7
pangeranbulan🌙
"SEOKJIN SEDANG dalam perjalanan menuju ke sini. Kita tunggu saja," ungkap Bim setelah menutup sambungan telpon dengan cowok itu.
"Baguslah kalau memang benar begitu. Sebenarnya aku masih penasaran kenapa Suny sampai seperti ini. Apa kamu tahu sesuatu Bim?"
"Aku dengar kemarin Seokjin sudah bertunangan dengan seorang putri pemilik perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan milik keluarganya. Tapi aku tidak yakin itu alasan Suny jadi begini."
"Benarkah!?" seru Loli tidak percaya pada apa yang barusan Bim katakan.
"Tapi bagaimana bisa? Maksudku bukannya Seokjin suka pada Suny dan juga hubungan mereka berdua sangat dekat."
"Aku juga tidak tahu kenapa Seokjin tiba-tiba bertunangan cewek itu," tutur Bim yang memang tidak tahu banyak tentang masalah tersebut.
"Mungkin saja karena hal itu Suny jadi seperti ini. Aku merasa kasihan padanya," lirih Loli menatap sedih pada cewek yang sedang terbaring lemas itu.
Sementara itu Seokjin mengemudi mobilnya dengan perasaan cemas. Dia khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Suny. Padahal jarak rumah sakitnya tidak terlalu jauh. Tapi entah kenapa terasa lama sekali untuk sampai kesana.
Fokus Seokjin teralih pada cahaya lampu mobil di belakangnya. Sepertinya ada beberapa mobil yang dari tadi terus mengikutinya. Awalnya mobil-mobil itu membuntinya dari jauh. Tapi lama-lama jarak mereka semakin dekat dengan mobilnya.
Hingga akhirnya satu mobil melesat maju ke depan menghalangi laju mobil Seokjin. Mobil itupun tiba-tiba menutup jalan dengan berhenti tepat di depan mobilnya. Membuat Seokjin juga harus terpaksa menghentikan mobilnya.
Seokjin berdecak kesal. Apa sebenarnya maksud orang itu berhenti mendadak di depan mobilnya. Dia memutuskan untuk keluar mengecek mobil itu.
Baru saja dia keluar dari dalam mobil. Beberapa pria berkacamata hitam dan setelan jas rapi menghampirinya. Mereka keluar dari mobil yang tadi membuntutinya.
"Apa maksudnya ini hah!" teriak Seokjin yang sudah dikepung oleh orang-orang itu.
"Kami hanya menjalankan tugas untuk membawa anda kembali ke apartemen. Harap kerjasamanya," jelas salah satu dari pria itu.
"Tidak mau. Sekarang aku ingin pergi ke rumah sakit. Kalian kembali saja," tolak Seokjin kesal. Pasti ini semua ulah dari Yuun. Cewek itu sepertinya mengetahui kalau dia pergi dari apartemen.
"Maaf tapi kami harus tetap membawa anda kembali," tutur pria itu kembali seraya bersiap mendekati Seokjin.
Perkelahian diantara Seokjin dan pria itu pun tidak terhindarkan. Meski kalah jumlah dia tetap berusaha untuk melawan orang-orang itu.
Saat dia sedang melawan salah satu pria itu ada orang dari belakang yang tiba-tiba saja membekap mulutnya dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Membuat kesadaran Seokjin perlahan menghilang.
Suara panggilan telpon terdengar dari salah satu pemimpin orang-orang itu. Pria itu mengangkat panggilan telpon yang masuk. Sepertinya itu panggilan dari boss mereka.
"Bagaimana? Apa kalian berhasil menghentikannya?"
"Sesuai dengan perintah Nona. Kami telah berhasil mengagalkannya untuk pergi ke rumah sakit. Sekarang kami akan membawanya kembali ke apartemen," lapor pria itu seraya memerhatikan Seokjin yang sudah tidak sadarkan diri.
"Baiklah kalau memang begitu. Segera bawa dia ke sini," sahut Yuun terdengar senang. Dia tidak akan membiarkan Seokjin pergi ke rumah sakit itu. Dia harus membuat seolah cowok itu tidak peduli pada Suny.
***
Suny terbangun dari tidurnya. Perlahan kelopak matanya terbuka. Apa yang dia lihat pertama kali adalah sosok ibunya yang sedang tertidur pulas di sampingnya.
"Ibu," panggil Suny dengan suara lemah.
Wanita yang dipanggil oleh Suny membukakan matanya. Manda sangat senang melihat Suny sudah sadar. Segera dia memanggil perawat untuk memeriksa keadaan putrinya.
Saat sedang diperiksa oleh perawat. Suny juga melihat ayahnya yang masih tertidur di sudut ruangan bersender pada dinding. Sepertinya orang tuanya di sini menjaganya semalaman.
"Kami diberitahu oleh Bim tentang kamu yang dibawa ke rumah sakit ini. Pantas saja semalam kamu tidak pulang-pulang."
"Maaf karena telah membuat kalian cemas, Bu. Aku hanya---"
"Sudah tidak perlu kamu jelaskan. Ibu mengerti alasan kamu jadi seperti ini. Dari dulu ibu juga sudah sadar tentang perasaan yang kamu miliki untuk Seokjin," tutur Manda seraya mengusap puncak kepala putrinya tersenyum lembut.
"Apakah perasaan yang aku miliki untuk Seokjin itu salah Bu? Sepertinya aku terlalu berlebihan karena mengharapkan dia. Padahal aku hanyalah temannya," ucap Suny tersenyum miris.
"Tidak sama sekali. Kamu berhak untuk suka pada Seokjin. Lagipula tidak ada batasan untuk sebuah perasaan. Termasuk pada temanmu sendiri."
Suny hanya tersenyum tipis mendengar perkataan ibunya. "Kalau ibu sendiri? Dulu ibu atau ayah yang duluan naksir?"
"Jelas ayahmu lah. Dulu dia mengejar-ngejar ibu karen ibu adalah karyawan tercantik di kantor," balas Manda percaya diri sembari tertawa geli.
"Tapi setelah berpacaran justru ibumu yang minta cepat-cepat dinikahi. Dia sudah sangat mencintai ayahmu ini," sahut Daen dengan mata yang masih terpejam. Sebenarnya dia sudah bangun dari tadi.
"Jangan percaya diri dulu. Aku minta untuk menikah cepat-cepat karena ingin menghemat pengeluaran bulananku," tutur Manda dengan senyum jahilnya pada Daen.
Sontak saja Suny tertawa mendengar itu. Apalagi melihat raut wajah ayahnya yang cengo karena jawaban dari ibunya. Pagi hari seperti ini ada saja tingkah kedua orang tuanya.
Siang itu orang tuanya pamit untuk pulang ke rumah sebentar. Jadi Suny harus sendirian di rumah sakit sementara. Saat dia sedang sibuk membaca buku tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Terlihat ada seorang cewek yang masuk ke dalam. Ternyata yang datang berkunjung adalah Yuun. Cewek itu langsung berlari menghampiri Suny merasa sangat bersalah.
"Maaf karena aku kamu jadi seperti ini Suny. A-Aku benar-benar gak tahu tentang hubungan kalian. Karena setau aku kalian berdua itu teman dari kecil. Kalau tahu yang sebenarnya, mungkin aku gak bakal mau tunangan sama Seokjin," lirih Yuun seraya memeluk Suny erat.
Untuk sesaat Suny hanya bisa terdiam. Sampai akhirnya dia balas menepuk-nepuk pelan pundak cewek itu. "Kamu gak usah sampai minta maaf seperti ini Yuun. Kamu gak salah."
"Tapi aku yang udah ngerebut Seokjin dari kamu," ujar Yuun dengan suara bergetar. Seolah dia benar-benar prihatin dengan cewek itu.
"Kamu gak rebut dia dari aku kok. Lagian aku sama Seokjin memang gak ada hubungan apa-apa selain teman. Justru aku yang harusnya minta maaf karena bikin ribut padahal kalian baru aja tunangan."
"Kamu yakin kalian gak ada hubungan apa-apa? Kalau kamu mau aku bisa batalin tunangan aku sama Seokjin," ungkap Yuun menatap wajah Suny dengan mata berair seolah siap menangis.
Suny balas menggeleng cepat. "Kamu gak perlu lakuin itu. Lagian Seokjin sudah milih kamu jadi tunangannya. Itu artinya dia cintanya sama kamu. Kamu gak perlu ngerasa bersalah sama aku."
Akhirnya air mata Suny tumpah juga. Dia tidak mampu menahan air matanya lagi. Padahal dalam hatinya dia masih tidak rela jika Seokjin harus bersama cewek lain.
Sementara Yuun buru-buru memeluk erat Suny. Dia mengusap pelan pundak cewek itu. Seolah sangat peduli pada Suny. Tampak semburat senyuman tipis terukir di bibir manisnya.
Ketika Suny larut dalam kesedihannya. Seseorang masuk ke dalam ruangan itu. Dia kira itu adalah orang tuanya yang telah kembali. Ternyata yang datang justru Seokjin.
Pandangan mereka berdua pun bertemu. Seokjin tidak tahu kenapa Suny menangis saat itu. Sementara Yuun melepaskan pelukanya dan ikut memerhatikan Seokjin yang baru datang. Terlihat dari tatapan mata Yuun mengatakan kalau Seokjin sudah terlambat.
...
Np : Dah dengerin lagu terbaru bts bagus dan pas banget udah mau masuk musim hujan dengerin lagu life goes on ini. Sama juga dapet kabar kalo bts masuk nominasi grammy!🎉 Semoga mereka bisa perform dan menang.
My Prince Friend 2, 25 November 2020.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro