Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28. Malam tenang

*Warn : sedikit 18+


(Name) kecewa, ia kira Mikey bakal mengajaknya bak bik buk bersama eh ternyata yang lelaki itu maksud adalah melakukan semua hal yang ditandai dibuku kesayangan (Name). (Re : Hal-hal manis yang biasa dilakukan pasangan)

Beginilah efek membaca doujin sebelum tidur, makanya pikirannya tak bisa bersih.

Gadis itu menyesal telah membeli buku kutukan itu dimasa lalu.

Tapi rasa kesalnya tergantikan oleh kegiatan manis yang ia lakukan bersama Mikey, seperti hal nya suap-suapan bersama, menonton film bersama sambil cuddle seharian, dan hal manis lainnya yang mengharuskan Sanzu pindah rumah.

Bukan hanya itu, bahkan setan nafsu ikutan kesal seperti (Name). Mereka capek sebab Mikey tidak menuruti ajakannya. Bisa-bisanya mereka nanti kena pecat. Dasar setan.

Entah apa yang merasuki Mikey yang seharian ini hingga ia menjadi lebih soft dengan istrinya, Sanzu pun dibuat heran. Padahal sebelum ini, Mikey jarang menempel layaknya lem dengan (Name). Menurut Sanzu, Mikey yang sebelumnya sangat pendiam dan tertutup.

Rasanya sekarang, sosok (Name) hari ini berbeda dengan yang biasanya.
Ya, soalnya jiwa (Name) yang sebenarnya baru saja kembali dari masa lalu.

"Kita belum melakukan 4 nya, halaman 25, 28 sudah.." Gumam Mikey sembari membalik halaman demi halaman dengan hati-hati.

Berbeda dengan (Name) yang tiba-tiba merasa mengantuk, sebab tiduran di lengan Mikey merupakan posisi ternyaman tidak ada duanya. Ngomong-ngomong mereka sekarang sama-sama tiduran diatas kasur.

"Mikey, kenapa kau membubarkan Toman?" Tanya (Name), rasa cemas akan masa depan belum juga hilang.

Ditutupnya buku nyentrik itu dan netra Mikey menatap lurus ke depan, masih enggan menjawab.

"Kau juga membentuk organisasi kriminal, aku sama sekali tidak mengerti."

"Kulakukan agar semuanya selamat, kau dan yang lainnya." Jawab Mikey.

(Name) sama sekali belum bisa mencerna jawabannya, jika ia terus-terusan membahas hal itu sudah dapat dipastikan kalau nantinya Mikey tidak akan menjawab.

"Ngomong-ngomong sejak tadi kau menghela nafas, ada apa hm?"

"Hah? Tidak."

Tiba-tiba Mikey membalikkan badannya dan menindih (Name).

"Apa ini yang kau inginkan, ne inu-chan?"

"Berhenti meledekku!" (Name) mendorong bahu Mikey menjauh, tapi kedua tangannya malah ditahan disamping kepala oleh Mikey.

Wajah (Name) memerah padam dikala Mikey semakin mendekatkan wajahnya. Gadis itu sampai menutup mata dan menahan nafasnya sebab itu.

"Hei kalian!! Ah!" (Name) dan Mikey sontak membuka mata kaget sebab kehadiran Sanzu.

"Oh astaga! Hampir saja aku lupa kalau Mikey sudah menikah. Tunggu apalagi, ayo lanjutkan!" Ucap Sanzu enteng, lelaki itu dengan santainya bersandar di dinding samping pintu kamar Mikey.

"Ada apa Sanzu?"

Mikey bangkit dan tidak lagi menahan (Name) dikasurnya.

"Heh.. kenapa berhenti? Ayo lanjutkan!" Mikey menatap malas ke arah Sanzu, alhasil lelaki bersurai merah muda itu hanya bisa menampakkan cengiran khasnya.

Jangan lupakan (Name) yang taringnya sudah keluar untuk membantai Sanzu nantinya.

"Aku hanya ingin bilang, sepertinya hari ini tidak akan hujan."

"Jangan bilang kau hanya ingin memberitahu hal tak berguna seperti itu sialan!" Marah (Name).

"Ya, memang."

"Kurang ajar!" Dikala (Name) bangkit ingin menghajar Sanzu, Mikey lebih dulu bangkit dan menggendongnya.

"Mikey lepas! Biarkan aku menghajar badut sialan itu dulu!"

"Tidak, waktunya mandi."

"Kau gila?! Ini sudah malam! C-chotto! Lepaskan aku!"

Mikey menutup pintu kamar mandinya dan mendudukkan (Name) diwastafel berkaca.

"Mikey, aku tidak ma─hmph!"

Mikey mencium bibir (Name). Kedua nertranya yang sebelumnya terbuka menjadi tertutup. Ia perlahan mulai melumat bibir ranum istrinya dan mengulumnya bergantian.

(Name) membelalak kaget, ia berniat mendorong bahu Mikey tapi dengan cekatan lelaki itu menahan kedua tangannya diwastafel.

"Eung!" (Name) kewalahan dikala Mikey semakin rakus melumat habis bibirnya, bahkan dirinya sendiri tidak sanggup mengimbanginya.

Tangan kanan Mikey yang semula menahan tangan (Name) menjadi merambat naik memegang tengkuknya, ia memperdalam ciumannya.

Mikey menggigit bibir bawah istrinya dan dengan mudah menelusupkan lidahnya ke dalam mulut hangat sang gadis.

"Eh nani nani nani?!" Batin (Name) panik, wajahnya memanas.

Benda tak bertulang itu menggoda langit-langit mulut (Name) dan kemudian mengajak lidah kakunya untuk berdansa.

"Hngh..!"

(Name) tersentak, rasanya ingin melawan tapi tangan Mikey yang satunya memegang pinggangnya dan semakin merapatkan tubuh.

Mikey menyadari istrinya saat ini bergerak tak nyaman, bahkan bajunya sampai dipegang erat hingga kusut, sebelum (Name) pingsan akibat kehabisan nafas, Mikey melepas ciumannya dan menimbulkan benang saliva yang menggoda.

(Name) menghirup udara rakus sambil menetralkan detak jantungnya.
Beruntung dia tidak sampai kejang-kejang.

"M-mikey?" Belum sampai sang gadis menatapnya, Mikey lebih duluan memeluknya.

Lelaki itu menyembunyikan wajahnya diceruk leher (Name).

"Mikey hentikan! Geli siala─agh!"

(Name) berteriak kaget sebab suaminya yang tiba-tiba menggigit dan menghisap kuat kulit lehernya.

"S-sakit.. hentikan!" Mikey menyudahi kegiatannya dan menatap rona merah keunguan hasil karyanya dileher sang istri.

"Maaf." Ia menunduk lesu.

"Jangan pernah menghilang dariku, kumohon.."

"Huh?"

Mikey kembali memeluknya.

"Aku kehilangan semuanya, kakakku, Baji, Emma, dan Toman.. aku melepaskan mereka."

(Name) membelalak kaget, sebab ia baru tahu akan hal ini. Emma? Maksudnya dia telah tiada?
Gadis itu berniat bertanya lebih jauh namun ia urungkan karena situasinya tidak mendukung. Maka dari itu ia memilih untuk menenangkan Mikey dahulu.

"Aku itu lemah." Mikey mendongak menatap pantulan raganya dicermin, "Jadi, untuk apa kau rela mengorbankan nyawamu untuk mengubah masa depan?"

"Tapi ya.. kau dan Takemitchy lah yang berhasil membuat era baru. Aku.. ah hanya ini yang bisa dilakukan orang bodoh sepertiku."

Bahu Mikey bergetar, kedua pupilnya masih enggan mengalihkan pandangannya dari cermin. Menatap sosok yang dianggapnya pengecut.

"Bagaimana pemandangan dari atas, Mikey?"

"Bukankah itu bagus?"

"Selamatkan semuanya!"

Bayang-bayang masa lalunya kembali menyerang, kedua pupil matanya bergetar. Ia semakin membenci menatap sosok pantulan raganya dari cermin.

Dadanya terasa sesak dan kepalanya terasa sakit. Mikey mengepalkan tangannya kuat-kuat sampai kukunya sedikit menembus kulit. Akibat seluruh perasaan yang terlalu sering dipendamnya,

Perlahan, Dark Impulsivity nya mengambil alih kesadaran Mikey.

Dikala ia berniat memukul cermin dengan kepalan tangannya, (Name) menyadarkan lelaki itu dengan membalas pelukannya.

"Kau salah."

(Name) menangis kala itu juga, memeluk jiwa rapuh yang siap runtuh kapan saja.

"Kau tidak lemah. Bukankah kau sudah berusaha sejauh ini, hei.. kau bahkan bisa bertahan. Dan kau masih menyalahkan dirimu sendiri? Kau tahu betapa sempurnanya dirimu huh? Bahkan banyak orang yang mengikuti langkahmu, menjadikanmu panutan bahkan alasan hidup. Itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa kau kuat."

(Name) mengusap lembut punggung lelaki yang menyandang status suaminya.

"Sekarang kutanya, kurang hebat apa dirimu sayang?" Usapan beralih ke surai putih Mikey.

"Sekalipun semesta memberimu sejuta alasan untuk menangis, setidaknya temukan satu alasan saja agar kau tetap bisa tersenyum, Manjirou."

Pandangan Mikey menjadi sedikit mengabur akibat air mata.
Perlahan kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman penutup duka.

"Kau lah alasan itu." Balas Mikey.

Sebaiknya, berhentilah bersikap seolah semuanya baik-baik saja!
Hati manusia itu rapuh, setidaknya biarkan diri sendiri menangis.
Hal itu bukan berarti lemah.
Itu hanyalah suatu tindakan yang tidak bisa diluapkan dengan kata-kata.

"M-mikey pergilah ke kamar!" Suruh (Name) yang otomatis merusak acara peluk-pelukan.

"Hm? Kau ingin melanjutkan yang tadi ya?" Goda Mikey.

Ya, dia kembali ke Mikey mode normal. Labil sekali lelaki itu. Ya namanya juga laki-laki, selalu peka soal hal-hal vulgar.

"Kau ingin ku pukul?!"

"Lalu apa?"

"Aku kebelet, hehe."

***

"Mikey, kau tidak punya syal?"

(Name) mengacak-acak isi lemari Mikey hingga isinya keluar semua, tidak apa berantakan, tinggal nyuruh Sanzu nantinya. Begitu katanya.

"Dimana ya?" Tujuan (Name) mencari syal adalah untuk menutupi bekas ikan dilehernya.

Tiba-tiba Mikey menyampirkan sebuah syal biru tua dileher sang istri dan menariknya sengaja.

"Ekhh! Aku tercekik bodoh!"

"Lucu."

"Ck!"

"Itu syal buatan Mitsuya."

(Name) menatap tak percaya dengan syal yang terlilit dilehernya.

"Yang benar?!" Ia tidak menyangka, ternyata preman juga memiliki sisi lain yang mengejutkan seperti ini.

Definisi preman hati hello kitty.

"Mereka semua baik-baik saja kan?"

"Ya, itu pasti." Mikey menyakinkan istrinya, "Mereka bahagia dengan jalan yang mereka pilih sendiri."

Mikey mengajak (Name) untuk keluar jalan-jalan. Kebetulan, hari ini malam yang cerah. Bukankah itu waktu yang bagus?

"Kau tidak mengajak Sanzu?" Tanya (Name), ia tidak menemukan keberadaan Sanzu di rumah, kemana bocah ajaib itu?

"Tidak, merepotkan."

"Aku setuju denganmu!" Balas (Name) yang masih mempunyai dendam kesumat pada Sanzu.

Mereka berdua berjalan bersama dengan bergandengan tangan menyusuri jalanan yang ramai manusia berjualan.

"Mikey ini dimana?"

Pasalnya tempat maupun wajah orang-orang yang (Name) temui kali ini sungguh berbeda.

"Tokyo? Yokohama? Eh tidak, ini bukan Jepang. Lalu dimana?" Bingung (Name).

"Indonesia."

Mata (Name) berbinar menatap Mikey, "Indonesia?!" Ekspresi gadis itu menampakkan rasa kagum dengan Negara berkepulauan tersebut.

"Kau memilih tempat yang tepat!"

(Name) menarik Mikey lebih jauh ke dalam sebuah festival yang sering disebut pasar malam.

Ya, Mikey memilih negara ini untuk persembunyiannya, untuk melindungi miliknya.

"Mikey! Ayo coba itu!"

Lelaki itu pasrah dikala (Name) aktif menariknya lari sana sini dan memilih banyak kuliner khas negara itu.

"Ah, kenyangnya.. aku tak pernah merasakan makanan sepedas itu." Bahkan (Name) sampai menghabiskan 2 mangkuk makanan yang disebut seblak, memangnya apa kenikmatan makanan itu?

Tiba-tiba sebuah tangan kekar dengan seenaknya menarik lengan mungil (Name) menjauh dari Mikey.
Bukan hanya itu, bahkan sebuah pisau juga dilayangkan ke arah leher (Name).

"Oi bule! Cepat serahkan dompetmu!" Ancam seorang preman pada Mikey.

Suasana menjadi lebih ramai dari sebelumnya, (Name) pusing tak mengerti bahasa mereka. Matanya membelalak kaget dikala semua orang memilih mengeluarkan ponsel dan merekam kejadian ini daripada menolongnya.

"Diam cantik! Tunggu sebentar ya!" Ancam si preman lagi, "Oi bule Cina! Cepat atau ku bunuh dia!"

Bukannya panik Mikey malah terlihat santai, lalu lelaki itu tersenyum miring sebelum berucap.

"Kau memilih wanita yang salah."

"Hah?"

(Name) menggigit lengan sang preman, lalu menarik tubuhnya ke bawah untuk melepaskan diri dan berbalik menendang benda pusaka si preman.

"Jangan remehkan seorang wanita brengsek!"

"AGHH!"

Tahukah kalian? Jika 'bola' milik kaum lelaki kena tendang. Rasanya seperti melahirkan 160 anak dan mematahkan 3200 tulang secara bersamaan. Bayangkan sendiri rasanya.

Rasa kesal (Name) tergantikan dengan rasa bangga sebab orang-orang disekitarnya tetiba menyorakinya dan bertepuk tangan, dikira tontonan kali.
Meskipun (Name) kurang mengerti apa yang mereka bicarakan, ia dapat pastikan kalau itu sorakan kekaguman.

Mikey dengan jahilnya menyenggol orang disampingnya, "Itu istriku!" Ucapnya bangga.

Netra lelaki itu tiba-tiba terfokus ke hal lain, seolah telah menyadari sesuatu, Mikey menarik lengan (Name) menjauh dari kerumunan.

"Chotto Mikey, ada apa? Padahal ada yang mengajakku berfoto tadi!"

"Kita pergi!"

Gadis itu kesusahan menyamai langkah Mikey yang semakin cepat. Ia tersentak kaget ketika Mikey mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya.

Mereka sampai di gang kecil, dimana tempat yang pas untuk bersembunyi.

"Mikey apa yang terjadi?" Tanya (Name) cemas, "Apa ada polisi? Ataukah musuh?"

"Ya, mereka menemukan keberadaan kita."

"Hah? Yang mana?"

"Pokoknya kita harus─"

Dor!!

***

(Sanzu Haruchiyo)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro