Kegelisahan Fauzan
Pangeran pertama merebahkan tubuh tanpa busana di atas tempat tidur, tangannya berada di udara dengan memegang sepucuk surat berwarna hitam. Pria itu hanya tersenyum memandang surat yang seakan tidak ingin dibuka, entah apa yang ia pikirkan. Ada rindu di hatinya yang tidak mau ia akui. Sikap ceroboh yang kadang membuatnya panik dan senyuman imut begitu tulus yang tidak bisa ia lupakan. Gadis itu meninggalkan kesan untuk dirinya selama berada di Indonesia.
Satu-satunya wanita asing di dunia yang beruntung bisa berdekatan dengan Sang Pangeran adalah Viona Alexander. Gadis itu bahkan memiliki kesempatan bersentuhan dan digendong pria itu bagaikan Cinderella dalam dongeng. Tidak ada perempuan yang bisa menolak pesona Fauzan, tidak ada kaum hawa yang tidak jatuh cinta padanya.
“Bagaimana kabar gadis kecil yang manja dan ceroboh ini?” Fauzan meletakkan surat di bawah bantal, ia mendengarkan ponselnya yang tergeletak di atas meja berdering. Ponsel khusus keluarga kerajaan saja dan tidak ada orang lain yang tahu tentang nomor itu. Sebuah pesan dari Kenzo.
“Kenzo, kenapa dia mengirim pesan untuk diriku?” Fauzan tersenyum dan membuka layar ponselnya.
“Assalammualaikum, apa saudaraku ingin tahu tentang kabar gadis kecil?” Fauzan membaca pesan dari Kenzo.
“Ada apa?” balas Fauzan.
“Aku akan mengirimkan video,” jawab Kenzo.
“Video?” Fauzan membuka pesan terusan dari Kenzo.
“Viona?” Pria itu membawa ponselnya ke tempat tidur dan menonton video berisikan persentasi Viona di dalam ruang meeting.
“Cantik,” gumam Fauzan tanpa sadar setelah ia menonton video pertama.
“Kamu terlihat lebih dewasa dan matang.” Fauzan tersenyum, seakan rindu di dalam hatinya terobati dengan melihat gadis di dalam video.
“Ah, ternyata ada dua video.” Pria itu kembali menekan tombol play dan terkejut ketika ia tahu gadis kecil itu berada diantara lima pria tampan dan tentu masih muda. Makan bersama di sebuah restaurant mewah.
“Apa hanya dia seorang diri wanita di sana?” Fauzan berusaha meneliti video dan mencari wanita lain di ruangan itu. Tentu saja tidak terlihat karena asisten David hanya fokus pada Viona dan lima pengusaha muda untuk dijadikan topic utama dalam berita bisnis.
“Kamu tidak boleh berada diantara pria itu tanpa ada wanita lain.” Fauzan terlihat kesal.
“Apa dia tidak tahu itu sangat berbahaya?” Pria itu meletakkan ponselnya di atas nakas.
“Gadis ini.” Fauzan mengacak rambutnya.
“Aku akan meminta Kenzo untuk mengawasi dirinya, ah tidak, aku akan meminjam ponsel Ayesha untuk memarahi gadis itu.” Fauzan mondar-mandir di kamarnya, ia terlihat gelisah memikirkan Viona.
“Stevent, apa pria itu tidak mengawasi adiknya dengan benar.” Ia mengacak rambutnya dengan kasar.
“Aku heran, kenapa Stevent memberikan kebebasan pada Viona sehingga berada diantara banyak pria.” Pangeran Fauzan kembali duduk di Sofa.
“Tunggu, apa Ayumi kembali menjadi Bodyguardnya? Ya mungkin gadis Jepang itu bersama Viona.” Fauzan berusaha menenangkan dirinya.
“Aku akan bertanya kepada Kenzo setelah makan malam.” Fauzan mematikan ponsel dan berjalan menuju kamar mandi untuk membrsihkan diri. Angin berhembus lembut menyentuh tubuh seksi yang bertelanjang dada. Otot-otot yang terawat begitu menggoda kaum hawa. Pria itu berdiri di balkon kamar hanya menggunakan baju handuk yang terbuka.
Fauzan kembali memutar video Viona yang sedang mempersentasikan proyek kerjasama dengan beberapa pengusaha muda. Pria itu segera melakukan penjelajahan dunia dan mencari tentang infomasi tentang perusahaan Alexander yang telah dipimpin oleh Viona dan beberapa perusahaan yang bekerjasama dengan dirinya.
“Hmm.” Fauzan tersenyum tetapi ada kegundahan di hatinya.
“Aku merindukan dirimu,” gumam Fauzan tanpa sadar.
“Apa yang aku pikirkan?” Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar.
“Aku harus keluar dari istana agar pikiranku tidak kacau dan menghilangkan rasa gelisah yang tidak aku pahami ini.” Punggung kekar itu bersenderkan di dinding.
"Kenapa bayangan gadis kecil itu menari-nari di mataku?" Pangeran tampan memejamkan matanya berharap senyuman cantik Viona menghilang.
“Ah David, besok pria itu akan mengikuti balapan di Singapura, apa aku punya waktu untuk menonton langsung?” Fauzan melihat jam hitam yang melingkat di pergelangan tangannya.
“Jika aku pergi sekarang berarti pukul sebelas malam aku sampai di Singapura.” Fauzan segera menghubungi ponsel Kenzo.
“Assalamualaikum, Kenzo, apa kamu akan pergi ke Singapura?” tanya Fauzan.
“Waalaikumusalam,Ya, aku akan pergi bersama Ayesha untuk melihat David balapan,” jawab Kenzo.
“Kita bisa pergi bersama dengan pesawat pribadi milikku.” Fauzan mengajak Kenzo.
“Ayesha telah menyiapkan pesawat miliknya,” ucap Kenzo.
“Baguslah.” Fauzan bersemangat.
“Apakah, Kak Fauzan punya waktu untuk menonton Balapan?” tanya Kenzo heran.
“Ya, aku sangat lelah menghadapi tumpukan berkas setiap waktu.” Fauzan tersenyum.
“Baiklah, mari kita berangkat.” Kenzo memutuskan panggilan. Fauzan segera mempersiapkan dirinya.
Sebuah mobil mewah telah menunggu di depan istana Fauzan, Asraf berdiri di depan pintu menunggu Tuannya keluar.
“Asraf, kamu bantu Khalid.” Fauzan menepuk pundak Asraf.
“Baik Tuan, berhati-hatilah.” Asraf menunduk, ia sangat ingin mengikuti kemanapun Fauzan pergi tetapi apa boleh buat ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan agar Tuannya bisa liburan walau hanya sebentar. Kenzo dan Ayesha telah berada di dalam mobil.
Mobil milik Ayesha telah melaju menuju Bandara Internasional Arab Saudi membawa mereka bertiga meninggalkan Istana Kerajaan. Pesawat pribadi telah menerbangkan Sang Pangeran dan Putri bersama suaminya selama 7 jam berada di udara dan mendarat di Bandara Internasional Changi Singapura.
Pesawat yang ditumpangi Viona dan David sedikit lebih cepat dari pesawat Ayesha mendarat di Bandara Internasional Changi. Sebuah Limusin dari hotel pesanan David telah menunggu di depan pintu keluar.
“Kak David, bukankah itu lambang kerajaan Arab?” Viona menunjukan jari indahnya pada sebuah pesawat yang baru saja mendarat.
“Kamu benar, mungkin sahabatku Kenzo mau melihat diriku yang kembali mengikuti balapan.” David tersenyum.
“Ah benar.” Viona tersenyum tipis, ia berharap Fauzanlah yang ada di dalam pesawat itu.
“Ayolah, malam sudah sangat larut.” David menarik tangan Viona masuk ke dalam mobil.
“Apa Kak David tidak mau bertemu dengan Kak Kenzo?” Viona menatap David.
“Itu belum tentu Kenzo, ia tidak memberitahuku akan datang.” David duduk di samping Viona dan mobil melaju menuju Hotel yang paling dekat dengan sirkuit balapan yaitu Ritz Carlton Millenia. Ritz Carlton Millenia adalah hotel yang paling wah untuk menyaksikan F1 Singapura dari dalam kamar. Berada di dekat turn 19 dan 20, hotel ini juga menggelar pesta meriah di setiap hari balapan berlangsung.
The Ritz-Carlton, Millenia Singapore terletak di pusat kota Marina Bay, Singapura. Akomodasi yang didekorasi mewah dengan koleksi seni kontemporer ini memiliki akses Wi-Fi berkecepatan tinggi gratis dengan bandwidth 1 Gbps, kolam renang, spa, dan gym 24 jam.
“Kenapa pilih hotel ini?” tanya Viona melihat Hotel mewah dan megah di depan mata.
“Karena para pembalab menginap di sini dan akan ada pesta bersama pembalap dunia.” David membuka pintu mobil.
“Aku tidak suka pesta,” sahut Viona.
“Kita tidak perlu ikut, Sayang.” David tersenyum dan berjalan bersama menuju kamar yang telah pria itu pesankan jauh hari sebelum keberangkatan.
Semua kamar dan suite menampilkan pemandangan cakrawala kota. Setiap kamar memiliki AC, TV kabel yang terpasang di dinding, bilik lemari, dan kamar mandi marmer dengan rainshower.
Sebuah mobil mewah yang membawakan Fauzan dan saudaranya berhenti tepat di depan pintu masuk Hotel Ritz Carlton Millenia.
“Kenapa memilih hotel ini?” tanya Fauzan pada Ayesha.
“Agar suamiku bisa bertemu dengan sahabatnya David.” Ayesha tersenyum dari balik cadarnya.
“Aku tidak suka hotel ini.” Fauzan memperhatikan hotel.
“Kenapa?” tanya Ayesha.
“Mereka sering mengadakan pesta dan keramaian yang tidak penting.” Fauzan menatap Ayesha dan Kenzo bergantian.
“Kita pindah hotel lain saja.” Kenzo tersenyum.
“Tidak usah, mubazir uang saja.” Fauzan keluar dari mobil.
“Kenapa Kakak terlihat gelisah?” Ayesha menatap Kenzo.
“Mungkin sedang banyak pikiran.” Kenzo mencium dahi Ayesha dan keluar dari mobil bersama, pria itu terus menggandeng istrinya.
“Kak, aku sudah memilih kamar yang jauh dari kamar para pembalap itu.” Ayesha memegang tangan Fauzan.
“Baguslah, ayo kita beristirahat.” Mereka bertiga menuju kamar masing-masing.
Gelisah adalah perasaan yang mengganjal, dan merasa hati seperti tidak tentram dan kepikiran sesuatu yang penting sekali dan membuat diri tidak nyaman dan merasakan kecemasan. Usaha mencegah dan mengatasi rasa kegelisahan adalah dengan memulai semua dari dalam diri kita sendiri, kita harus menenangi diri kita sendiri terlebih dahulu dan yang pasti berserah kepada Tuhan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro