Balapan F1 Singapura
David meninggalkan kamarnya untuk bergabung dengan tim balap dirinya, ia harus membahas dan memastikan persiapan balapan. Viona belum mengantuk karena ia telah tidur satu jam lebih di dalam pesawat, gadis itu berjalan keluar kamar menikmati pemandangan langit Singapura yang sangat indah. Dengan gamis peach yang ia gunakan melambai-lambai tertiup angin keluar dari hotel.
Seorang pria dengan tatapan tajam memperhatikan Viona dari balkon kamarnya, begitu kecil dan tidak jelas tetapi gadis itu seakan mengingatkan dirinya pada seseorang yang sangat familiar dan cukup mengacaukan pikirannya karena ada setitik rindu yang mengganggu tetapi tidak disadari sang pemilik hati.
“Kenapa aku terus melihat bayangan gadis itu?” Fauzan kembali ke kamar dan menutup gorden, ia merasa gelisah seakan melihat Viona di mana saja matanya memandang. Viona menoleh keatas merasakan dirinya diawasi oleh mata indah yang dirindukan, tatapan dingin tetapi memberikan kehangatan.
“Apakah aku terlalu berharap pesawat kerajaan itu membawa Fauzan?” Viona duduk di kursi taman dan melihat ponselnya, ingin rasanya menghubungi Kenzo tetapi tidak berani karena pria itu telah memiliki istri dan ia tidak memiliki nomor Ayesha.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” David duduk di samping Viona.
“Kak David kenapa belum tidur?” tanya Viona.
“Aku melihat kamu keluar.” David tersenyum.
“Bagaimana Kakak bisa melihat ku?” tanya Viona.
“Kami melakukan pertemuan di ruangan yang kamu lewati.” David tersenyum.
“Kak David harus istirahat untuk mempersiapkan diri pada perlombaan besok.” Viona memandang wajah David yang tertutup masker.
“Tenanglah balapan dimulai pukul delapan malam.” David tersenyum.
“Kakak tetap harus beristirahat.” Viona menatap serius pada mata David.
“Aku akan istirahat jika kamu kembali ke kamar dan tidur.” David tersenyum.
“Baiklah ayo kita tidur.” Viona beranjak dari kursi.
“Apakah kita akan tidur bersama?” Pria itu mengedipkan matanya.
“Apaan sih.” Viona berjalan meninggalkan David yang berlari mengejar dirinya kembali ke kamar.
“Viona, maafkan aku tidak bisa menemanimu besok.” David menarik tangan Viona.
“Tidak apa, aku bisa menjaga diri.” Viona tersenyum.
“Terima kasih.” Pria itu memandang gadis di depannya dengan lembut.
“Dadah.” Viona melepaskan pegangan David dan melambaikan tangannya.
Sirkuit Marina Bay terletak di jalan raya Kota Singapura. Sirkuit ini memiliki panjang 5,067 km dan jumlah tikungannya sebanyak 24. Sirkuit ini digunakan untuk balap F1 mulai tahun 2008 dan dipakai sebagai balapan malam pertama. Seri F1 GP Singapura yang berlangsung bukan hanya sekadar balapan biasa. Pemerintah Singapura menjadikannya sebagai pesta rakyat dan juga dimanfaatkan untuk menyedot wisatawan asing.
Otoritas Singapura sudah memasang barikade jalanan, pagar setinggi 2 meter lebih dan lampu-lampu berdaya tinggi di jalanan agar jalanan bisa dilalui dengan aman oleh jet-jet darat F1. Dari tribun sirkuit di sekitar City Hall, terdengar sayup-sayup suara musisi tengah melakukan check sound.
Pagi hari David benar-benar tidak punya waktu dengan Viona, ia harus bergabung bersama tim balapan dan melakukan latihan tetapi pria itu telah memperkenalkan Viona dengan rekan-rekannya dan mempersiapkan tempat terbaik untuk gadis itu.
Viona sangat memahami kesibukan David, ia keluar dari hotel dan akan pergi ke mall terdekatl, sebagai wanita terpelajar dan biasa melakukan perjalanan keluar negeri bukanlah hal yag sulit bagi Viona beradaptasi dengan lingkungan itu.
Fauzan duduk di sebuah ruangan VIP yang ada di bagian pintu masuk, ia membaca berita dari ponsel miliknya ditemani secangkir kopi pahit. Viona berdiri tepat di depan ruangan Fauzan yang berdinding kaca tebal, gadis itu menunggu taksi yang akan membawa dirinya jalan-jalan menikmati liburan tanpa rencana di Singapura.
Pria tampan sempurna itu memperhatikan punggung Viona dari ruangan, ia berharap wanita itu akan membalikkan badan agar bisa melihat wajahnya karena postur tubuh itu mengingatkan dia pada gadis kecil di Indonesia. Sebuah taksi berhenti tepat di depan Viona, sebelum naik gadis itu menoleh sedikit ke samping sehingga Fauzan dapan melihat wajahnya sekilas.
“Viona.” Fauzan beranjak dari kursi dan berusaha membuka pintu kaca. Viona telah masuk ke dalam taksi meninggalkan hotel.
“Apakah aku salah lihat? Tidak, itu jelas Viona, apa yang dia lakukan di sini? Apa ia datang untuk menonton David balapan?” Fauzan terlihat kebingungan di depan hotel, ia terus melihat taksi hingga hilang dari pandangan.
“Aku akan meminta Kenzo menghubungi Viona.” Fauzan kembali ke ruangannya dan segera menekan icon hijau pada layar ponsel.
“Assalamualakum, saudaraku.” Kenzo menerima panggilan.
“Waalaikumussalam, kamu dimana?” tanya Fauzan.
“Aku menemani Ayesha berbelanja,” jawab Kenzo.
“Apakah kamu memiliki nomor ponsel Viona?” tanya Fauzan lagi.
“Ya.” Kenzo tersenyum.
“Bisakah kamu mengirimnya kepadaku?” Suara Fauzan sedikit tertekan dan pelan.
“Tentu saja, aku akan segera mengirimnya.” Panggilan terputus. Sebuah pesan berisi kontak media muncul di layar ponsel Fauzan dan ia segera menyimpan nomor Viona. Pria itu hanya memandang nomor yang tertera di kontak ponselnya, ia tidak memiliki keberanian untuk menghubungi nomor itu. Ada keraguan di dalam hati sang Pangeran.
“Apa yang harus aku tanyakan? Bagaimana aku memulai percakapan?” Fauzan meletakkan ponsel di atas meja.
“Jika itu Viona, dia akan kembali ke hotel dan aku bisa melihatnya dari ruangan ini.” Pria itu meneguk kopi pahit miliknya hingga habis.
“Aku harus memeriksa pekerjaan.” Tangan kekar itu membuka tas, mengeluarkan computer lipat dan meletakkan di atas meja memulai pekerjaan yang tidak akan ada habisnya.
Viona menikmati jalan-jalan di pusat belanja, ia membeli pakaian yang akan digunakan selama di Singapura dan beberapa barang yang dibutuhkan oleh seorang wanita muda. Gadis itu kembali ke hotel ketika hari sudah sangat petang dan hampir Magrib dan Fauzan sudah kembali ke kamarnya.
David menunggu Viona di depan pintu kamar, ia tahu gadis itu telah menikmati jalan-jalan seorang diri.
“Kak, apa yang kakak lakukan?” tanya Viona.
“Aku hanya ingin melihat dirimu sebelum bertanding.” David tersenyum tampan.
“Semoga kakak menang.” Viona memberi semangat.
“Nanti rekanku akan menjemput dirimu dan ingat ketika aku naik podium kamu juga harus ikut.” David mendekatkan dirinya dengan Viona.
“Ya.” Viona mengangguk.
“Doakan aku menang.” David mengusap kepala Viona yang tertutup hijab.
“Mm.” Viona mundur.
“Kakak pergi dulu.” David pergi untuk bertemu dengan sahabatnya Kenzo dan Ayesha.
Tepat pukul delapan balapan telah di mulai, Viona duduk di kursi bersama dengan rekan satu tim David, ia sangat beruntung bisa melihat balapan dari tempat yang paling strategis dan nyaman. David Hamilton adalah driver Tim Mercedes AMG Petronas. Pria itu benar-benar menjadi bintang di atas jalanan berwarna hitam itu. Ia berhasil menaklukkan Sirkuit Marina Bay dan mengalahkan lawannya sehingga keluar menjadi pemenang.
Viona sangat senang melihat David memenangkan pertandingan balapan dengan jarak poin yang cukup jauh. Gadis itu berteriak kegirangan hingga air matanya menetes, ini pertama kalinya ia melihat balapan dan baru menyadari bahwa David Hamilton adalah pria yang sangat popular dan hebat.
Dari seberang podium seorang pria tampan menatap tajam pada Viona, Fauzan terdiam rahangnya mengeras, sosok yang ia rindukan terlihat bahagia tanpa beban dan mungkin telah melupakan dirinya.
David naik ke atas podium dan memanggil Viona menggunakan microphone, ia tersenyum puas dengan hadiah yang ia dapatkan, foto bersama dihadapan jutaan manusia yang pasti akan membuat berita bahwa Viona Alexander pengusaha muda adalah kekasih seorang pembalab bernama David Hamilton.
Viona tersenyum bahagia dan tanpa berpikir terlalu jauh ia naik ke atas podium memberikan ucapan selamat kepada David dalam bahasa Inggris serta berfoto bersama para pembalab.
“Sangat ceroboh.” Fauzan mengepalkan tangannya, ia beranjak dari kursi meninggalkan sikuit balapan kembali ke hotel. Ayesha dan Kenzo hanya saling pandang melihat Fauzan.
“Ada apa dengan Kakak?” Ayesha berbisik di telinga Kenzo.
“Aku tidak tahu Sayang.” Kenzo tersenyum dan mengusap kepala istrinya.
Wartawan berdatangan untuk menanyakan tentang kemenangan dan seorang gadis cantik yang ada di samping David. Semua hanya bisa menebak bahwa Viona adalah kekasih pembalab terkenal itu.
Di dalam suatu hubungan, komunikasi adalah hal yang penting. Apabila komunikasi tidak dibangun dengan baik antar kedua pihak, maka hubungan akan rentan terhadap berbagai masalah, misalnya salah paham. Jika sudah begini, keharmonisan hubungan pun dapat terganggu. Berbicaralah apa yang perlu dibicarakan, ungkapkan dengan cara yang tepat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro