Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Viona Alexander

Sayup-sayup Azan subuh berkumandang dari ponsel yang tergeletak di atas meja rias tidak jauh dari tempat tidur ukuran raksasa itu. Tubuh seksi berbaring tanpa aturan, selimut, bantal dan guling telah berada di atas lantai keramik yang berkilau memantulkan bayangan bagaikan cermin. Gadis nakal itu tidur berputar seperti jarum jam yang mengitari dunia sebanyak dua puluh empat kali.
 
“Ah, syukurlah aku tidak jatuh dari tempat tidur.” Viona membuka mata dan tersenyum.
 
“Aaarg.” Hanya dengan sedikit gerakan tubuh Viona telah berada di lantai.
 
“Untungnya aku memesan tempat tidur yang bawah.” Viona cekikikan di padi hari.
 
“Tubuhku lelah sekali, baiklah aku harus bangun, mandi dan salat.” Viona beranjak dari lantai membiarkan tempat tidurnya berantakan.
 
“Aku akan merapikannya setelah salat.” Gadis cantik itu segera berjalan menuju kamar mandi.
 
Viona Alexander terlahir di keluarga kaya dan manja, membuat dirinya tidak terbiasa hidup mandiri, semua dilakukan oleh pelayan. Hidup bersama sang Kakak yang tegas dan dingin menyayangi dan memperlakukan Viona bagaikan peliharaan kesayangan yang selalu diikuti para pengawal.
 
Pesona Stevent Lu Alexander membuat gadis itu terkurung dalam sandiwara para wanita yang ingin mendapatkan perhatian kakaknya sehingga membuat Viona tidak memiliki teman, ia sangat penyendiri, tidak ada yang ia percayai kecuali Stevent.
 
Dibesarkan tanpa didikan Agama membuat Viona  harus mengenal Islam ketika ia sudah dewasa dan berteman dengan seorang Dokter bernama Annisa Salsabila yang akhirnya menjadi kakak ipar yang sangat baik dan cantik. Dengan kecerdasan yang dimiliki  membuatnya mudah untuk menjadi muslimah. Gadis itu mulai menutupi aurat dengan menggunakan hijab.
 
Viona masih dalam proses belajar dan terus memperlajari tentang Agama Islam, ia ingin menjadi muslimah seutuhnya yang selalu mendapatkan kasih sayang dari sang Pencipta agar dapat bersyukur atas nikmat yang telah ia nikmati selama hidupnya. Gadis itu membutuhkan bimbingan dari orang yang tepat yang lebih memahami tentang Islam.
 
Aroma manis buah dan bunga menyeruak keluar ruangan ketika Viona keluar dari kamar mandi, tubuh indah itu hanya dibaluti handuk putih sebatas paha. Rambut basah masih terbungkus kain pengering, ia duduk di depan cermin yang seakan tersenyum melihat bidadari cantik dari pantulannya.
 
“Apakah aku bertambah gemuk?” Viona menyentuh dada dan perutnya.
 
“Aku lebih suka tubuh gadis kecil.” Viona berdiri dan berputar di depan cermin, tubuhnya benar-benar telah berisi di setiap bagian penting seorang wanita sehingga sangat sempurna indah.
 
“Minggu ini aku harus ketempat fitness dan berolahraga dengan teratur.” Viona takut menjadi gemuk, padahal ia berada pada tubuh yang sangat bagus, padat dan berisi.
 
Gadis itu berjalan menuju sebuah ruang ganti yang dipenuhi lemari raksasa, Viona melihat pakaian kerja yang tergantung rapi, hijab segiempat tersusun dengan warna yang lengkap, blazer, kemeja, celana dan rok berbahan katun berkelas, semua telah ia ganti, tidak ada lagi celana jeans dan kaos oblong yang biasa ia gunakan selama mejadi mahasiswi.
 
“Apakah aku benar-benar telah menjadi wanita dewasa?” Viona tersenyum dan senyumannya hilang ketika ia melihat tempat tidur yang masih berantakan.
 
“Oh ya Tuhan.” Viona berjalan menuju tempat tidur dan merapikannya.
 
“Jika aku seperti ini dalam tiga hari akan diceraikan suamiku.” Gadis itu tertawa seorang diri dan merebahkan tubuh seksi di atas tempat tidur.
 
“Apa kabar Fauzan?” Viona menatap langit-langit kamar.
 
“Apakah dia merapikan tempat tidurnya sendiri? Atau mungkin ia tidur seperti kayu yang tidak bergerak sama sekali.” Viona tersenyum membayangkan Fauzan dan tempat tidur yang tidak berubah dari sebelum tidur hingga terbangun.
 
“Apakah tidur pun dia harus tampak elegan.” Viona memeluk gulingnya.
 
“Apakah Fauzan memiliki pelayan perempuan?” Viona berpikir bahwa para wanita itu akan mimisan jika terus bertemu Fauzan.
 
“Ah, berapa tahun aku tidak bertemu dengannya? Aku merasa sudah sangat lama.” Gadis itu segera kembali ke ruang ganti dan membuka sebuah lemari kaca yang berisi sebuah aptung lilin Fauzan.
 
“Aku sangat merindukan dirimu, Pangeranku.” Jari-jari indah Viona mengusap jas hitam yang Fauzan tinggalkan di bandara untuk menutupi wajahnya dari kamera para wartawan.
 
“Aku tidak bisa melupakan hari dimana kamu menyembunyikan diriku, kita begitu dekat sehingga aku bisa merasakan hangatnya napas dari mulut dan hidungmu.” Viona tersenyum.
 
“Hah, kamu menatap tubuhku yang seksi.” Viona segera menutup kembali lemari kaca.
 
“Sangat memalukan, aku belum berpakaian.” Gadis itu segera memilih pakaian kerja dengan wana gelap.
 
Selesai berpakaian Viona bersiap pergi sarapan, di bagian bawah apartement terdapat sebuah restaurant mewah. Ia melihat sepatu yang tersusun rapi di dalam lemari kaca. Semua model sepatu telah ia beli dengan harga yang fantastis.
 
“Apa aku harus menggunakan ini?” Tangan Viona memegang sepasang sepatu dengan tinggi dua belas centimeter.
 
“Tidak, aku tidak mau terjatuh di depan karyawanku.” Viona meletakkan kembali sepatu itu yang membuat dirinya membayangkan kejadian memalukan yang mungkin akan terjadi.
 
“Wegges.” Viona tersenyum, ia mengambil sebuah sepatu sport elegan dengan tinggi tujuh centimeter berwarna biru dongker serasi dengan stelan bleser yang ia gunakan.
 
Gadis itu segera keluar dari apratement dan berjalan menuju sebuah restaurant untuk menikmati sarapan sebelum pergi bekerja.
 
“Selamat pagi, nona Viona,” sapa seorang pelayan laki-laki dengan ramah.
 
“Pagi, Dilo.” Viona tersenyum dan duduk di kursi yang dekat dengan pintu keluar.
 
“Silahkan pilih menu sarapan Anda.” Dilo menyerahkan buku menu dan tersenyum manis menampilkan gigi putih yang sangat kontra dengan kulit coklatnya.
 
“Terima kasih Dilo.” Viona menerima buku dan segera memesan yang biasa ia pesan setiap harinya dan berseling.
 
“Tunggu sebentar.” Dilo berjalan ke dapur untuk menyiapkan pesanan Viona. Seraya menunggu pesanannya datang Viona memainkan gawainya, ia tidak di dunia social media tetapi fokus pada chat dan pesan yang berhubungan dengan pekerjaan.
 
“Permisi Nona.” Dua orang pelayan meletakkan dua piring sarapan sederhana Viona dan segelas air putih hangat. Ia telah diajarkan Nisa agar makan secukupnya dan tidak menyisakan makanan.
 
“Silakan Nona.” Pelayan meninggalkan Viona agar bisa menikmati sarapan dengna tenang.
 
“Terima kasih.” Gadis itu tersenyum ramah, ia segera menyimpan ponsel di dalam tas dan menikmati sarapan seorang diri hingga selesai. Viona melakukan pembayaran.
 
Mobil berwarna putih melaju menuju sebuah perusahaan yang berada di pusat kota. Tubuh indah tinggi semampai dan berisi, wajah cantik dengan mata biru bagaikan laut dan hidung mancung di tambah lagi dengan dagu lancip, sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna.
 
 
Semua orang ingin jadi sempurna, agar bisa dipandang oleh orang lain, atau bahkan menjadi inspirasi. Siapakah yang berhak menentukan standar sempurna? Mungkinkah sebenarnya sempurna itu selalu hadir bersamaan dengan ketidaksempurnaan? Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan hal itu membuat tidak ada satu pun manusia yang sempurna. Sesuatu yang dinilai tidak sempurna tetap bisa menjalankan perannya di dunia ini, dan bahkan mungkin dari titik itulah ia bisa menginspirasi orang lain,  sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah.
 
 
 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro