Part 22
Holla guys... Maaf ya ngaret banget, maklum kuota gak ada:v
Ada gak yang mau infaq? *plakk
Happy Reading ^_^
Hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang paling ditunggu oleh semua murid sekolah. Yeah, walaupun tidak ada agenda jalan-jalan atau semacamnya, hari itu tetap saja akan terasa istimewa karena kami dibebaskan dengan kewajiban yang dinamakan SEKOLAH.
Sekarang hari Sabtu dan aku mempunyai agenda yang amat istimewa yaitu JALAN-JALAN DENGAN CALON IMAM.
Aku memilih baju yang sekiranya cocok dengan kegiatan kami hari ini. Tapi, sekarang kami mau kemana ya? Jangan sampai Adrian mengajak ku pergi ke bazar buku ataupun ke toko buku Huft!!
Setelah merasa cocok dengan pakaian pilihan ku, aku pun melangkahkan kaki dengan anggun menuju ke bawah dan disana di ruang tamu Pangeran Arab, eh enggak deh Pangeran Jawa tengah duduk manis sambil berbincang dengan Daddy. For Your Information Adrian itu pria keturunan Jawa yang terlalu lama tinggal di Jakarta dan nyaris tidak bisa menggunakan bahasa Jawa. Lucu bukan? Tapi kehidupan memang seperti itu sih, aku juga. Mommy itu wanita Sunda tapi anaknya tidak bisa menggunakan bahasa Sunda, kalaupun aku menggunakannya kata Mommy itu bahasanya kasar jadi lebih baik enggak, hehe.
"Hai kak, udah lama nunggu?" sapaku begitu aku tiba di ruang tamu.
"Udah, sampai lumutan gitu Yya." itu Daddy yang jawab mana mungkin Adrian ngomong gitu.
"Apaan sih Dad, aku ngomongnya juga ke Kak Adrian bukan sama Daddy." ujarku sambil mendelik.
"Kalau Daddy gak izinin kamu keluar gimana?" tanya Daddy sambil tersenyum miring.
Aku mati kutu sekarang, kalau aja gak ada Adrian disini udah aku debat habis-habisan Daddy ku ini tapi sayangnya ada Adrian disini.
"Pergi aja Yya, Mommy izinin kok." ujar Mommy tiba-tiba datang.
Alhamdulillah, puji syukur kepadamu ya Allah, Mommyku cintaku, penyelamatku akhirnya datang. Ku lihat Mommy memberikan tatapan membunuhnya ke arah Dad, Pray for Daddy hari ini sepertinya akan mendapatkan kultum dari Mommy.
"Oke deh kita berangkat ya. Assalamu'alaikum Daddy, Mommy." pamitku sambil tak lupa memberikan tatapan kemenangan ke arah Daddy.
"Kami pamit ya Om, Tante. Assaamu'alaikum." pamit Adrian juga.
"Iya hati-hati ya. Wa'alaikumsalam." jawab Mommy.
"Wa'alaikumsalam." jawab Daddy singkat. Aku yakin sekarang Daddy pasti sedang memikirkan strategi untuk membujuk Mommy.
***
Kita sekarang berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Jakarta di waktu weekend itu macet sekali pemirsa, dan karena itulah kami sekarang terdampar di sini karena sudah tidak kuat dengan kemacetan.
"Terus sekarang kita ngapain disini?" tanyaku bingung.
Aku melihat kak Adrian hanya melihat ke sekeliling dan sepertinya ia pun bingung.
"Kak jangan bilang kakak ngajak aku jalan ke luar tanpa tahu tujuan yang sebenarnya mau kemana." selidikku.
Kak Adrian pun hanya tersenyum manis ke arahku yang menandakan bahwa pernyataan ku benar akan hal itu.
"Yaelah kak, cari referensi ke di google tempat kencan paling romantis gitu, atau apalah." ujarku.
"Tempat kencan paling romantis itu nanti kalau udah halal aja Nay. Atau gini aja kita sekarang ke Masjid panggil Daddy kamu dan penghulu dan kita nikah deh. Gimana?" tanya dia gak nyambung.
"Serem ih punya pacar tua yang udah kebelet nikah mah." ujarku sambil bergidik ngeri dan berjalan meninggalkannya.
"Naraya tunggu." Kak Adrian berjalan menyusulku.
"Nay, kamu gak lihat gitu tatapan memuja dari kaum hawa disini. Emang gak takut kalau pacarmu ini ada yang ngambil?" tanya Adrian setelah kami sekarang berjalan berdampingan.
"Hello.. Ini tuh bukan Novel picisan yang biasanya para wanita melihat laki-laki di Mall dengan pandangan luar biasa ya kak. Walaupun memang ada laki-laki tampan ya lihat aja sekilas apalagi kalau dia tidak sendirian." tuturku.
"Berarti secara tidak langsung kamu ngatain aku tampan?" tanya kak Adrian sambil menaik-turunkan sebelah alisnya.
"Iyalah, cowoknya Shaquella itu gak mungkin gak tampan. Wong Shaquella-nya juga cantik." jawabku sambil menaik-turunkan kedua alisku.
Aku pun berjalan kembali dan kak Adrian ia masih terbengong dengan ucapanku barusan.
Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalaku. Aku pun segera membalikkan badan dan..
"Astagfirullahhaladzim Naraya, kalau berbalik itu pake aba-aba apa." ujar kak Adrian dengan kaget dan ternyata ia berada di belakangku dan hampir saja kami bertabrakan.
"Hehehe.. Sorry kak. Gini lho aku dapat ide dari pada muter-muter gak jelas lebih baik kita nonton yuk." tawarku.
Ia pun nampak berpikir.
"Oke kita nonton." ujarnya tiba-tiba dan meninggalkanku yang masih bengong disini.
"Adrian tunggu aku, nanti ada yang nyulik lho." teriakku tanpa rasa malu dan bergegas menyusul Adrian yang sudah beberapa langkah dihadapanku.
***
"Lapar gak?" tanya kak Adrian setelah kami keluar dari bioskop.
Entah film apa yang telah kami tonton barusan, yang pasti kami memilihnya secara acak.
"Enggak." jawabku.
Demi apapun ini baru pukul setengah dua belas, dan aku gak merasakan lapa apapun. Terlalu banyak makan ati kali lihat Adrian yang cuek aja dari tadi.
"Kita ke Mushalla aja yuk, bentar lagi juga masuk waktu Shalat dzuhur." ajak kak Adrian.
Aku pun hanya mengangguk sebagai jawabannya.
----
Adrian mana ya kok lama banget sih di dalam? Aku sekarang berada di luar Mushalla menunggu Adrian. Kami padahal shalat bareng lho karena tadi berjamaah bersama beberapa orang, tapi kok ia lama sih gak keluarnya? Apa jangan-jangan Adrian meninggalkan ku disini lewat pintu samping? Sudah hentikan pemikiran bodohmu itu Ayya ujarku dalam hati sambil menggetok pelan kepalaku.
"Kenapa? Pusing?" tanya Adrian yang tiba-tiba sudah berada di sampingku dan menatapku aneh.
"Huh? Eh, enggak kok." jawabku sambil cengengesan.
"Yaudah, ayo." ajaknya.
Aku pun mengikuti dia yang sudah berjalan terlebih dahulu. Gak bisa ya nungguin aku dulu gitu kalau jalan?
"Nay, sekarang mau apa?" tanya kak Adrian tiba-tiba sambil berhenti dan menatapku.
Aku pun berpikir dan ketika melihat Timezone tiba-tiba ideku muncul.
"Kesana kak." tunjukku.
Kak Adrian pun mengikuti arah tunjukku.
"Nggak." jawabnya singkat.
"Kenapa?" tanyaku.
"Kamu udah besar Naraya." jawabnya.
"Gak papa dong. Lagi pula gak ada larangannya kok." ujarku.
Kak Adrian masih tak bergeming ditempatnya.
"Kakak Adrian yang baik hati dan tidak sombong, serta rajin menabung. Eh rajin nabung gak sih kak?" tanyaku.
"Rajin lah untuk masa depan." jawabnya bangga.
Aku pun hanya memutar bola mataku malas.
"Ayo kesana ya.. Plissss kak Adrian baik deh." ujarku sambil memasang wajah seimut mungkin.
"Kak Adrian, hey.. Ganteng ayo kesana ya." Aku udah kehabisan akal sekarang melihatnya hanya menatap ke arah sana.
"Calon imamnya Naraya, ayo dong." ujarku lagi.
Kak Adrian tampak menghela napas pasrah dan ia pun akhirnya mengangguk dan membawa tanganku ke dalam genggamannya sambil berjalan menuju Timezone.
Aku bersorak dalam hati, Yeay!! Mommy anakmu ini memang ahli dalam urusan bujuk membujuk.
Daddynya Naraya:v
Mommynya Naraya;v . Hanya sekedar pict ya... kan dalam ceritanya mah pakai kerudung.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro