.

"DASAR ANJING! SINI LO ANJING!"

Entah berapa kali Samuel berteriak hari ini. Tidak biasanya pemuda tersebut berteriak. Namun anjing kecil menggemaskan sekaligus menyebalkan ini berhasil membuat darahnya mendidih hanya dengan bersamanya kurang dari setengah jam. Kalau begini, bagaimana Samuel mau merawatnya?!

"GUG GUG GUG!"

Dengan menggonggong, Gege melepaskan gigitannya pada boneka Ironman milik Samuel. Samuel segera memungut boneka silikon kesayangannya itu. Terdapat koyakan bekas gigitan di sekitar kaki boneka itu. Sialan!

HAP! Samuel berusaha menangkap Gege lagi dari belakang. Tapi itu berakhir dengan kepalanya terantuk vas besar—terbuat dari keramik—yang dipajang di samping tivi. Kepalanya pening, ia terantuk cukup keras. Setidaknya berhasil membuat matanya seolah bisa melihat burung-burung kecil beterbangan mengelilingi kepalanya.

Masih terlalu pening untuk bangkit, tiba-tiba Gege malah menghampirinya. Anak anjing itu menggonggong melihat Samuel yang terus memegangi keningnya sembari meringis. Entah sedang meledek atau panik arti dari gonggongan anjing iblis itu. Yang pasti, anjing itu malah naik ke pangkuan Samuel. Kaki depan kecilnya menggapai-gapai wajah Samuel.

"GUG GUG GUG!"

Tak mau kehilangan kesempatan, Samuel segera menangkap tubuh anjing tersebut. Namun kali ini lebih lembut, agar Gege merasa nyaman dan tidak memberontak seperti sebelumnya.

"Anjing nakal, awas kalo gue gegar otak!"

Meski mengumpat, Samuel mengelus surai putih anjing tersebut. Hal itu berhasil membuat Gege nyaman dan menjulur-julurkan lidahnya.

Samuel tersenyum. Tak dapat dipungkiri, anjing di pangkuannya ini sangat imut. Samuel terus menggelitiki anjing tersebut mulai dari kepala hingga ke bawah leher. Di tengah kegiatan tersebut, lagi-lagi kalung yang dikenakan Gege menarik perhatiannya. Ia merasa pernah melihat bentuk dari bulan sabit itu.

Tunggu, ia teringat gelang yang diberikan nenek tua peramal itu! Masih terus mengelus Gege, Samuel menyandingkan gelang di tangannya dengan kalung Gege. Bentuknya benar-benar sama seperti ukiran estetik pada kotak kayu tempat gelang ini tersimpan sebelumnya. Bahkan warna mata dari kalungnya sama dengan warna mata gelang yang ia pakai.

Meski terasa konyol, Samuel mencoba menyatukan gelang dan kalung tersebut. Membuatnya nampak seperti matahari yang sedang dipangku bulan sabit. Gila, ini benar-benar cocok! Darimana Gege bisa mendapatkan kalung bulan sabitnya?

"GUG GUG!"

Belum hilang rasa kagum Samuel, tiba-tiba kilau cahaya keluar dari penyatuan gelang dan kalung tersebut. Sangat silau hingga Samuel tidak bisa melihat sekitar. Hal itu berlangsung hingga 30 detik lamanya.

Entah kenapa Gege yang berada di pangkuannya terasa lebih berat. Samuel pun membuka netranya secara perlahan. Dan apa yang ia lihat pertama ini, nyaris membuat jantung Samuel lupa fungsinya saking terkejutnya ia.

"Gug gu—eung?"

Gadis! Sesosok gadis cantik tiba-tiba berada di pangkuannya!

==TBC==

Anak anjing kita, Gege! 😆💕

.
.
.
.
.
.
YANG PENCET VOTE JODOHNYA JAEMIN STRAYKIDZ! 🤘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro