Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Mutiara Di Lautan Terdalam

"Yoosun, cucu nenek. Mulai besok kamu tinggal di sini ya?" seru Lena mengusap lembut air mata di pipi anak laki-laki itu.

Yoosun hanya balas menatap pada wanita tua itu bingung. "Apa maksudnya?"

"Kamu dan ibumu. Nenek ingin kalian berdua tinggal di sini saja. Kasihan nenek dan kakekmu hanya berdua saja di rumah ini. Rasanya begitu sepi di sini," ucap Lena seraya menatap pada Seokjin seolah menyindir putera keduanya itu.

"Kamu mau kan? Nanti akan nenek urus semua kepindahan kalian. Nenek akan sangat senang jika kamu mau tinggal di sini."

"Mama, biarkan saja mereka tetap tinggal di sana. Lagipula Suny juga tidak akan mau," bantah Seokjin yang kali ini mengambil posisi duduk pada kursi sofa. Terlihat Yoosun yang masih menatapnya penuh kebencian.

"Apa kamu tega membiarkan mereka tetap tinggal di apartemen yang sempit itu?" decak Lena menatap pada Seokjin tidak percaya.

"Bukan itu maksudku. Hanya saja Suny sepertinya tidak ingin lagi berurusan dengan keluarga ini. Dia hanya ingin hidup tenang bersama anak ini," tutur Seokjin tersenyum masam.

Lena terlihat tertawa kecil. "Dia membencimu bukan keluarga ini. Jika aku jadi dirinya. Mama juga akan lari dari pria jahat sepertimu."

Seokjin yang mendengar hal itu hanya dapat menatap wajah mamanya tidak percaya. Dia tidak menyangka mamanya akan mengatakan hal seperti itu.

"Jadi Yoosun kamu mau kan tinggal bersama nenek di sini?" tawar Lena kembali pada anak laki-laki itu tersenyum manis.

Yoosun terlihat berpikir sesaat. "Aku akan bertanya pada ibuku dulu. Jika dia setuju aku juga akan ikut bersamanya."

"Anak pintar," sahut Lena sangat bahagia setelah mendengar jawaban itu.

Dia sudah bertemu dengan Suny sebelumnya dan wanita itu mau tinggal di sini asal Yoosun juga setuju. Jadi sekarang keinginan Lena sudah tercapai. Yaitu untuk dapat tinggal bersama cucunya.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Aku tidak ingin membuat ibuku cemas karena menungguku," ujar Yoosun yang mendapat anggukan kecil dan senyuman dari Lena.

Yoosun pun beranjak dari kursi sofa. Sebelum benar-benar pergi dia masih saja memberikan tatapan tidak suka pada sosok Seokjin.

Ketika sudah berada di luar Yoosun melihat pria berjas hitam itu masih menunggunya. Pria itu tersenyum kecil lalu mengatakan akan mengawalnya pulang tapi Yoosun tidak mau.

Akhirnya pria itu berkata hanya ingin mengantar Yoosun sampai depan gerbang saja. Mereka pun mulai beranjak pergi dari sana sementara di belakang sudah ada Seokjin yang mengikuti.

Ketika mereka berdua masuk ke dalam lift Seokjin juga ikut masuk bersama mereka yang membuat Yoosun terkejut saat melihatnya. Yoosun pun menatap pria itu bingung.

Seokjin hanya tersenyum kecil saat melihat Yoosun yang terperanjat saat tiba-tiba dia menepuk pundak anak laki-laki itu. "Kamu yakin ingin tinggal di sini? Kalau begitu kamu harus siap untuk bertarung, Nak."

"Bertarung melawan apa yang anda maksud?" balas Yoosun menjauhkan posisinya dari pria itu sehingga tangan yang memegang bahunya itupun terlepas.

"Nanti kamu akan tahu sendiri. Sekarang aku baru sadar. Wajahmu memang mirip denganku. Tapi sifat keras kepalamu benar-benar mirip ibumu," kekeh Seokjin mengusap-usap puncak kepala Yoosun.

"Siapa yang keras kepala?!" kilah Yoosun tidak terima pada ucapan pria itu.

"Lihatlah ekspresi wajahmu itu. Benar-benar Suny sekali," komentar Seokjin kembali tertawa geli. Pria berjas hitam yang bersama mereka juga ikut menahan senyumnya.

Ketika lift terbuka dengan buru-buru Yoosun keluar dari sana dengan raut wajah kesal. Bersama dengan pria itu sesaat saja sudah sangat membuatnya geram.

"Aku akan mengantarnya ke depan gerbang, Tuan," seru pria berjas hitam itu pada Seokjin lalu buru-buru menyusul Yoosun yang sudah menjauh.

***

Ketika sampai di apartemen mereka. Yoosun melihat sudah ada banyak kardus-kardus di ruang tengah. Ruangan apartemen mereka pun sudah tampak kosong dari parabotan yang biasa menghiasi ruangan apartemen itu.

Dia memanggil-manggil ibunya heran.
Yoosun akhirnya menemukan ibunya sedang duduk sendirian di balkon. Perlahan langkah kakinya mendekati wanita itu dan duduk di sampingnya.

"Ibu kenapa ada banyak kardus di ruang tengah?" tanya Yoosun dengan suara yang pelan ketika dia baru sadar ibunya ternyata sedang menangis.

Suny buru-buru menghapus air matanya dengan tangan lalu menatap pada puteranya tersenyum kecil. "Kamu sudah pulang? Ibu menunggumu dari tadi."

"Tentang kardus-kardus itu. Ibu rasa sepertinya hari ini adalah terakhir kalinya kita akan tinggal di sini Yoosun. Karena mulai besok kamu akan memulai kembali hidupmu yang seharusnya."

"Apa maksud ibu dengan hidupku yang seharusnya?" bingung Yoosun mengerutkan keningnya.

"Seperti kerang yang tak selamanya mampu menjaga mutiaranya meski berada di lautan terdalam sekalipun. Ibu merasa juga tidak selamanya bisa menyembunyikan jati dirimu yang sebenarnya. Bagaimanapun, kamu adalah cucu dari keluarga itu."

"Ibu hanya terlalu sedih. Karena tidak dapat menikmati waktu hanya berdua denganmu lebih lama lagi. Ibu tahu itu membuat ibu terlihat egois. Tapi yang ibu mau hanyalah ingin hidup tenang bersamamu, putera ibu," lirih Suny memegang wajah Yoosun dan kembali meneteskan air matanya.

"Ibu berharap apapun yang akan terjadi nanti. Kamu akan tetap menjadi putera ibu yang selalu ibu sayangi."

Yoosun hanya balas menatap wajah ibunya haru. Rasanya ada sesuatu yang ibunya sedang tutupi. Tapi entah apa itu.

Tak lama datang beberapa orang berjas hitam menghampiri mereka. Pria-pria itu terlihat sama dengan pengawal yang ada di rumah Nyonya Besar.

"Nyonya Suny, Tuan Muda. Mobil yang akan mengantar kalian sudah siap," seru salah satu pria berjas hitam itu.

Suny memegang kedua pundak puteranya seraya tersenyum tipis. "Apa kamu sudah siap? Ini adalah awal baru dari hidupmu Yoosun."

"Tapi apa ibu yakin? Sepertinya ada sesuatu yang ibu sembunyikan dariku. Katakan saja apa yang sebenarnya ibu inginkan. Bagiku, kebahagian ibu adalah segalanya. Aku tidak ingin jika nanti ada penyesalan yang ibu rasakan," lirih Yoosun menatap penuh tanda tanya pada sosok wanita di hadapannya.

Suny buru-buru menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Sekarang ayo siap-siap kita berangkat. Nenek dan kakekmu pasti sudah menunggu di sana."

"Baiklah jika ibu sudah berkata seperti itu," balas Yoosun tersenyum tipis. Dia harap keputusan yang mereka ambil saat ini sudah benar.

"Barang-barang Nyonya dan Tuan Muda biar kami yang mengurusnya. Kalian langsung ke mobil saja. Tuan dan Nyonya Besar sudah menunggu kalian," ujar pria berjas itu pada Suny dan Yoosun.

Mereka berdua pun langsung menuju ke bawah untuk berangkat. Saat sebentar lagi Suny dan Yoosun akan sampai ke mobil yang sudah terparkir di depan gedung apartemen. Betapa terkejutnya mereka saat melihat mobil itu tiba-tiba saja meledak dan terbakar begitu dasyatnya.

Suny sampai terduduk di tanah saking kagetnya melihat kejadian tersebut. Yoosun pun spontan membantu ibunya untuk berdiri kembali. Sebenarnya apa gerangan yang sedang terjadi saat ini?

...

Np : AAAAAaaa Seneng banget BTS rilis lagu baru hari ini😭😭 Terus, terus Seokjin juga jadi center dan stand out banget di MV ini🥺😍

Bagian Screentimenya dia banyak bangeet love love deh✨👌🏻 Ayo stream MV Film Out Myyy
Keknya ini MV ada teori2nya deh tapi aku gak jago bertoeri guys wkwk

Btw foto di atas salah satu dari scene Mv ini, lihatlah visual seorang wwh yg sangat mempesona🤭

MY PRINCE FRIEND 3, 2 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro