My Puppy
❤️ Happy Reading ❤️
.
.
.
"Aigoo ... lelahnya. Mengapa dosen selalu memberi tugas segunung? Tidakkah mereka tahu bahwa hidupku bukan hanya tentang tugas? Aku harus bekerja paruh waktu dan mengurus adik. Menyebalkan! Aku ingin cepat dewasa."
Masih pagi, namun keluhan tiada henti meluncur dari bibir pria bersuara husky itu. Pasalnya seharian kemarin ia disibukkan oleh tugas kuliah hingga dia tak punya cukup waktu untuk tidur.
Namanya Lee Minhyuk, pemuda dua puluh tiga tahun yang sedang mengenyam pendidikan S1 Ilmu Komunikasi di salah satu universitas ternama di ibu kota. Hidup sederhana dengan adik lelakinya di sebuah rumah kecil peninggalan orang tua mereka dulu.
Hidup dengan serba pas-pasan tak membuat Minhyuk kehilangan senyumnya yang secerah mentari. Pemuda itu lebih suka bertarung demi hidup daripada pasrah untuk mati.
Seperti kali ini, Minhyuk sedang berusaha mendapatkan sisa jawaban dari tugasnya ketika sepuluh menit lagi dosen memasuki ruangan.
"Hei, berhenti membuat ricuh. Dosen Kim tidak datang mengajar hari ini. Aku bisa jamin itu," tukas Yoo Kihyun, teman dekat Minhyuk yang kebetulan menyaksikan kawannya mengerjakan tugas dengan tergesa.
Minhyuk sontak menghentikan gerakan jarinya di atas laptop dan membeku sesaat. Pemuda itu lantas menggebrak meja dan mengacak rambutnya penuh kesal.
"Argh ... yang benar saja?! Aku sudah mati-matian mengerjakan tugas ini sampai mataku nyaris juling. Kemudian dosen tak datang? What the Fu-"
"Cukup." Kihyun memotong kalimat Minhyuk. "Daripada marah-marah tidak jelas, lebih baik kau dengarkan ucapanku. Ini soal kekasihmu," tukasnya dengan raut wajah serius.
"Kekasihku? Maksudmu Hyungwon?" Minhyuk balas bertanya.
Kihyun merotasikan bola matanya dengan jengah. "Kau pikir pria mana lagi yang mau menjadi kekasihmu selain Chae Hyungwon si tinggi itu, huh?"
"Oke-oke. Memang hanya Hyungwon yang mau menjadi pacar dari orang gila sepertiku. Sekarang katakan, ada apa dengan Hyungwon?" tanya pria itu penuh penasaran.
Sementara itu, Kihyun tampak mencoba untuk menyusun kalimat yang pas untuk diutarakan pada sahabatnya. Dia takut membuat Minhyuk terluka jika sampai salah mengucap kata.
"Haish ... cepatlah! Aku sangat sangat tidak sabar jika itu tentang Hyungwon. Jeball, Yoo Kihyun, jangan membuatku penasaran." Minhyuk bersungut-sungut.
"Hyungwon berpelukan dengan seorang gadis dari fakultas kedokteran." Singkat, padat, dan jelas.
Seperti tersambar petir, Minhyuk sangat terkejut dengan apa yang diungkapkan oleh Kihyun. Namun dengan kepribadian keras kepalanya, dia tak mau percaya begitu saja.
"Kau jangan bercanda! Hyungwon tak punya kenalan di jurusan kedokteran apalagi seorang gadis. Aku kenal dengan semua saudara wanitanya," sanggahnya tak percaya.
Sudah tertebak, maka Kihyun tak akan berkomentar lebih banyak lagi. Pemuda pendek itu hanya menyuruh Minhyuk untuk menemui Hyungwon secara langsung usai jam kuliah.
Lima tahun Kihyun mengenal Minhyuk, kepribadian pria itu tetap sama. Tak akan percaya akan suatu hal sebelum dia melihat dengan kedua matanya sendiri.
Namun, meski demikian. Diam-diam Minhyuk merasa was-was. Ucapan Kihyun barusan agaknya cukup berhubungan dengan sikap dingin Hyungwon beberapa hari terakhir.
🐢🐶
Demi menuntaskan rasa penasarannya, Minhyuk lantas menghubungi Hyungwon untuk bertemu di café area Itaewon. Tempat itu biasa mereka gunakan untuk mengerjakan tugas maupun menghabiskan waktu berdua.
Jika biasanya selalu ada getaran bahagia ketika berjumpa, kini semua berbeda. Minhyuk merasa sedikit terluka dengan apa yang diketahuinya.
Satu jam berlalu, pemuda manis itu belum lelah menunggu. Hingga minuman yang ia pesan sudah tandas dan kue yang tersaji ludes, Hyungwon tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Minhyuk mulai gundah, tak biasanya sang kekasih mengingkari janjinya. Dari pesan teks yang ia kirim, jelas-jelas tertulis bahwa Hyungwon akan tiba ke lokasi sekitar dua puluh menit kemudian. Tetapi nyatanya hingga satu jam berlalu, pria jangkung itu tak muncul.
Usai mengumpulkan seluruh niat, pria tampan itu berinisiatif untuk menghubungi kekasihnya melalui ponsel.
"Hei ... Hyungwon-ah. Kau sampai di mana? Aku sudah menunggu di sini dari tadi. Mengapa kau belum sampai? Ada apa denganmu? Mengapa kau ingkar janji?" Baru saja panggilan terhubung, Minhyuk sudah menghujani sang kekasih dengan bermacam pertanyaan.
Pria di seberang telepon terdengar menghela napas gusar. Tidak seperti biasanya Hyungwon begini, pikir Minhyuk.
"Maaf, aku lupa," sahut Hyungwon terdengar lirih.
"Yak! ...." Minhyuk kehilangan kata-kata.
Dia sudah duduk selama satu jam lebih di tempat itu dan menghabiskan banyak makanan manis yang bisa membuatnya gemuk. Tapi orang yang berkata dalam perjalanan menuju ke sini mengatakan bahwa dia lupa. Omong kosong macam apa ini?
"Minhyuk-ah, apa kau marah? Maafkan aku. Sungguh, aku benar-benar lupa." Merasa jika tak kunjung dijawab, Hyungwon mencoba untuk bertanya.
Minhyuk merasa sakit hati kali ini. Tanpa menunggu kalimat lain meluncur dari bibir kekasihnya, pria itu mengakhiri panggilan.
Dalam sekali teguk, ia menandaskan isi dari minuman kedua yang dipesannya. Membayar bill lantas angkat kaki dari café yang biasanya membawa kebahagiaan itu.
Ketika tengah menunggu bus di halte, dia mendapat sebuah pesan teks dari Hyungwon yang lagi-lagi membuat hatinya terluka.
Chaegiya
Bisakah kau datang ke rumahku malam ini? Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Kuharap kau tidak keberatan.
Fuck! Apa-apaan ini? Mengapa dia bersikap sangat dingin? Bukannya yang harus marah itu Minhyuk?
"Apa? Mau memperkenalkan gadis baru itu? Cih, jangan harap aku akan cemburu. Kau pikir aku tidak akan bisa hidup tanpamu? Yang benar saja, aku bahkan bisa medapat banyak pria selain kau," ocehannya penuh amarah.
Bus tiba sesaat setelah itu. Minhyuk melirik arloji di pergelangan tangan kirinya, sudah sore rupanya. Mentari pun sudah mulai kembali ke persembunyian.
Jadi seharian ini dia hanya mengkhawatirkan soal Hyungwon, Hyungwon, dan Hyungwon sampai lupa waktu. Di rumah, adiknya pasti akan kelaparan karena dia pulang terlambat dan tidak memiliki apapun untuk dimasak.
'Sial! Mengapa hidupku begitu sial! Punya kekasih saja malah berselingkuh,' batinnya nelangsa.
Padahal selain sang adik, hanya Hyungwon yang menjadi alasan pemuda itu bisa selalu semangat dalam menjalani kehidupan. Tapi pria jangkung itu seakan sudah lelah menemani lelaki sial sepertinya, jadi dia mencari wanita cantik untuk dipacari.
🐢🐶
"Ramen lagi? Hyung, apa kau tidak ada menu lain yang bisa kita makan? Satu minggu ini penuh dengan ramen. Perutku bisa melebur jika terus seperti ini," rengek bocah tujuh belas tahun yang merupakan adik semata wayang Minhyuk.
Memang benar ucapan bocah itu, sudah satu minggu mereka hanya memakan ramen dan sejenisnya tanpa jeda. Yah, itu karena Minhyuk sibuk dengan banyak tugas dan kerja paruh waktu.
"Makan saja, di luar sana masih banyak orang yang lebih tidak beruntung daripada kita. Lagi pula makan ramen satu minggu tidak akan membuat kita mati, Changkyun-ah," sahut Minhyuk dengan malas.
"Kau selalu berkata seperti itu. Tapi mau bagaimana pun, yang berlebihan itu tidak pernah baik, Hyung."
Minhyuk memilih untuk mengabaikan protes dari sang adik dan beranjak ke kamarnya. Dia hanya mencuci muka, memakai T-shirt dilapisi hoodie dan menggunakan celana training. Biarkan, dia tidak akan berpakaian sopan kali ini.
"Hyung, kumohon. Besok jangan makan ramen lagi. Otakku tak bisa berpikir." Changkyun kembali merengek ketika Minhyuk muncul dari balik pintu kamarnya.
"Berisik. Habiskan saja dan pergi belajar. Aku ada urusan dengan bajingan itu, mungkin tengah malam baru kembali. Jangan menungguku," tukas Minhyuk kemudian membanting pintu kamar.
Pria itu bergegas menuju halte demi mendapatkan bus terakhir menuju area rumah Hyungwon. Sudah menjadi kebiasaan, pemuda itu selalu bepergian ke mana pun menggunakan transportasi umum.
🐢🐶
Pukul 09.45 KST.
Sudah larut malam dan Minhyuk baru tiba di kediaman pria jangkung itu. Sebuah apartemen yang cukup mewah. Ditempati oleh orang-orang kalangan menengah ke atas seperti Hyungwon.
Minhyuk tahu kode pintu apartemen Hyungwon, jadi pria itu dapat masuk ke dalam hunian kekasihnya tanpa perlu mengucap permisi.
Alangkah terkejutnya pemuda manis itu ketika tahu bahwa hanya kegelapan yang ia lihat ketika memasuki ruang tamu. Minhyuk tak bisa melihat apa-apa hanya dengan mata telanjang. Jadi ia harus menyalakan senter di ponselnya sebagai penerangan.
"Hyungwon-ah ... apa kau belum membayar tagihan listrik? Mengapa seluruh rumahmu gelap?" Minhyuk melangkah lurus menuju kamar kekasihnya.
Beberapa kali Minhyuk memanggil nama Hyungwon, namun sama sekali tak ada jawaban dari sang kekasih. Dia mulai gelisah, jangan-jangan Hyungwon membohonginya lagi.
"Chae Hyungwon! Demi apapun, aku sangat membencimu. Tiga hari ini kau mengabaikanku dan hari ini kau menipuku. Apa yang salah denganmu? Kau tidak mencintaiku lagi, eoh?"
"Baiklah, tidak masalah. Gadis itu mungkin jauh lebih baik untukmu daripada aku, si gay yang menjijikkan," lanjut Minhyuk dengan frustrasi.
Pria itu menjatuhkan diri ke salah satu sofa dan melempar ponselnya ke sembarang arah. Beruntung benda pipih itu mendarat di atas karpet.
Tak berselang lama, dering telepon terdengar. Tentu saja itu dari ponsel milik Minhyuk. Dengan perasaan dongkol, pemuda manis itu tetap memungut benda itu dan menjawab panggilan dengan malas.
"Apa lagi? Kau mempermainkanku, Hyungwon-ah." Dengan suara bergetar, Minhyuk berujar marah. Tidak, sebenarnya dia akan menangis, tetapi ditahan karena tidak ada gunanya juga menangisi orang yang menyebalkan.
"Datanglah ke atap apartemen." Hanya itu saja yang Hyungwon katakan, kemudian panggilan diakhiri.
Jumlah lantai di apartemen ini ada dua puluh, sedangkan milik Hyungwon berapa di lantai ke lima. Itu artinya Minhyuk harus melewati lima belas lantai lagi untuk ke sana. Meski ada lift, tapi di lantai terakhir hanya ada tangga. Dia harus menapaki tangga itu agar terhubung ke atap.
🐢🐶
Brak!
Minhyuk membanting pintu dengan keras. Deru napasnya memburu, dengan wajah merah padam dan air mata menggenang, Minhyuk tak bisa bersabar lagi.
"Chae Hyungwon! Kau menyebalkan! Bajingan! Aku ... aku ...." Minhyuk tak bisa melanjutkan kalimatnya karena sudah terlampau lelah menaiki tangga.
Pemuda manis itu berjongkok dan menangis layaknya anak kecil. Dia bahkan tidak menyadari bahwa sekarang dirinya tengah menjadi pusat perhatian.
"Hei, bodoh! Mengapa diam saja. Hampiri dia, kurasa dia benar-benar marah," tegur salah satu penonton pada sosok jangkung yang justru termenung melihat kekasihnya menangis.
"Hei ... hei Lee Minhyuk. Tenanglah, jangan menangis. Aku di sini," tukas Hyungwon lantas menarik kedua bahu Minhyuk agar pemuda itu berdiri.
Minhyuk menendang betis Hyungwon dengan keras dan berteriak, "Bajingan! Jika kau ingin berhenti, maka katakan saja. Jangan bermain api di belakangku!"
Wajah cantik Minhyuk sudah dibasahi air mata, kedua pipinya juga sedikit memerah. Mata pemuda itu sedikit bengkak karena terlalu banyak mengeluarkan air mata. Sebenarnya dia sudah menangis di dalam bus tadi.
Hyungwon meringis ketika rasa nyeri menjalar di kakinya. Namun tak menyerah, pria berbibir tebal itu menarik Minhyuk ke dalam dekapannya.
"Minhyuk-ah, lihat aku. Ini semua hanya tipuan. Aku tidak berselingkuh, itu hanya karangan Kihyun saja. Kau lupa ini tanggal berapa?" tanya Hyungwon ketika melihat sang kekasih mulai tenang.
Masih sedikit tersedu, Minhyuk melirik ke segerombol orang di belakang Hyungwon. Di sana terdapat Kihyun, Hyunwoo dan beberapa sahabat Hyungwon lainnya. Mereka tersenyum melihat dirinya menangis. Sial, apa mereka kira ia adalah tontonan?
"Apa yang kalian lihat, huh?!" bentak Minhyuk dari balik pelukan sang kekasih.
"Hei ... hei ... tenang jangan marah, Bung. It's April Mop, hahahaha," sergah Kihyun diikuti tawa semua orang.
Usai mendengar penuturan sahabatnya, Minhyuk sontak terdiam dan berpikir. Ini adalah tanggal 1 April, di mana banyak orang yang tak bisa dipercaya. Astaga, Lee Minhyuk! Mengapa kau tak menyadarinya?
Sadar jika sang kekasih masih dilanda kebingungan. Hyungwon menangkup kedua pipi Minhyuk hingga kedua mata mereka bersirobok.
"Berhenti mengamuk, oke? Ini semua hanya permainan. Jangan marah karena jika kau marah, maka aku akan lebih marah lagi," tukas pria yang lebih tinggi.
Minhyuk mengernyit. "Mengapa aku tidak berhak marah sedangkan kau berhak? Apa maksudmu?"
Mata Minhyuk berkedip beberapa kali guna memahami maksud dari kekasihnya. Meski rasa marahnya sudah reda, tapi ia masih bingung.
Sementara itu, ekspresi bingung Minhyuk justru mengundang gemas dari sang belahan jiwa. Hyungwon mengecup kening Minhyuk dan menarik lengan kekasihnya mendekat ke meja yang sudah dihias sedemikian rupa.
Sebuah kue tersaji, di atasnya terdapat tiga buah lilin tertancap. Kihyun menyalakan lilin-lilin itu ketika mereka mendekat.
"Sudah 3 tahun berlalu, dan kau masih sering melupakan hari di mana aku memenangkan hatimu. Bagaimana aku tidak marah?" tukas Hyungwon kemudian mengangkat kue dengan kedua tangannya.
Minhyuk tercengang, dan beberapa saat kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mianhae, kali ini aku yang salah, hehe."
Meski harus membuat skenario dan drama aneh, akhirnya pesta kecil yang mereka adakan berjalan dengan mulus. Minhyuk tak lagi merajuk setelah Hyungwon mejelaskan secara rinci, rencana apa yang sudah dia susun untuk membuat kejutan ini.
🐢🐶
Menjelang tengah malam, semua tamu sudah kembali. Tersisa Hyungwon dan Minhyuk yang tengah duduk di sebuah kursi kayu jati yang tersedia di atap.
Minhyuk menyandarkan kepalanya ke dada bidang sang kekasih. Tampaknya lelaki itu sudah mulai mengantuk. Ditambah dengan pikiran yang keruh seharian, Minhyuk pasti lelah.
"Maaf, kau pasti kelelahan," celetuk Hyungwon dengan nada penuh penyesalan. Jemarinya dengan lembut mengusap surai sang pujaan hati.
"Sudah tahu, masih bertanya. Jika ingin memberi kejutan, setidaknya beri tahu aku dulu. Agar aku bersiap-siap," sahut Minhyuk kemudian menghela napas.
Lagi-lagi Hyungwon dibuat gemas dengan ucapan yang terlontar begitu saja dari bibir tipis Minhyuk. Terkadang kekasihnya ini terlihat begitu polos, namun terkadang juga menyebalkan karena terlalu banyak bicara.
"Tapi, Hyungwon-ah. Dari permainan ini aku mengkhawatirkan satu hal."
"Apa itu?" Hyungwon mempererat pelukannya ketika angin malam berhembus sedikit kencang.
"Suatu saat, ketika kau menemukan gadis cantik atau pria tampan yang jauh lebih baik daripada aku. Dia cantik, pintar, dan kaya. Apakah kau akan meninggalkan aku? Dia mungkin akan sepadan denganmu yang sempurna," lirih Minhyuk sedikit ragu dengan apa yang diucapkannya.
Suasana menjadi suram ketika Minhyuk menyelesaikan kalimatnya. Mungkin pembahasan kali ini sedikit merusak momen bahagia yang baru saja tercipta.
"Apa kau meragukan cintaku, hm?" Hyungwon kembali memulai percakapan.
Tak ada jawaban justru Minhyuk makin dalam menyembunyikan wajahnya ke dada Hyungwon.
"Baiklah, karena ini sudah larut. Aku hanya akan mengatakan ini satu kali, Sayang." Masih dengan lembut, pemuda berbibir tebal itu mencium puncak kepala Minhyuk.
"Aku sering membaca buku cinta dan menemukan karakter yang berpikiran sama sepertimu. Yang selalu merasa tidak pantas untuk pasangannya hanya karena dia memiliki banyak kekurangan. Tahukah kau apa yang akan menjadi jawaban ketika sosok itu menanyakan pertanyaan seperti tadi?"
Minhyuk menggeleng.
"Kurang lebih seperti ini. Aku mungkin terlihat sempurna di matamu, sampai-sampai kau kehilangan kepercayaan diri menjadi kekasihku. Namun, pernahkah kau berpikir, apa yang membuatku terlihat sempurna?" Lagi-lagi yang Hyungwon dapat hanya gelengan kepala sebagai jawaban.
"Aku tidak akan menjadi sempurna seperti ini tanpamu, orang yang aku cintai."
Usai mengutarakan isi hatinya, Hyungwon merasa heran ketika sang kekasih tak juga menjawab. Akan tetapi itu tak berselang lama, karena setelahnya pemuda jangkung itu merasakan sakit dan panas yang luar biasa menjalar di area perutnya.
Minhyuk mencubit perut Hyungwon dengan sekuat tenaga.
"Argh ... jagiya. Mengapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku?" Hyungwon memasang raut kesakitan.
Sementara itu, Minhyuk yang tak bisa menyembunyikan rasa malunya kemudian bangkit dari tempat duduk. Ia hendak melarikan diri dari momen memalukan ini, tetapi gerakannya kalah cepat dengan Hyungwon. Pria itu memeluk perut Minhyuk dengan erat.
"Yak! Apa-apaan! Lepaskan, aku ingin pulang dan tidur. Sangat menyebalkan berada satu tempat dengan pembual sepertimu," seru Minhyuk yang berusaha melepaskan diri.
Tak mau kalah, Hyungwon semakin mengeratkan pelukannya. Pemuda itu menghirup ceruk leher sang kekasih hingga sang lawan bergidik geli.
"Aku sangat dan hanya mencintaimu. Jangan pernah menaruh pemikiran buruk seperti itu lagi, karena tak pernah secuil pun pemikiran seperti itu terlintas di benakku."
"Aaaaaa ... aku ingin menghilang dari bumi saja!"
Wajah Minhyuk sudah memerah seperti kepiting rebus, dan Hyungwon tak berhenti menggodanya. Di malam awal bulan April ini, sesuatu yang tidak pernah Minhyuk dapat selama beberapa tahun menjalin hubungan dengan Hyungwon. Yaitu, isi dari lubuk hati terdalam sang pujaan hati.
🐶🐢
Nggak manisnya? Maaf, frist taim bikin HyungHyuk. Semoga suka😆😆
Kubuat cerita ini sebagai hadiah untuk diriku sendiri. Thanks for reading 😻😻😻
Salam
Vha
(03-04-2021)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro