Apa itu Jatuh Cinta?
Sebuah taksi mengantarkan Viona menuju apartement pribadinya, sejak selesai kuliah dan memimpin perusahaan, gadis itu hidup mandiri. Ia keluar dari rumah Stevent dan Mamanya. Ketika rindu ia akan berkunjung. Viona berjalan masuk ke dalam apartement mewah miliknya. Desain interior apartemen terlihat minimalis, dengan furniture yang didominasi oleh warna coklat, hitam dan abu-abu.
Ruangan yang sangat rapi dan tidak banyak perabotan, terlihat sederhana karena tidak ada hiasan apapun di sana. Ia hanya mengisi dengan barang yang dibutuhkan saja. Hanya ada empat buah sofa tamu berukuran sedang dilengkapi dengan meja kayu. Sebuah ruangan dengan meja dan kursi kerja, dapur dengan peralatan seadanya dan lemari penyimpanan makanan ukuran cukup besar.
Viona meletakkan tas di atas meja kerja dan berjalan menuju kamar, ia membuka semua kain yang melekat pada tubuhnya dan membersihkan diri, merasakan segarnya air dingin yang mengalir dari shower membasahi tubuh indah yang semakin montok, rambut panjang tergerai melewati pundaknya.
Gadis itu keluar dari kamar mandi menggunakan handuk putih melingkar pada tubuhnya sebatas paha. Aroma manis menyeruak ketika pintu kamar mandi di buka. Viona merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia sangat lelah, dadanya terasa sesak, mengingat jarak yang yang sangat dekat diantara dirinya dan Fauzan tetapi mereka tidak bertemu.
“Kenapa kita tidak bisa bertemu? Kenapa kamu tidak mendatangiku?” Viona sangat kesal.
Ia beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kaki menuju ruang ganti, tersenyum melihat patung lilin dengan wajah Fauzan yang mengunakan jas hitam. Patung itu dipesan khusus oleh Viona dengan biaya yang cukup mahal.
“Aku sangat merindukan dirimu, kenapa kamu menghindari diriku? Kenapa kamu mengirim pesan kepadaku?” Viona mencium aroma khas yang tertinggal di jas yang sengaja tidak ia cuci seakan Fauzan benar-benar berada di ruangan itu.
“Apa yang harus aku lakukan dengan rasa ini?” Viona sangat sedih. Ia merasakan takdir mempermainkan dirinya.
“Aku harus mengganti pakaian.” Viona segera mengganti pakaian dengan baju santai.
“Hatiku sangat lelah.” Langkah kaki Viona terlihat gontai keluar dari ruang ganti.
Gadis itu berjalan menuju meja kerjanya, ia mulai sibuk dengan berkas dan laporan hingga melupakan jam makan siang, berusaha melupakan rindu yang semakin menyiksa dirinya pada pria dingin yang tidak peka sama sekali. Viona hanya berdoa bisa berjodoh dengan orang yang sangat ia cintai dan kagumi itu.
“Aku sangat lelah.” Viona mematikan computer dan merapikan berkas yang ada di meja, berjalan menuju tempat tidur dengan ukuran paling besar, ia menatap layar ponselnya yang dipenuhi dengan foto Fauzan.
“Apa kamu sudah menerima atau membaca suratku? Apa suratku tidak sampai?” Viona menarik napas panjang dan membuangnya dengan berat.
“Aku sangat merindukan kamu, bagaimana dengan dirimu? Apa kamu tidak merindukan aku?” Ia bertahan dengan rasa cinta yang belum ada kepastian.
“Apakah aku adalah punuk yang merindukan bulan? Apakah aku tidak pantas berada di sisi kamu?” Viona menggeserkan layar ponselnya dan melihat foto Ayumi.
“Ayumi, kamu juga meninggalkan diriku, ponselmu tidak aktiv lagi, bagaimana kabar kamu sekarang?” Viona berbicara dengan foto Ayumi.
“Kalian berdua meninggalkan ku sendirian.” Viona memancungkan mulutnya karena kesal.
“Hah, apa aku harus menghubungi Fauzan?” Viona melihat nomor ponsel Fauzan.
“Tidak, Ayumi pernah berkata untuk tidak mengejar laki-laki.” Viona meletakkan ponselnya di atas tempat tidur.
Ponsel Viona berdering sebuah pesan masuk tetapi ia tidak berniat untuk membaca pesan. Matanya sangat lelah dan ingin beristirahat sebentar saja.
“Lebih baik aku tidur.” Viona mematikan ponselnya.
***
Fauzan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, kegalauan melanda hatinya, ia telah mengirim pesan kepada Viona tetapi tidak ada balasan. Pria itu terus menatap layar ponsel dan menunggu sebuah pesan tetapi tidak kunjung muncul.
“Menyebalkan.” Fauzan meletakkan ponsel di atas tempat tidur.
“Kenapa dia tidak membalas pesanku? Apa aku harus menghubungi dirinya? Tidak, lebih baik aku beristirahat, ada banyak pekerjaan yang menunggu diriku.” Fauzan mematikan ponselnya dan memejamkan mata.
Khalid berjalan masuk ke dalam kamar Fauzan, ia melihat saudaranya tidur dengan bertelanjang dada.
“Apa Kakak sangat lelah setelah meninggalkan diriku dengan banyak pekerjaan?” Khalid duduk di sofa.
“Biarkan aku beristirahat sepuluh menit.” Fauzan menutupi wajahnya dengan bantal.
“Bagaimana kakak bisa keluar istana bersama Ayesha dan Kenzo?” Khalid menatap tajam pada tubuh kekar yang membelakangi dirinya.
“Aku tidak berencana hanya pergi begitu saja.” Fauzan duduk dengan tidak bersemangat.
“Ayesha sudah punya suami kenapa Kakak masih ikut dengannya?” tanya Khalid.
“Aku hanya mau melihat teman Kenzo balapan ternyata aku melihat lebih dari itu.” Fauzan mengingat Viona yang berfoto dengan David.
“Maksud Kakak?” Khalid bingung.
“Lupakan, bagaimana pekerjaan kalian?” Fauzan mengaktivkan ponselnya.
“Untung saja Kakak memiliki asisten yang cerdas seperti Asraf sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan dengan mudah.” Khalid memperhatikan Fauzan yang kembali merebahkan tubuhnya.
“Apa Kakak benar-benar lelah?” tanya Khalid.
“Aku tidak tahu, aku merasa sangat tidak bersemangat.” Fauzan melihat ponselnya dan masih belum ada pesan masuk.
“Tidurlah, aku akan kembali bekerja.” Khalid beranjak dari sofa.
“Bagaimana jika kita berenang?” Fauzan meletakkan ponsel di atas tempat tidur.
“Baiklah, ayo pergi berenang.” Khalid tersenyum dan mengikuti Fauzan berjalan menuju taman belakang istana. Sebuah kolam renang mewah melebihi hotel berbintang. Fauzan menggunakan celana renang yang tetap menutupi auratnya walaupun istana itu tidak memiliki pelayan perempuan.
Khalid memperhatikan Fauzan yang terus berenang tanpa beristirahat, pria itu seakan sedang menumpahkan kekesalan pada air jernih yang ada di dalam kolam. Tubuh kekar dan berotot tidak kelelahan bermain dengan air. Jika ada wanita yang melihat dua pangeran yang sedang berlomba di dalam air akan membuat mereka berteriak histeris tetapi itu tidak akan pernah terjadi karena Istana Fauzan dilarang masuk bagi makhluk berjenis kelamin perempuan kecuali Nenek, Ibu dan Adiknya.
“Apa Kakak sedang gelisah?” Khalid duduk di samping Fauzan yang baru saja beranjak dari kolam.
“Tidak.” Fauzan meneguk minuman yang telah disediakan para pelayan untuk dua orang pangeran.
“Kakak akan berenang jika terlalu banyak pikiran.” Khalid meneguk jus buah segar.
“Benarkan? Aku bahkan tidak memperhatikan itu.” Fauzan berbaring di kursi santai.
“Hm, pria yang sangat angkuh.” Khalid tersenyum.
“Apa maksud kamu?” Fauzan menatap tajam pada Khalid.
“Tidak ada, Kakak selalu bisa bersikap tenang dalam situasi apapun, tidak akan ada orang yang mampu merobohkan pendirian kakak.” Khalid tersenyum.
“Hmm.” Fauzan memejamkan matanya.
“Aku sangat penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat Kakak jatuh cinta?” Khalid memandang Fauzan dengan seksama.
“Apa aku perlu jatuh cinta?” Fauzan membuka matanya.
“Jatuh cinta itu indah, dunia akan berbeda.” Khalid tersenyum.
“Apa kamu pernah jatuh cinta?” Fauzan duduk dan menatap Khalid.
“Aku sudah jatuh cinta pada seorang wanita yang penuh rahasia.” Khalid mengingat seorang gadis Mafia yang ia temukan di internet.
“Bagaimana kamu bisa jatuh cinta dengan wanita yang penuh rahasia?” tanya Fauzan penasaran.
“Karena cinta itu sendiri adalah sebuah rahasia yang tersimpan di dalam hati.” Khalid tersenyum.
“Sejak kapan kamu jadi sepuitis ini?” Fauzan tersenyum sinis.
“Apa Kakak sedang jatuh cinta?” tanya Khalid.
“Apa itu jatuh cinta?” Fauzan beranjak dari kursi dan kembali ke kamarnya.
“Ketertarikan Kakak pada seseorang sehingga memikirkan orang tersebut dalam setiap waktu.” Khalid memperhatikan Fauzan yang menjauh.
“Pria aneh, mempunyai otak cerdas tetapi tidak berperasaan.” Khalid tersenyum.
Ketertarikan merupakan perasaan tergila-gila atau menggebu-gebu, yang biasanya muncul pada tahap awal sebuah hubungan. Ketertarikan seseorang mengacu pada perasaan positif terhadap orang lain. Ketertarikan yang disebut juga dengan ketertarikan interpersonal tersebut bisa terjadi dalam banyak bentuk termasuk perasaan cinta, persahabatan, dan kekaguman. Segala rasa ketertarikan itu belum tentu tentang cinta.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro