Part 43
Assalamu'alaikum Gaiss♡♡♡
Aku malu nih🙈 udah hampir satu bulan gak up sampe ada yang ngingetin tanggal😀
Tapi aku seneng kok kalau ada yang ngingetin itu artinya masih ada yang nungguin cerita ini😙
Btw aku gak up karena sumpah akhir-akhir ini aku sibuk banget bulak balik ke Rumah Sakit😭 walaupun bukan aku yang sakit. Udah deh lanjut di bawah ya cuap-cuap nyaa, jangan lupa dibaca ya CUAP-CUAP aku dibawah karena aku BUTUH KALIAN😊
HAPPY READING♡♡♡
Aku sampai di kantor dan menatap sekeliling takutnya aku ketemu Adrian. Bagaimanapun hal semalam itu amat memalukan. Sahabat-sahabatku bersikap seperti yang tidak terjadi apa-apa antara aku dan Adrian. Yeah mereka mungkin bisa menganggapnya biasa apalagi hal itu udah terjadi lebih dari tiga tahun yang lalu. Tapi bagaimanapun juga aku tak akan menganggapnya biasa sampai aku mendapatkan maaf Adrian. Dulu ia memang mengatakan bahwa ia memaafkan ku, tapi itu bukanlah sebuah perkataan maaf yang sesungguhnya. Aku tidak mengaharapkan kami bisa kembali seperti dulu walaupun hati kecilku menginginkan, aku hanya ingin Adrian memaafkanku dengan ikhlas, dan ia mau berteman denganku. Walaupun kata berteman antara mantan sedikit kurang menyenangkan.
"Hai, morning." sapaku pada teman-temanku.
Aku merasa aneh dengan sikap mereka, kok tumben pagi-pagi udah ngumpul dekat meja kerjaku.
"Lo harus jelasin semuanya!" ucap Renata tiba-tiba.
"Jelasin apa sih? Gue gak ngerti." jawabku dan duduk di kursiku.
Anna mengeluarkan handphonenya dan menyerahkannya padaku. Mataku terbelalak sempurna melihatnya. Ya ampun aku lupa kalau teman-temanku mem-follow Ig ku dan otomatis mereka tahu tentang komentar sahabatku semalam terutama ada Adrian di komentar itu.
"Jadi lo itu mantannya pak Adrian?" tanya Anna tiba-tiba.
"Wah berita hebat nih." timpal Adi.
"Syuuuttt.. Diam lo!" ucapku membekap mulut Adi.
"Oke gue bakalan cerita." ucapku akhirnya.
"Tapi janji jangan bilang siapa-siapa." lanjutku.
Mereka pun mengangguk setuju.
"Gue dulu waktu masih SMK anak Prakerin di salah satu perusahaan di Jakarta. Pak Adrian kerja disana dan dari sanalah dimulai ceritanya." ucapku seperti berdongeng ke anak-anak.
"Jadi lo pacaran waktu masih Prakerin?" tanya Renata menyela ketika aku hampir bicara lagi.
"Nggak! Pak Adrian nembak gue waktu gue udah keluar dari perusahaan. Dan ya hubungan kita fine-fine aja dan bertahan lebih dari satu tahun. Tapi akhirnya hubungan kita kandas juga."
"Lo selingkuh?" tanya Adi.
"Ya enggaklah gue itu menjunjung tinggi kesetiaan. Kita berantem awalnya karena kesalahpahaman. Dan semua itu berlanjut hingga kami merasa gak ada kecocokan lagi." ucapku.
"Yang mutusin siapa?" tanya Anna.
"Gue." jawabku dengan tegas.
"Woyy napa pada bengong?" tanyaku merasa aneh.
"Lo serius mutusin cowok seperti dia?" tanya Renata tak percaya.
Aku pun hanya mengangguk. Ya mungkin aku adalah salah satu wanita bodoh yang mutusin hubungan dengan pria seperti Adrian.
"Jadi lo kerja disini supaya bisa balikan lagi?" tanya Adi.
"Gue malah gak tahu kalau dia kerja disini." ucapku.
"Tapi kalau gak salah kata sekretarisnya cewek masa lalu-nya pak Manajer itu Na.. apa ya?" ujar Renata.
"Naraya?" tanyaku.
"Yups, benar itu." jawabnya.
"Dan nama gue? Shaquella NARAYA." ucapku penuh penekanan.
"Oh My God!" ucap Renata sambil membekap mulutnya sendiri.
"Berarti rival terberat gue bukan Dira dong tapi elo?" ucap Renata.
"Gue itu hanya perempuan masa lalu-nya dan sepertinya bukan rival lo." ucapku sambil terkekeh.
"Tapi Yya gue lebih setuju pak Adrian sama lo daripada si Dira." ucap Anna.
"Kenapa? dia kelihatannya baik kok." Ucapku karena kemarin di acara ulang tahunnya dia kelihatan ramah.
"Kelihatannya aja tuh. Beuh kalau lo tahu aslinya, anak-anak pajak udah pada tahu." ucap Anna dengan semangat.
Memang Anna itu yang paling tahu pegawai-pegawai di divisi pajak karena ia sering ongkang-angking kesana. Maklum dia punya gebetan disana, selain itu memang tugasnya banyak berhubungan dengan orang-orang pajak.
"Gue setuju, dari pada si nenek lampir itu." ucap Renata.
"Udah ah jangan bahas itu, sana balik kerja." ucapku sambil membereskan meja.
Mereka pun bubar ke mejanya masing-masing.
***
"Nay." Ucap seseorang tepat di samping mejaku.
Aku yang sedang fokus ke layar monitor langsung menengok. Dan astaga aku ingin rasanya melompat sekarang juga dari gedung ini. Adrian tengah berdiri tepat di samping mejaku. Dari sebelah aku dapat mendengar Anna terkikik pelan. Sialan!
"I..Iya pak." Gugupku kembali jika bersamanya.
"Mommy kamu telpon ke saya katanya beliau mau kesini nyampenya nanti malam, dia minta tolong jemput ke saya karena mobil kamu masih dibengkel. Tapi maaf saya gak bisa ada acara keluarga nanti malam." ucapnya.
"Mommy kesini? Memangnya Mom naik apa?" tanyaku merasa bingung, perasaan Mommy gak ngasih tahu aku.
"Naik kereta katanya." jawabnya singkat.
"Oh gitu. Yaudah pak gak papa kok biar nanti saya yang jemput Mommy pakai taksi." ucapku.
"Kamu pakai mobil saya saja. Nanti saya bisa pakai mobil kantor." ucapnya.
"Tidak pak, terima kasih." tolakku.
"Saya gak minta pendapatmu itu sebuah perintah. Saya gak enak sama Mommy kamu, tapi ya bagaimana lagi, saya ada acara nanti malam." ucapnya.
Huh! Sifat perintah Adrian mulai muncul lagi.
"Baik pak jika demikian. Terima kasih untuk pinjaman mobilnya. Dan tenang saja Mommy pasti ngerti." ucapku.
Sebenarnya aku penasaran acara keluarga seperti apa malam nanti hingga sepertinya amat penting untuk Adrian?
Adrian pun kembali ke ruangannya dan seketika Anna yang sepertinya ingin bicara dari tadi langsung mendekatkan kursinya ke arahku.
"Ciee yang dipenjemin mobil sama mantan." ucapnya sambil cekikikan.
"Gak lucu tahu na." ucapku judes.
"Hahhaha lo judes gara-gara mantan lo gak mau nganterin ya?" lagi-lagi ucapannya membuatku pengen menimpuknya.
***
"Mommy kok gak bilang sih kalau mau kesini?" tanyaku ketika kami sudah dalam mobil.
"Kan kamu gak nanya." jawab Mom seolah-olah membalikkan kata-kata ku tempo hari.
Aku pun mendengus kesal mendengarnya.
"Ngapain juga Mommy pake hubungi Adrian segala sih?" kesalku.
"Mommy harap Adrian mau jemput Mom, eh nyatanya hanya pinjami mobil doang." ujar Mommy.
"Dia sibuk Mom." ucapku singkat.
"Peluang balikan sama mantan itu berapa persen Yya?" tanya Mom tiba-tiba.
"Gak ada peluang Mom. Lagian niat aku tuh bukan buat balikan sama mantan, tapi untuk memperbaiki masa lalu supaya gak bermasalah ke masa depan." jawabku.
"Peluang itu selalu ada Yya sekalipun itu kecil. Mommy gak nyuruh kamu buat balikan sama Adrian kok, hanya saja jika bersama Adrian membuat kamu bahagia, itu artinya kamu harus mendapatkan kembali sumber kebahagiaan kamu." jelas Mommy.
___
Aku merebahkan diri di ranjang kamarku, setelah tadi sampai di apartement aku tidak banyak bicara pada Mommy karena Mommy terlihat lelah.
Terdengar suara notifikasi dari grup geng kantor, aku pun segera membukanya.
Anna :
Daebak, gue punya berita terhottt
Aku terduduk dari posisi tidurku, ini Adrian dan Dira.
Renata :
Whoaaaa patah hati gue 😭😭
Adi :
Darimana itu?
Anna :
Dari IgStory nya istri direktur.
Adi :
@shaquella lo baek-baek aja kan?
Anna :
Yaelah gue lupa kalau ada dia, gue delete aja ya?
Renata :
Telat woy telat!!
Me :
Gpp kok, lagipula siapa sih gue:v
Aku menyimpan ponselku kembali dan mengubahnya ke mode silent, jadi maksud Adrian acara keluarga itu ini?
Apa Adrian telah melamar Dira?
Hatiku sakit walaupun hanya membayangkan, Adrian mungkin telah bahagia dengan pilihannya tapi mengapa ada sebagian kecil dari diriku yang tidak mau menerima ini.
Gaiss jadi aku tuh sumpah bingung banget mau lanjutin cerita ini, mungkin ada ide dari kalian gimana lanjutinnya?? Aku udah punya kerangka ceritanya, cuma yaa lagi galau aja buat kedepannya.. khususnya part setelah ini😭 apapunn idenya tulis aja ya nanti aku pertimbangkan dengan alur cerita yang emang udah ada di draft aku😁
Terima kasihh semuanyaa😙😙
Love you All💞💞💞
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro