Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 49

Assalamu'alaikum.

selamat malam teman-teman😊

Maaf Updatenya lama banget karena ya berbagai faktor di dunia nyata:v

Happy Reading ^_^

(Adrian POV)

Aku bodoh! Benar-benar bodoh! Kenapa selama ini aku gak bisa lihat kebenaran yang berada di depan mataku? Aku terlalu menutup mata dan telingaku terhadap Naraya hingga aku tak sadar bahwa aku sudah masuk dalam perangkap seseorang.

Malam tadi aku menemui keluarga Dira dan menjelaskan semua yang telah terjadi dengan membawa bukti rekaman yang tadi Naraya kirimkan lewat Whatsapp. Seluruh anggota keluarganya nampak terkejut, mereka memintaku untuk memaafkan Dira dan menjamin semua itu gak akan terjadi. Aku memang memaafkan Dira tapi bukan berarti aku harus kembali lagi padanya, aku tidak akan pernah mau menghabiskan waktuku dengan seorang pembohong sepertinya.

Hari ini setelah mengurus segalanya di kantor aku resmi resign dari sana. Aku belum mempunyai rencana untuk bekerja dimana lagi karena yang dalam pikiranku sekarang adalah meminta maaf terhadap Naraya. Aku tahu telah banyak menggoreskan luka untuk Naraya dan rasanya permintaan maaf sekarang akan terasa salah. Tapi bukankah lebih salah jika kita menghindari permintaan maaf? Memang meminta maaf setelah menyakiti orang lain aku tidak tahu apakah sakit hati yang didapat akan lebih dalam atau lebih baik.

Aku segera menghubungi Naraya.

Me :

Kamu dimana? Aku mau bicara.

Naraya :

Aku udah di jalan mau ke Jakarta.

Kenapa? Mau bilang makasih?

Gak usah,wkwkwk

Aku menghembuskan napas kecewa, rupanya Naraya sudah mau pulang ke Jakarta.

Me :

Aku kira masih di Yogya.

Iya makasih naraya atas semuanya.

Naraya :

Gak usah bilang makasih napa.

Aku tersenyum melihat balasannya.

Me :

Udah terlanjur ngetik.

Yaudah hati-hati.

Jangan main ponsel kalau nyetir.

Naraya :

Oke.

Aku pun segera membelokkan mobil menuju ke rumah. Eyang dan Dira sudah mengetahui semuanya. Dan mereka mendukung keputusanku untuk resign dari perusahaan.

---

Aku menatap nyalang langit-langit kamarku, lalu kualihkan pandanganku pada foto Naraya yang selama ini aku simpan di dalam lemari.

Jika kalian bertanya apakah aku masih mempunyai rasa terhadapnya? Dan jawabannya adalah iya. Selama beberapa tahun ini aku mencoba melupakannya dengan mengalihkan perhatianku pada Nadira, tapi apa yang kudapat? Dia kembali lagi kehadapanku dan membuat semuanya sia-sia. Ada yang mengatakan "Stalking sehari, rusak move on sebulan" nah ini aku harus bertemu dengannya setiap hari, dia yang terus mencari kesempatan untuk selalu bicara denganku, ia yang terus bertanya apakah kami bisa bersama lagi, maka rusaklah move on ku selama tiga tahun ini.

Setiap kali Naraya memintaku untuk kembali padanya, maka sangat besar keinginan dalam hatiku untuk mengiyakannya. Namun saat itu aku berpikir bahwa jangan sampai aku melukai Rio dan juga keluarga Naraya. Aku berpikir bahwa pernyataan Naraya hanyalah pemikiran sekilas saja, aku masih menganggapnya kanak-kanak sehingga aku yakin dia belum bisa memutuskan hal yang sebenarnya. Hingga kejadian kemarin menyadarkan ku bahwa dia benar-benar telah berubah. Dia bukan lagi gadis remaja yang aku kenal, dia telah berubah menjadi gadis dewasa. Juga selama ini aku sudah termakan oleh ucapan Nadira yang mengatakan bahwa Naraya sudah dijodohkan oleh orang tuanya.

Tok..Tok..Tok..

"Kak boleh Dini masuk?" suara Dini terdengar dari balik pintu.

"Masuk aja Din." ucapku.

Dini pun akhirnya masuk dan duduk di pinggiran ranjang. Dia tampak menoleh sebentar ke arah foto yang aku genggam.

"Kak, jangan membuat diri kakak tersiksa lagi. Untuk kali ini cobalah gunakan hati kakak." Dini menjeda ucapannya.

"Aku tahu kakak masih ada perasaan pada kak Ayya. Maka dari itu kejarlah dia kak. Jika selama ini kak Ayya yang mengejar kakak maka sekarang balik kakak yang harus mengejarnya." ujar Dini.

"Kakak hanya takut apa yang akan kakak lakukan malah akan membuat hati Naraya bimbang kembali. Kakak takut untuk mencobanya." ucapku.

"Apa selama ini kakak gak pernah berpikir bahwa selama ini kak Ayya pun punya ketakutan yang sama? Di satu sisi dia ingin kembali kepadamu tapi di sisi lain dia pun takut kembali menyakitimu." ujar Dini.

Kenapa aku gak menyadarinya? Tak pernahkah terpikir olehku bahwa selama ini aku telah membuat hati Naraya begitu sakit?

"Din kakak pergi sekarang." ucapku sambil bangun dari tempat tidur.

"Mandi dulu kak biar aku yang mengemas bawaan kakak. Kalau penampilan kakak kusut kaya gini yang ada kak Ayya malah kabur." ucap Dini sambil terkekeh.

"Makasih adekku." ucapku sambil mengacak rambutnya.

"Ish kak Adrian bilang makasih sambil ngerusak rambutku." ucapnya dan aku malah tertawa sambil masuk ke kamar mandi.

*

Sesampainya di Jakarta aku tidak langsung ke rumah Naraya tapi aku ke hotel dulu karena badanku rasanya sangat lelah, tadi sebelum berangkat terjadi perdebatan gak penting antara aku dan Dini. Aku sangat kesal padanya ketika melihat barang bawaanku, dia mengemasi pakaian dan perlengkapan lainnya sekoper kecil. Dia pikir aku akan berapa lama di Jakarta? Kenapa tidak sekalian semua pakaianku saja.

---

Aku terbangun dari tidurku yang sebenarnya tidak disengaja. Kulihat jam. Apa aku gak salah lihat? Pukul 02.00 dini hari? Sudah berapa lama aku tertidur disini? Aku pun merasa menyesal karena sebenarnya aku akan mengunjunginya malam tadi tapi rupanya tidurku sangat lama.

Aku pun meneruskan kembali tidurku dan berencana untuk mengunjungi Naraya besok saja.

**

Aku melirik jam di pergelangan tanganku, dua jam lagi aku akan sampai di Jepang.

Flashback

Aku menatap ragu gerbang besar di depanku. Saat ini aku tengah berada di depan gerbang rumah Naraya.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan di kaca mobil membuatku mengalihkan fokus. Ku buka sedikit kaca mobil.

"Bian." sapaku setelah mengetahui ternyata itu Fabian adiknya Naraya. Kulirik sekilas penampilannya sepertinya dia habis olahraga.

"Kak Adrian." ucapnya sepeti kaget melihatku.

"Ngapain disini kak? Ayo masuk." lanjutnya kembali.

Aku terdiam tidak menjawab, entah kenapa ada perasaan ragu yang menyelimutiku.

"Cepet kak. Nanti nyesel lho." ucapnya sambil terkekeh pelan dan berjalan menuju rumahnya.

Ia tampak mengatakan sesuatu kepada security karena setelahnya security tersebut membukakan pintu gerbang dengan lebar.

Aku menarik napasku pelan dan akhirnya aku pun memasuki pekarangan rumah itu.

Setelah memarkirkan mobil aku keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu utama. Disana Bian sedang menungguku.

"Ayo masuk kak." ajaknya. Aku hanya membalas ucapannya dengan anggukan.

Setelah masuk Bian mempersilahkan ku duduk, ia sendiri langsung pergi katanya akan memberitahu Mommy dan Daddy nya.

Aku menatap sekeliling ruang tamu ini, tidak banyak yang berubah. Foto pernikahan orang tua Naraya yang berukuran besar, dan juga foto-foto keluarga mereka. Pandanganku terhenti ketika melihat foto wisuda Naraya. Aku tersenyum miris, seharusnya aku ada disana ketika wisuda itu. Aku kembali teringat anganku dulu yang akan melamar Nadira tepat di hari wisudanya di depan teman-temannya.

"Sudah lama Ad?" suara tante Syaqira mengagetkanku yang sedang memandang foto putrinya.

"Belum tante." ucapku sopan sambil menyalami tangan beliau.

"Baru kemarin ya kita ketemu, eh sekarang udah ketemu lagi." ucapnya sambil tersenyum.

Aku tahu itu senyum tulus bukan jenis senyum yang beliau berikan di hari pertunanganku.

"Om dimana tan?" tanyaku.

"Dia masih di kamar bersiap untuk ke kantor. Sebenarnya Khana itu sedang uring-uringan karena putrinya yang merangkap sebagai sekretarisnya malah liburan di saat dia masih sebagai pegawai training." ungkap tante Syaqira.

"Naraya liburan tan?" tanyaku.

"Iya. Kamu gak tahu? Eh iya ya kamu gak akan tahu, kan kalian udah gak ada hubungan apa-apa lagi." perkataan tante Syaqira sukses menohok hatiku.

"Dia liburan kemana tan?" tanyaku.

"Jepang."

Jawaban singkat dari tante Syaqira membuatku tercenung sesaat.

"Jepang?" tanyaku memastikan dan hanya dibalas anggukan tante Syaqira.

"Tante gak mau ikut campur dengan masalah kalian. Tante tahu diantara kalian tidak ada yang harus disalahkan karena kalian berdua sama-sama tersakiti dan sialnya oleh sikap kalian sendiri. Tante pernah berada dalam posisi sulit seperti kamu dan juga Ayya. Jadi Ad, jika kamu benar-benar serius ingin memperbaiki semuanya dengan Ayya, susul dia."

Flashback Off

Berbekal alamat dimana Naraya akan tinggal di Jepang aku pun akhirnya memutuskan untuk pergi dan bagiku sekarang kenapa dua jam terasa sangat lama?

***

Aku menatap taman yang begitu luas ini, agak sangsi sebenarnya untuk bertemu dengan Naraya disini. Ya sekarang aku telah berada di Hitachi Seaside Park sebuah taman dengan luas kurang lebih 3,5 hektar di daerah Ibaraki sekitar 2 jam dari Tokyo. Aku melihat banyak bunga nemophilia dan zinnia yang memang mekar di musim panas.

Aku mengetahui Naraya berada disini karena sebelumnya aku telah mendatangi rumah yang alamatnya diberikan tante Syaqira. Menurut seorang perempuan yang aku taksir usinya tidak beda jauh dengan om Dane Naraya tengah berada disini.

Aku berjalan sambil terus mengamati sekitar berharap mataku menemukan keberadaan Naraya.

Sudah hampir satu jam aku berkeliling dan nyatanya aku belum bisa menemukannya. Aku terduduk karena rasanya kakiku sangat lemas.

"Aku tadi ragu untuk menyapa, tapi ternyata itu benar-benar kamu." suara seseorang yang begitu familiar disampingku sungguh mengagetkanku. Aku segera menoleh dan dia Naraya tengah tersenyum ke arahku.

"Nay..Naraya." ucapku tak percaya.

"Kenapa? Kamu kaget lihat aku?" tanya dia sambil tertawa kecil.

"Aku dari tadi mencarimu, tapi kenapa kau tiba-tiba ada disini?" tanyaku heran.

Dia terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaanku. Aku melihat ada raut kebahagiaan di wajahnya. Dia sudah kembali seperti dulu, seperti Naraya yang aku kenal pertama kali. Tapi aku sekarang menjadi bingung, apa ada sesuatu yang telah terjadi dengan dirinya?

"Ini benar-benar kebetulan Ad. Aku tadi melihatmu dari jauh, tadinya aku kira itu hanya ilusi semata tapi ketika melihatmu duduk dan wajah kelelahanmu aku jadi yakin bahwa itu dirimu." terangnya.

"Kamu ada urusan apa kesini?" tanya Naraya.

"Aku kesini untuk menemuimu." ucapku langsung.

Dia tampak mengerutkan kedua alisnya. Aku pun mengubah posisi dudukku menjadi berdiri dan diikuti Naraya.

"Nay, aku gak tahu apa yang kamu pikirkan tentang aku sekarang. Aku akan terima semua pemikiranmu itu. Aku memang lelaki brengsek yang telah menyia-nyiakan perempuan sebaik kamu. Kamu benar bahwa aku hanyalah lelaki yang selalu menuruti logika tanpa memikirkan hati, aku lelaki yang paling bodoh di dunia ini." aku sengaja menjeda ucapanku untuk melihat reaksi Naraya.

Dia tak bergeming, ekspresinya datar menatapku.

"Beribu permintaan maaf mungkin tak akan membuat hatimu kembali lagi. Tapi aku tidak mau mengulang kesalahanku dengan menjadi lelaki pengecut. Aku tahu ini memalukan, setelah menolakmu berkali-kali tapi hari ini aku harus mengatakan ini. Naraya maukah kamu menjadi istriku?"

Tidak ada respon dari Naraya. Hingga beberapa saat kemudian ia tampak menghela napasnya panjang.

"Ad, sama seperti kamu yang tidak mau mengulang kesalahan." dia menjeda ucapannya dan melirik ke arah lain.

"Maaf aku sudah..."








Untuk yang di Jepang itu infonya aku comot dari google ya gais, soalnya aku belum pernah ke Jepang😭😭

Btw kalau lancar maunya part depan udah tamat aja:v

Jangan lupa Vote☆ sama komentarnya yaa♡♡♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro