Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 18

Hai guys, sorry banget ya telat ^_^

Happy Reading =))


Aku memandang bangunan di depanku, ku tarik napas dalam-dalam mencoba melepaskan semua beban yang seakan menghimpitku.

Dengan langkah riang seolah beban itu telah lepas aku mulai berjalan memasuki area sekolah. Yups! Hari ini aku telah resmi memasuki sekolah kembali.

Aku melangkahkan kaki di sepanjang koridor sekolah menuju ke kelas. 3 bulan tidak ke sekolah membuatku seperti orang asing di sini. Bagaimana tidak? Adik-adik kelas 10 banyak sekali yang memandangiku karena yahh mereka pasti merasa asing dengan wajahku, ingin sekali aku bicara di depan wajah keponya Nih gue, senior lo. Tapi otak pintarku masih bisa menahan itu.

Aku yang hendak berteriak di depan kelas mengurungkan diri ketika melihat hanya ada satu orang di dalam kelas.

"Assalamu'alaikum." salamku saat masuk ke dalam kelas.

"Waalaikumsalam." jawab Fitri yang hanya ada seorang diri di dalam kelas.

"Hai Fit, gimana kabar lo?" tanyaku sambil menyimpan tas di bawah meja.

"Entah harus bilang baik atau nggak, gue bingung." jawabnya.

"Maksud lo?" tanyaku sambil duduk di kursi depan mejanya.

"Ketika masuk ke sekolah ko gue merasa kehilangan ya, belum juga misi gue berhasil buat dapatkan dia di sana." ujarnya.

"Halah.. Mendingan lo lupain deh segala hal yang di sana apalagi tentang perasaan." ujarku so menasihati padahal di dalam hati aku pun merasakan yang sama.

"Iya deh, lagi pula gue cuma iseng kok." jawabnya sambil terseyum.

Si Fitri enak cuma iseng, lha gue udah pake perasaan beneran.

Setelah itu ada banyak murid yang berdatangan ke kelas kami dan kebanyakan dari mereka akan berteriak gaje di depan pintu menyapa kami yang di dalam.

Aku selalu bersyukur bersama mereka yang selalu mengerti satu sama lain tanpa memandang perbedaan kami.

Ketika aku sedang mendengarkan cerita-cerita mereka selama di tempat kerja tiba-tiba ponselku bergetar.

Drtt..Drtt..

From : My Love

Selamat bersekolah kembali..

Aku menegakkan duduk ku melihat kembali pesan yang masuk. Ini benar dari kak Adrian karena nama kontaknya belum aku ganti.

Kenapa ia mengirimkan pesan ini ketika kemarin dia bahkan nyaris mengabaikan ku ketika aku berpamitan kepada orang-orang di perusahaan.

Aku yang hendak mengetikkan pesan mengurungkan niatku karena guru kami yaitu Kepala Program Akuntansi memasuki kelas.

***

"Kenapa lesu amat wajahmu Yya?" tanya Anti.

Kami sekarang telah berada di kantin sekolah.

"Eh Yya, besok kita ke perusahaannya ya biar beres semuanya." ujar Zahra.

"Hemm.." jawabku malas.

"Pertanyaan gue jawab apa." ujar Anti mulai kesal.

"Gue pulang sekarang gak papa kali ya?" ujarku tiba-tiba.

Mereka semua pun menoleh ke arahku dan menunjukkan ekspresi bingungnya. Seandainya suasana hatiku sedang baik, pasti sekarang aku tertawa ngakak lihat ekspresi bloon mereka.

"Lo sakit?" tanya Widi.

Aku menggeleng pelan.

"Besok gue sama Zahra aja deh yang ke perusahaan, biar punya lo sekalian gue ambil." ujar Nura yang sepertinya mengerti keadaanku.

Ya, yang membuat aku diam adalah aku memikirkan tentang bagaimana besok jika aku ke perusahaan kembali dan bertemu Adrian. Tadi guru kami mengatakan bahwa sertifikat dari perusahaan harus segera dikumpulkan, dan Pak Hadrian selaku pembimbing kami telah memberitahu bahwa sertifikat bisa diambil besok.

"Makasih yah, tapi beneran hari ini gue mau pulang." ujarku lesu.

"Yaudah, gue antar lo pulang aja." ujar Widi sambil cengengesan gak jelas.

"Modus lo, pengen pulang juga ya?" selidik Lia.

"Tahu banget lo." ujarnya sambil tertawa.

---

"Yya, gue mau tanya sesuatu dong." ujar Widi sesampainya di rumah.

Widi jadi nganterin aku dan katanya mau main di rumah.

"Hemm.." jawabku sambil duduk di sofa.

"Nura punya pacar ya?" tanyanya langsung.

Aku kaget dan segera menatapnya, untungnya yang ditatap sedang memalingkan wajahnya sehingga aku segera menormalkan ekspresiku kembali.

"Kenapa bilangg gitu?" aku balik bertanya.

"Dia jadi beda, tadi aja diam sendiri di depan kelas terus cekikikan sendiri sambil lihatin ponselnya." ujarnya panjang lebar.

"Mungkin bukan pacarnya, bisa jadi dia lagi baca wattpad dan ceritanya kocak gitu." jawabku.

"Yakali baca novel di luar sambil sesekali mengetikkan sesuatu kemudian cekikikan." ujarnya lagi.

"Pulang gih, gue butuh ketenangan nih." usirku.

"So banget hidup lo pake butuh ketenangan segala. Lo dicampakkan pak Adrian ya?" tanyanya usil.

"Lo PULANG SANA!!" teriakku sambil melempar bantal sofa ke arahnya, sedangkan ia hanya tertawa.

"Gue pulangnya nanti ah malas macet, gue bobo dulu ya jangan ganggu." Ujarnya sambil beranjak ke tempat tidur.

Dasar teman kurang ajar, di suruh pergi malah tidur.

Aku pun hanya mengelus dada melihat kelakuan ajaib Widi. Ini baru satu, sedangkan kalau semuanya Astagfirullah deh.

Aku memandang ponsel dengan malas, ingin rasanya ku ketikkan beberapa pesan singkat untuk kak Adrian karena tidak sempat membalas pesannya tadi. Tapi aku terlalu malu untuk membalasnya karena jarak waktu yang amat lama.

Aku berharap kak Adrian mengirimkan pesan tambahan atau apa gitu, tapi ya sudahlah aku kan hanya sehembus angin bagi dirinya mungkin.

***

Sudah dua minggu aku bersekolah kembali, dan kak Adrian? Sudahlah jangan bahas dia, semenjak pesan singkat yang waktu itu ia kirim dan tidak aku balas sudah tidak ada kabar lagi darinya. Aku masih sering sih kepoin akun media sosialnya tapi hasilnya nihil. Seolah-olah ia sudah tidak lagi membuka media sosialnya, mungkin tuh orang sudah tidak ingin bersosialisasi lagi dengan orang lain. Tuh kan kalau membahas dia bawaanya jadi negatif mulu otakku.

Aku memandang frustasi tumpukkan soal yang isinya bukti transaksi itu. Kamarku sudah layaknya kapal pecah yang berserakan kertas dimana-mana. Ingin rasanya aku membakar semua kertas-kertas ini dan membuangnya, tapi apalah dayaku yang hanya seorang siswa yang berada di posisi serba sulit.

Kalau saja aku serahkan soal ini ke kak Adrian, pasti dengan cepat ia akan segera menyelasaikannya, tapi arghhh.... Kenapa namanya itu sering telintas di kepalaku.

"Ayya." panggil Mom mengagetkanku dari ambang pintu kamar yang memang tidak ditutup.

"Apa Mom?" jawabku malas.

"Ya ampun ini kenapa berantakan sekali?" omel Mommy.

"Yya bisa gak sih ngerjain tugasnya itu terstruktur gitu gak usah berantakan sana sini?" ujar Mom kembali.

Aku pun hanya mendengus kesal mendengar ocehan Mommy. Ah, ya walaupun Mommy ku itu lulusan Akuntansi tapi dia itu jarang membantuku paling hanya menerangkan apa yang tidak aku mengerti. Pernah sesekali aku meminta Mommy mengerjakan tugasku karena jadwal tugasku yang bentrok ya bukannya malas, hanya sekadar pemberitahuan bahwa aku itu masih termasuk peringkat 5 besar di sekolah, memang sih gak sepintar si Widi atau Anti yang notabennya anak-anak Matematika. Kembali lagi ke topik, saat itu Mommy malah bilang "Kamu itu harus belajar memanage waktu dengan baik. Coba saja kerjakan dulu pasti selesai kok" Iya emang selesai, tapi sampai pukul setengah dua dini hari kan rese.

"Mom mau apa sih ke sini?" tanyaku mulai kesal karena Mommy datang malah ngedumel gak jelas.

"Handphone kamu mati?" tanya Mommy.

"Sengaja dimatiin biar fokus belajar." jawabku asal.

"Jangan suka matiin handphone Yya, nanti jodohmu kebingungan ngehubungi kamu." ujar Mom.

"Huh" tanyaku tak mengerti.

"Adrian ngehubungi Mommy katanya minta izin ngajakkin kamu keluar nanti malam kan besok Sabtu libur." ujar Mommy.

Double What??

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro