28
My Prince Friend
SETELAH SEMINGGU lebih lamanya tidak pulang ke rumah. Akhirnya Seokjin memutuskan untuk pulang juga. Sebelumnya dia sempat mampir ke kantor polisi menjenguk papanya untuk pertama kalinya di sana.
Eosi tidak henti-hentinya mengucapkan kata maaf padanya. Seokjin tidak bisa untuk memaafkan papanya begitu saja. Apa yang telah dilakukan oleh papanya bukan hanya menghancurkan keluarganya tapi juga keluarga Suny.
Papanya yang dulu dia kira sangat dermawan karena mau memberi ibunya Suny pekerjaan dan bahkan menyekolahkan Suny. Ternyata ada cerita busuk dibaliknya.
Seokjin merasa bersalah pada mamanya karena dulu lebih memilih tinggal dengan papanya ketimbang ikut pergi bersama dengan mamanya.
Selama bertahun-tahun dia juga harus memendam rasa benci pada Osan. Orang yang padahal selama ini selalu menjaga dan mendukung mamanya.
Seokjin lega karena paman Osan tidak balik membenci dirinya. Justru pria itu mengatakan kalau dia sangat senang karena pada akhirnya Seokjin sudah mengetahui semuanya sekarang.
Ternyata mereka juga memiliki hobi yang sama yaitu bermain game. Jadi terkadang Seokjin dan Osan main game bersama. Interaksi di antara mereka yang dulu dingin pun mulai mencair seiring berjalannya waktu.
Meski begitu Seokjin tetap merasakan ada sesuatu hal yang kurang di rumah itu. Apa lagi kalau bukan fakta bahwa kini Suny sudah tidak tinggal di sana.
Terkadang Seokjin sengaja ke kamar Suny dulu hanya untuk melihat-lihat ruangan yang telah kosong itu. Rasanya dia sangat merindukan kehadiran sosok cewek itu.
Tapi dia bingung harus mengatakan apa pada Suny. Setelah apa yang papanya lakukan pada keluarga cewek itu. Untuk menatap wajahnya saja Seokjin merasa tidak enak hati.
Saat sedang hanyut dalam pikirannya tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya hingga membuat Seokjin tersadar. Saat dia menoleh pada orang itu ternyata Kak Wonju.
"Udah kalau mau ketemu sama Suny temuin aja. Gak usah kebanyakan mikir yang macem-macem," kekeh Wonju melihat kegalauan yang dialami oleh adiknya itu.
"Tapi gimana kalau nanti dianya gak mau Kak? Lagian akhir-akhir ini aku udah sengaja ngejauhin dia."
"Ck, udah dibilangin jangan kebanyakan mikir yang macem-macem masih saja. Apa yang kamu pikirin itu belum tentu juga bener," decak Wonju seraya melipat kedua tangan di depan dada.
Seokjin tersenyum kecil menatap wajah kakaknya itu. Sekarang dia jadi sedikit lebih percaya diri untuk menemui Suny. Lagi pula selama ini dia belum pernah mencoba untuk melakukannya. Dia hanya terus bergelut dengan pikirannya sendiri saja.
"Makasih ya Kak," ujar Seokjin dan Kak Wonju pun hanya balas mengusap pundaknya.
Malamnya Seokjin akhirnya pergi ke rumah Suny saat ini. Rasanya agak aneh, dulu jika ingin bertemu dengan cewek itu dia hanya perlu berjalan beberapa langkah saja ke kamar Suny dan ibunya. Sekarang dia sampai harus menempuh jarak yang cukup jauh dari rumahnya.
Sesekali dia mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan untuk mengurangi rasa cemas yang dia alami.
Ketika sampai di depan rumah itu Seokjin sudah disambut oleh kedua orang tua Suny. Dia diajak masuk ke dalam tapi Suny belum juga kelihatan.
Saat Seokjin menanyakan keberadaan cewek itu ternyata ibunya bilang kalau Suny sedang jalan keluar.
Seokjin bertanya lagi keluar kemana? Karena tidak biasanya cewek itu jalan keluar apalagi malam-malam seperti ini. Seokjin langsung terdiam saat Manda berkata kalau saat ini Suny sedang pergi dengan Wonju.
Katanya bakal ada festival kembang api malam ini dan Suny sebenarnya baru saja dijemput oleh Kak Wonju. Tak lama setelah itu ternyata Seokjin pun datang.
Seokjin hanya bisa mendengus geli. Bisa-bisanya Kak Wonju melakukan ini padanya. Kak Wonju yang memberinya semangat agar mau menemui Suny dan sekarang malah Kak Wonju sendiri yang menikungnnya?
Seokjin tidak buta, dia tahu kalau selama ini Kak Wonju punya perasaan kepada Suny. Tapi sepertinya Suny tidak sama dengan kakaknya. Cewek itu jelas sekali tidak dapat menerima perasaan dari Kak Wonju.
Akhirnya malam itu Seokjin memutuskan untuk pamit kepada orang tua Suny dan akan kembali pulang. Sebenarnya orang tua Suny menawarinya untuk makan malam bersama tapi Seokjin dengan sopan menolak dan memilih untuk pamit duluan.
Dalam perjalanan Seokjin mengendarai mobilnya dengan perasaan yang mengebu-gebu karena emosi yang menguasi dirinya saat ini. Gas mobil pun ditancapnya dengan kecepatan tinggi. Dia sepertinya tidak sadar dengan apa yang dilakukannya.
Setetes buliran air mata mengalir di pipinya. Kenapa Kak Wonju melakukan ini padanya? Seokjin tahu, kalau kakaknya lebih baik darinya. Tapi kenapa harus Suny? Cewek yang harus kakaknya incar.
Saat puluhan kembang api yang terbang ke atas langit meletus dengan indahnya. Saat itu pula mobil yang dikendari oleh Seokjin menabrak pembatas jalan dan terpental. Menimbulkan suara tabrakan yang cukup kuat. Beberapa mobil berhenti dan orang yang berada di dalamnya pun keluar untuk melihat keadaan.
"Indah ya," tutur Wonju menatap langit malam yang berhiasan kembang api yang masih terus silih berganti meletup di atas sana.
"Hm, iya Kak," balas Suny mengangguk pelan.
Tahun ini adalah festival kembang api yang agak berbeda. Biasanya mereka bertiga, Kak Wonju, Seokjin dan Suny akan melihatnya bersama. Ibunya juga kadang ikut bersama mereka. Tapi kali ini ibunya lebih memilih bersama dengan ayahnya di rumah. Begitu juga Seokjin, sepertinya cowok itu masih menghindar darinya.
Teriakan sorak riang yang biasa dia lakukan ketika melihat kembang api yang mulai menghiasi langit tidak Suny lakukan saat ini. Dia hanya memandang hampa ratusan kembang api itu.
Dalam diamnya Wonju memanggil Suny. Dan gadis itupun menoleh padanya. Wonju sudah memasang senyuman hangatnya sembari mengambil sesuatu di balik jasnya.
Suny melebarkan matanya tidak percaya saat melihat Kak Wonju sudah mengeluarkan sebuah kotak cincin dari balik jasnya. Apa maksudnya ini? Apa Kak Wonju akan melamarnya saat ini?
"Aku sudah mikirin ini dari lama dan matang-matang Suny. Jadi aku rasa malam ini adalah malam yang tepat buat kasih ini ke kamu," ungkap Wonju sembari membuka kotak cincin itu dengan perasaan tegang tapi berusaha untuk tetap bersikap tenang.
Terlihatlah sebuah cincin permata yang harganya pasti tidak murah itu. Warnanya sangat berkilauan memantulkan cahaya langit malam yang berhiasan kembang api saat itu.
"Tapi Kak, aku masih sekolah. Masih banyak yang harus aku lakuin. Aku rasa ini terlalu cepat buat Kak Wonju ngelakuin ini," tolak Suny halus memandang wajah Kak Wonju sembari tersenyum kecil.
"Gak apa-apa. Kakak bakal nungguin dan temenin kamu buat ngelakuin apa yang kamu mau capai. Sampai saatnya nanti kamu sudah siap. Anggap saja ini sebagai pengikat hubungan kita berdua. Kamu mau 'kan?" terang Wonju mengambil cicin itu dari kotaknya lalu hendak memasangkan ke jari manis milik Suny.
Belum sempat cincin itu terpasang di jari manis Suny. Suara dering telpon milik Wonju mengusik momen yang dia telah tunggu-tunggu itu. Akhirnya dengan terpaksa dia mengangkat telepon itu. Karena dia yakin itu telepon penting. Tidak sembarang orang yang memiliki nomer teleponnya.
Begitu mengangkat panggilan telepon itu Suny melihat raut wajah Kak Wonju berubah menjadi sangat shok. Terlihat tangan pria yang memegang kotak cincin itu bergetar.
"Seokjin kecelakan? Dimana Ma?" tanya Wonju pada mamanya di seberang telepon dan Suny yang mendengar hal itu juga tidak kalah tekejutnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro