11
Pangeran Juga
Bisa Cemburu
"EH SUNY kamu tahu gak? Cowok yang sama kamu tadi di perpustakaan kasih aku ini!" tutur Seokjin ketika Suny memasuki mobil saat pulang sekolah.
Suny melebarkan matanya. Itukan bungkusan yang tadi Loli ingin titipkan padanya? Cowok di perpustakaan? Maksudnya Bim?
Apa iya Bim yang memberikan itu pada Seokjin? Bukanya cowok itu sendiri yang melarang Suny agar jangan membantu Loli mendekati Seokjin?
"Maksud kamu, Bim?"
"Jadi nama cowok itu Bim? Dia ada hubungan apa sama Loli?"
Seokjin tahu kalau bungkusan berisi jaket itu pemberian dari Loli teman sekelasnya setelah membaca isi surat di dalamnya.
"Maksud kamu?" tanya Suny. Dia pikir Loli juga ikut waktu memberikan bungkusan hadiah untuk Seokjin itu.
"Aku heran aja kenapa si Bim itu yang ngasih ini. Loli 'kan bisa kasih langsung ke aku."
Suny mengangkat bahunya. "Aku juga gak tahu. Ngomong-ngomong apa yang si Loli itu kasih ke kamu?"
"Isinya jaket. Aku sudah punya sih jaket model ini. Beda warnanya aja." Seokjin menunjukan Jaket bewarna hitam itu. Loli tidak tahu kalau warna favorite cowok itu adalah pink.
Suny sendiri mengetahuinya setelah beberapa bulan tinggal di rumah itu. Dia menyadari beberapa barang terutama pakaian cowok itu rata-rata berwarna pink.
Tapi karena menjaga image nya Seokjin lebih sering memakai hal-hal berwarna pink itu di rumah. Sedangkan saat di luar lebih sering memakai pakaian berwarna hitam ataupun warna-warna lain yang lebih ke cowok-cowokan.
Mungkin itulah penyebab Loli membeli jaket bewarna hitam itu. Suny maklum karena mungkin saja Loli hanya mendapat informasi dengan menstalking akun media sosial milik Seokjin.
"Bagus jaketnya pasti harganya mahal," komentar Suny menyentuh jaket itu. Lalu mobil yang mereka tumpangi mulai berjalan meninggalkan halaman sekolah.
"Tapi aku bingung nih."
Suny tersenyum kecil melihat Seokjin yang menggaruk pipinya. Ciri khas cowok itu ketika sedang kebingungan. "Emang bingung kenapa sih?"
"Dia nulis surat katanya mau lebih dekat sama aku. Terus ngajakin nge date hari minggu ini."
"Terus? Kamunya mau ladenin atau sama kayak cewek-cewek sebelumnya yang kamu tolak?"
Suny menatap sinis Seokjin saat melihat ekspresi wajah cowok itu. Ekspresi diam berpikir yang pertanda kalau Loli akan bernasib sama seperti cewek-cewek yang ditolak oleh cowok itu sebelumnya.
"Kamu ini gak bisa hargain usaha orang ya? Bagi kamu ini hal yang sepele dia suka sama kamu. Tapi bagi dia perasaan ke kamu itu sangat penting buat dia. Kamu gak tahu aja di balik hadiah ini ada banyak perjuangan dari dia buat sampe ke kamu."
Seokjin terdiam mendengar perkataan Suny. "Kamu kenapa? Tumben kayak gini. Biasanya juga kamu biasa aja kalau aku tolak cewek-cewek yang naksir aku. Bahkan kamunya juga gak suka di deketin sama mereka yang deketin kamu cuma buat deket sama aku. "
"Ya gak kenapa-kenapa. Aku cuma ngerasa Loli ini beneran serius sama kamu."
Melihat keseriusan cewek itu membuat Suny merasa kalau dia hanyalah cewek pengecut yang tidak berani pada perasaanya sendiri. Suny hanya bisa memendam perasaan pada Seokjin.
"Hm, iyadeh aku coba kasih dia kesempatan. Kamu sendiri? Sama Bim gimana?"
"Apanya yang gimana?" balas Suny spontan. "Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia."
"Oh gitu, dari dulu aku penasaran tipe cowok kamu itu kayak gimana sih?"
tanya Seokjin mengusap dagunya sembari menatap geli pada Suny.
Entah kenapa melihat Seokjin menatapnya seperti itu Suny merasa kalau cowok itu tahu apa yang sebenarnya. Suny jadi salah tingkah sendiri. Buru-buru dia memalingkan wajahnya.
"Dari dulu juga aku heran. Tipe cewek kamu itu kayak gimana. Sampai-sampai cewek yang selama ini deketin kamu ditolak terus."
"Kamu pengen tahu? Coba lihat mata aku deh," sahut Seokjin terdengar santai.
Suny kembali menoleh pada Seokjin lalu menatap matanya seperti yang cowok itu suruh. Suny bingung kenapa dengan menatap mata Seokjin dia bisa tahu tipe ceweknya?
"Gak ada apa-apa tuh. Kamu kelilipan atau gimana? Aneh ih kamu ini. Sudah jelasin aja tipe cewek kamu kayak gimana."
Seokjin hanya mendengus geli. Jauh di dalam matanya tergambar jelas pantulan wajah Suny. Sepertinya cewek itu pintar masalah pelajaran saja tetapi tidak dengan kode.
"Kamu saja duluan sana. Nanti baru aku."
Suny balas menggelengkan kepala. "Gak ah, kamu saja yang duluan."
Pada akhirnya tidak ada yang mau menjelaskan tipe orang yang mereka berdua sukai. Karena keduanya sama-sama tidak mau mengalah.
♡♡♡
"Aku gak suka ya Bim sama kelakuan kamu tadi. Sekarang aku harus jelasin gimana sama Seokjin tentang kamu? Sekarang dia pasti gak mau ngedate sama aku."
Bim meletakan tas Loli di atas meja di samping tempat tidur cewek itu. Wajahnya terlihat dingin. Sekarang dia harus menerima ocehan dari Loli.
"Bukanya itu memang maunya kamu?"
"Iya itu memang maunya aku tapi bukan kamu juga yang musti kasihnya ke Seokjin!" geram Loli dengan suara meninggi. Wajah cantiknya memerah menatap cowok itu.
"Aku gak peduli sama cowok-cowok yang selama ini kamu halangin buat deketin aku karena memang aku gak suka sama mereka. Tapi Seokjin, kamu gak perlu ikut campur urusan aku sama dia," lanjutnya sembari melangkah pergi dari kamar itu.
Bim masih terdiam di sana. Dia mengepalkan tanganya kuat. Dia tidak suka Loli berbicara seperti itu padanya. Loli menjadi seperti itu padanya hanya karena Seokjin membuat Bim semakin tidak menyukai cowok itu.
Dengan langkah kesal Bim pergi menuju kamarnya. Kamarnya berada di lantai bawah rumah mewah ini. Nasib Bim bisa dikatakan sama seperti Suny.
Hanya saja ada perbedaan besar di antara mereka berdua. Suny diperlakukan seperti anak pembantu biasa. Dia masih harus membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Setidaknya Suny dibiayai sekolahnya.
Sedangkan Bim. Dia sudah seperti anak kandung di rumah ini. Karena memang majikan kedua orang tuanya menginginkan anak laki-laki. Loli adalah anak tunggal majikan orang tuanya.
Jadi kehidupan Bim bisa dibilang sama seperti Loli ataupun Seokjin. Dia dilayani seperti anak kandung di rumah ini. Meski begitu dia tetap saja anak dari kedua orang tua kandungnya.
Bim sangat sering pergi ke rumah belakang. Tempat tinggal para pembantu rumah ini. Rumah ini memiliki banyak sekali pembantu. Sepadan dengan ukuranya yang seperti istana.
Dia pergi ke sana untuk menemui kedua orang tuanya dan terkadang menginap di sana. Bim berjanji suatu saat nanti kedua orang tuanya tidak harus bekerja sebagai pembantu lagi. Dia akan mengajak mereka tinggal dengannya.
Bim tersenyum saat melihat dari jendela ibunya yang sedang membersihkan taman sembari mengobrol dengan pembantu lainnya. Menyejukkan suasana hatinya yang tadi memanas.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro