Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8

pangeranbulan🌙


"DIA ADALAH puteraku," ucap Suny pada Seokjin seraya merangkul tubuh Yoosun gemetaran.

Seketika dahi Seokjin berkerut tidak percaya mendengar hal itu. Bagaimana bisa anak laki-laki itu adalah putera dari Suny? Sejak kapan wanita itu menikah?

"De-dengan siapa kamu menikah?" tanya Seokjin terkejut ketika mengetahui hal itu.

"Apa kamu buta atau pura-pura bodoh? Kamu bisa lihat sendiri siapa ayah dari anak ini," teriak Suny tidak tahan lagi. Dia sudah terlalu lelah dengan semua ini.

Tidak hanya Seokjin saja. Yoosun sama kagetnya saat mendengar hal itu. Jadi pria yang ada di hadapannya ini adalah ayahnya? Tapi bagaimana bisa?

"Apa maksud dari perkataan ibu?" lirih Yoosun menatap wajah ibunya yang kini sudah berlinang air mata.

"Maafkan ibu, karena selama ini telah menyembunyikan hal ini darimu. Ibu sudah jahat padamu. Ini semua salah ibu," sesal Suny memegang tangan puteranya terisak menangis.

"Jadi pria ini adalah ayahku?" tunjuk Yoosun pada sosok pria di hadapannya.

Seokjin menatap anak laki-laki itu dengan raut wajah tidak percaya. Jadi selama ini Suny menghilang bersama puteranya? Anak kandungnya?

Dengan langkah yang gemetar Seokjin pun merangkul tubuh Yoosun. Dia mengusap-usap pundak puteranya itu haru. Tak terasa tetesan air mata jatuh begitu saja membasahi pipinya.

"Suny dia benar-benar putera kita kan?" seru Seokjin masih tidak percaya kalau anak laki-laki itu adalah anaknya.

Sementara Yoosun hanya bisa terdiam. Dia masih mencoba mencerna tentang situasi saat ini. Semuanya terasa sangat mengejutkan untuknya.

Bukankah pria itu adalah papanya Mihi? Pikir Yoosun. Itu berarti ibunya adalah simpanan pria itu atau bagaimana? Dia melirik pada ibunya penuh tanda tanya.

Yoosun sama sekali tidak mau berpikir kalau dia adalah anak yang tidak diinginkan. Tapi dari semua yang dia tahu sekarang semua mengarah kesana.

Pantas saja selama ini dia berbeda dari anak lainnya dari dulu. Semua anak di kelasnya punya ayah mereka masing-masing sedangkan dirinya hanya memiliki ibunya.

Dia juga tidak pernah bertemu dengan ayahnya yang entah berada dimana. Membuat Yoosun hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya memiliki sosok seorang ayah.

"Ini hanya lelucon kan," ucap Yoosun melepaskan dirinya dari rangkulan pria itu.

"Ibu," seru Yoosun menatap wajah ibunya meminta penjelasan atas semua ini.

Yoosun mengepalkan tangannya penuh emosi. Lalu tanpa peringatan meninju wajah pria yang ada di hadapannya. Membuat tubuh Seokjin terhuyung ke belakang.

"Kenapa anda baru datang sekarang hah?" tanyanya geram sembari masih terus memukul wajah pria itu. Sementara Seokjin hanya bisa pasrah menerima perlakuan puteranya.

"Dimana anda saat aku minta antar ke sekolah?"

"Dimana anda saat hari kelulusanku?"

"Dimana anda saat aku minta dibelikan mainan?"

"Dimana?!" teriak Yoosun berlinang air mata sekali lagi meninju wajah ayahnya geram.

"Yoosun sudah," pinta Suny menarik tubuh puteranya itu dari Seokjin yang wajahnya sudah merah-merah sehabis dipukuli. Terlihat bibir pria itu yang berdarah akibat ulah Yoosun.

"Kamu boleh memukul wajahku sepuas yang kamu mau. Tapi kamu tidak merubah fakta kalau aku adalah ayah kandungmu," ucap Seokjin dengan wajah yang masih terlihat bahagia.

"Omong kosong! Aku tidak sudi punya ayah sepertimu!" maki Yoosun hendak memukul pria itu lagi tapi ditahan oleh ibunya.

"Ibu ayo kita pergi dari sini. Dan buat anda, aku peringatkan jangan pernah datang lagi ke tempat ini!" tunjuk Yoosun pada wajah pria itu lalu pergi bersama ibunya dari sana.

Suny menoleh pada Seokjin. Terlihat wajah pria itu yang memar-memar tapi masih mencoba tersenyum padanya. Sepertinya dia masih terlalu bahagia setelah tahu Yoosun adalah puteranya.

"Jangan lihat dia lagi Bu. Pria seperti dia sama sekali tidak pantas bersama ibu," lirih Yoosun merasa iba pada ibunya setelah semua yang terjadi selama ini.

Yoosun tidak peduli jika ibunya adalah wanita simpanan atau bagaimana. Baginya, ibunya adalah orang yang selalu ada untuknya dan rela melakukan apapun demi dirinya.

Terlalu banyak rasa sakit yang ibunya alami selama ini. Dia sekarang baru menyadari alasan kenapa ibunya tidak ingin mempertemukan dirinya dengan sosok ayahnya.

Jika dia tahu ayahnya adalah pria brengsek seperti papanya Mihi. Dia tidak perlu merasa sedih jika tidak memiliki seorang ayah dalam hidupnya.

***

"Kenapa kamu tidak menjemputku pagi ini?  Bukankah aku sudah mengirimimu pesan?" kesal Mihi ketika bertemu dengan Yoosun di sekolah. Entah kenapa cowok itu terlihat tidak ingin menatap wajahnya.

"Sepertinya aku lupa mengecek pesanmu," sahut Yoosun dengan santainya.

"Bohong!"

"Kamu sengaja kan tidak menjemputku? Ayo katakan yang sejujurnya!"

"Kalau iya memang kenapa?" balas Yoosun kali ini menatap dingin pada cewek itu.

Mihi terlihat terdiam sesaat. Kenapa Yoosun jadi bersikap dingin seperti ini pikirnya. "Kamu lupa tentang perjanjian kita ya?!"

"Aku tidak peduli. Mulai sekarang berhenti menggangguku dan urus saja urusanmu sendiri. Aku tidak ingin menjadi suruhanmu lagi," seru Yoosun berlalu pergi menuju perpustakaan.

Mihi masih terdiam di tempatnya menatap pada cowok itu. Dia menghentakkan kakinya kesal pada lantai. Ada apa sih dengan Yoosun?

Padahal yang kemarin merajuk adalah dirinya. Kenapa hari ini malah Yoosun yang bersikap dingin padanya? Lihat saja dia akan membuat cowok itu kembali tunduk padanya.

Saat di parkiran sekolah saat ingin pulang. Yoosun heran mendapati motornya yang tidak bergerak. Setelah dia cek ternyata ada yang memberi gembok pada motornya.

Siapa yang berani melakukan ini pikir Yoosun. Lalu tak lama muncul mihi dengan wajah sumringahnya. Terlihat cewek itu memamerkan sebuah kunci padanya.

"Jadi ini ulahmu?" geram Yoosun pada cewek itu yang tidak mau berhenti mengganggunya.

"Sudah kubilang padamu untuk menuruti semua perintahku kan?" balas Mihi menaikan sebelah alisnya.

"Aku sudah cukup muak dengan semua ini. Cepat berikan kunci itu padaku sekarang," tegas Yoosun mengulurkan tangannya.

Tapi bukan Mihi jika dengan mudah mau menuruti Yoosun. Dia malah tertawa senang seraya memainkan kunci itu dengan melempar-lemparkan benda itu ke udara.

"Aku bilang cepat berikan!" teriak Yoosun membuat Mihi terkejut dan kunci yang sedang dia mainkan tadi terjatuh begitu saja di atas rerumputan.

"Ke-kenapa kamu sampai harus berteriak seperti itu sih? Kamu tidak malu apa dilihat oleh orang-orang?" lirih Mihi dengan suara yang sedikit bergetar.

"Kamu harus mengganti hpku yang telah rusak. Ingat itu!" seru Mihi langsung berlari dari sana menenteng helm yang kemarin dia baru beli.

Terlihat mata Mihi yang berkaca-kaca menahan air matanya. Ada apa sih dengan Yoosun? Kenapa hari ini cowok itu sangat dingin sekali.

Yoosun tidak peduli pada Mihi yang entah pergi kemana. Dia memutuskan untuk mencari kunci yang tadi terjatuh di rumput. Merepotkan saja pikirnya.

Ketika Yoosun telah menemukan kunci itu akhirnya dia dapat pulang juga. Tapi lagi-lagi ada saja masalah yang datang. Saat dia baru setengah jalan. Ada sebuah rombongan mobil hitam yang menghadangnya.

Dari mobil-mobil itu keluar beberapa pengawal berpakaian setelah jas dan kacamata hitam. Mereka seperti siap untuk melakukan sesuatu pada Yoosun. Cowok itu hanya bisa menelan ludahnya berat.

"Apa kalian semua orang-orang suruhan Mihi?!" teriak Yoosun pada pria-pria berjas hitam itu.

...


Np : Tadi pas ngedit kepencet publish wkwk kalian dapet notipe gak?😅

Btw aku udah mau sibuk lagi ngurus magang huhu doain ya semoga lancar🤧 maklum dah semester tua gabisa banyak leha2 lagi🤭

MY PRINCE FRIEND 3, 21 Maret 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro