Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 6

Sorry guys baru bisa update lagi.. :(

sumpah ya aku tuh sibuk banget akhir-akhir ini >_< *curhatt

Happy Reading ^_^


Sekarang menginjak minggu ke-4 aku menjalani prakerin. Tidak ada yang berubah di sini, hanya saja pak Adrian semakin menjaga jarak denganku. Entah itu hanya perasaanku saja atau bukan. Aku duduk termenung sendirian di ruangan ku, dan tiba-tiba suara pak Adrian menyentak lamunan ku.

"Naraya.." Teriak lelaki itu.

Ia memang selalu memanggil ku dengan Naraya, karena menurutnya Shaquella terlalu ribet.

"I..Iya pak." Jawabku, tuh kan nada suaraku gugup.

"Kamu antarkan ini pada sekretaris." Jawabnya dengan wajah datar.

"Ba..baik pak. Hanya ini saja pak?" Tanyaku untuk memastikan.

Ia pun hanya mengangguk tanpa memandang ke arahku.

Aku pun segera melangkah kan kaki menuju ke sekretaris, ketika di dalam lift aku baru sadar, aku harus mengantarnya pada sekretaris mana? Di gedung ini ada beberapa sekretaris bukan?

Aku yang berada di dalam lift bersama beberapa pegawai tidak mungkin aku menekan tombol ke bawah lagi, aku pun segera menekan tombol untuk keluar.

Setelah keluar dari lift aku segera menuju tangga, karena ini baru di lantai 17. Dengan pikiran yang agak kacau karena terus memikirkan sikap pak Adrian, aku jalan dengan tergesa-gesa. Tanpa aku sadari ternyata satu anak tangga itu licin dan..

Brughh...

Sial, aku terjatuh dan berkas yang ku bawa berhamburan di tangga. Tanpa memikirkan rasa sakit, aku segera menoleh ke kanan kiri takut ada orang yang melihat. Syukurlah, tidak ada. Tangga ini kan terletak di belakang.

Aku segera memunggut kertas-kertas yang berjatuhan dan memasukkannya kembali ke dalam map. Dengan jalan terpincang-pincang aku kembali ke lantai 15.

Ku hampiri pak Adrian yang masih berkutat dengan pekerjaannya.

"Pak.." Rasanya suaraku itu sulit sekali untuk keluar.

Ia menole ke arahku, dan menatapku aneh.

"Ini ke sekretaris yang mana ya pak?" Tanyaku.

"Ya ampun saya lupa. Ke sekretaris direktur Naraya. Tapi tunggu kok gak rapih ya?" Tanyanya.

"Maaf, tadi terjatuh pak." Jawabku.

Ia pun segera mengambil berkas yang berada di tanganku dan menyusunnya.

"Ini, tolong ya." Ujarnya dengan sedikit lembut.

Catat. SEDIKIT.

Aku pun berjalan dengan terpincang-pincang. Tapi suara pak Adrian menghentikan langkah ku.

"Naraya." Ujarnya.

Aku pun menolehkan kepala ku.

"Kamu kenapa?" Tanyanya.

"Huh? Euu.. tidak apa-apa pak." Jawabku gugup.

Ia pun berjalan menghampiri ku.

"Kenapa?" Ulangnya setelah berhadapan dengan ku.

"Saya terjatuh pak." Jawabku sambil menundukkan kepala.

"Masuk ke ruangan kamu. Sini berkasnya biar saya antar." Ujarnya dingin.

Lho, kenapa jadi ia yang marah?

Sebelum aku sempat menjawabnya dia telah pergi.

---

Di ruangan aku mencoba menggerak-gerakkan kaki ku. Tidak terlalu sakit sih, hanya saja agak ngilu kalau berjalan. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan pak Adrian ke ruanganku.

Tanpa banyak bicara ia langsung jongkok di depanku. Aku kaget, amat sangat kaget.

"Pak, apa yang bapak lakukan?" Tanyaku.

"Diam." Titahnya.

"Yang mana?" Tanyanya.

Aku bingung mendengar pertanyaannya. Ia sepertinya mengerti dengan kebingungan ku.

"Kakinya yang mana yang sakit." Ulangnya.

Aku pun menunjukkannya dengan tangan ku.

Tanpa aku duga, pak Adrian membuka sepatu ku dan ternyata ia telah membawa minyak oles, tanpa banyak bicara, ia segera mengoleskannya pada kaki ku sambil sedikit memijatnya.

"Makannya, kalau jalan itu lihat jalannya bukan malah jelalatan." Ujarnya sambil tetap mengoleskan minyak pada kaki ku.

What? Jelalatan katanya. Hellowww aku terjatuh dan bisa bangkit lagi itu karena dia tahu.

"Saya itu khawatir kalau kamu kenapa-napa." Lanjutnya.

Hatiku menghangat mendengarnya, dan aku berharap bahwa aku tidak salah dengar.

"Kamu tahu kan kalau saya yang menyuruh kamu. Kalau kamu kenapa-napa nanti saya yang di salahkan sama direktur. Kan kamu PRINCESSnya direktur."

Gubrakk.. setelah tadi ia menerbangkan ku, dan sekarang ia melemparkan ku.

Mommyyyy tolong anakmu sekarang.. jeritku dalam hati.

"Kamu dengar gak sih saya ngomong?" Tanyanya sambil mendongakkan kepalanya. Dan sekarang, manik-manik mata kami bertemu. Harusnya sih ada soundtracknya biar kaya film india.

Aku pun hanya menganggukkan kepala.

"Dengar ya, hati-hati kalau lagi jalan, saya gak mau lihat kamu jatuh." Ucapnya sambil memasangkan kembali sepatu ku.

Aku udah jatuh kali pak, dari dulu. Jatuh ke hati bapak.

"Jangan banyak pikiran kalau lagi kerja. Jangan banyak mikirin saya juga."

Jlebb.. kata-kata terakhirnya itu ngena banget.

"Tuh kan, kamu malah bengong lagi. Saya bilang jangan banyak pikiran." Lanjutnya.

Aku bengong juga gara-gara kamu woyy...

"Gerakkan pelan-pelan kaki kamu, biar gak sakit. Ini gak terlalu kenapa-napa kok." Ucapnya.

Sekali lagi, aku hanya mengangguk.

"Kamu dengar apa kata saya gak sih?" Tanyanya mulai kesal.

Aku pun hanya menjawabnya dengan anggukkan.

"Kamu gak bisa ngomong ya, dari tadi ngangguk-ngangguk aja." Ucapnya. Sepertinya ia benar-benar kesal sekarang.

"Kan bapak nyuruh saya diam dari tadi." Jawabku polos.

Ia pun hanya mendengus dan kemudian pergi meninggalkan ku.

Dia mendengus di depanku? Suatu kemajuan.

Sepeninggalnya pak Adrian aku tak hentinya mengatur napas ku yang entah kenapa menjadi tidak teratur.

***

Sekarang waktunya pulang. Aku segera membereskan tas ku dan keluar dari ruangan. Aku melihat ke sekeliling, tapi ternyata pak Adrian tidak ada, padahal aku ingin mengucapkan terima kasih karena tadi aku belum sempat berterima kasih padanya.

Setelah berpamitan dengan semuanya aku pun melangkahkan kaki menuju ke luar gedung perusahaan ini.

Karena pak Supri belum sampai, aku pun menunggunya di lobby kantor.

Tiba-tiba pak Hadrian menghampiri ku.

"Sha, saya lupa memberikan ini pada kamu." Ucap pak Hadrian dan menyerahkan tiga buah amplop pada ku.

"Itu kartu undangan ulang tahun perusahaan. Sekalian juga untuk kedua teman mu ya." Lanjut pak Hadrian.

"Oh iya pak terima kasih." Jawabku.

"Tanpa saya kasih pun kamu pasti datang ya bersama pak Dane." Ujar pak Hadrian sembari terkekeh.

Aku pun hanya membalasnya dengan senyum kikuk.

Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepala ku.

"Pak, boleh saya minta sesuatu?" Pintaku.

"Tentu saja boleh. Memangnya apa?" Tanya pak Hadrian.

"Saya minta nomornya pak Adrian." Ujarku pelan.

"Huh?... Oh iya tunggu sebentar." Ucap pak Hadrian. Beliau pun membuka ponselnya.

"Itu pak, tadi saya sudah mengerjakan pekerjaan dari pak Adrian dan tadi saya menyimpannya di mejanya karena beliau gak ada. Jadi saya hanya ingin memberitahunya." Bohong ku.

"Oh begitu. Ini Sha." Ucap pak Hadrian sambil menyerahkan handphonenya.

Aku pun mencatatnya di ponsel ku.

"Makasih pak." Ucapku.

"Iya sama-sama. Kalau begitu saya permisi ya." Jawab pak Hadrian.

Aku pun hanya mengangguk dan tersenyum.

***

Aku melempar ponsel ku ke kasur. Sudah ke berapa kalinya pesan ku aku hapus. Aku bingung harus mengetik apa.

Aku pun mengetikkan sesuatu secara singkat.

To : My Love

Terima kasih pak.

Hanya itu yang bisa aku tulis, dan aku pun segera mengirimkannya. Jangan protes dengan nama kontaknya, terserah aku dong, hp-hp aku.

Hampir sepuluh menit aku menunggu jawabannya, tapi tidak ada tiba-tiba ponselku bergetar.

From : My Love

Siapa?

Aku pun segera membalasnya.

To : My love

Naraya. Terima kasih tadi sudah membantu mengobati kaki saya pak.

Aku pun menunggu ia membalasnya. 15 menit kemudian ia baru membalas.

From : My love

Ok.

What the.. 15 menit ia hanya membalas sesingkat ini? Dasar laki-laki dingin gak ketulungan.

Aku pun segera menyimpan handphone ku di atas nakas dan mencoba untuk tidur.

Tak lama kemudian handphone ku bergetar lagi.

From : My Love

Cepat tidur Naraya.. besok kamu harus bantu saya.

Aku segera terduduk dari tidurku dan membaca pesan itu lagi dan lagi. Ini gak salah kan? Dengan segera aku membalasnya.

To : My Love

Ini juga mau tidur kok pak :D

From : My love

Ok.. Mimpi Indah ya.

Aku pun tersenyum melihat balasannya dan segera ku tutup mataku dengan ponsel di pelukan ku.



*Kasih Bintang sama komentarnya yaa*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro