Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06 Pulang


Tubuh wanita berusia 22 tahun itu dihempaskan di atas sofa marun pada suatu ruangan gelap, hanya sedikit cahaya rembulan yang mengintip dari sela tirai, setidaknya membantu (Y/N) memastikan bahwa tidak ada benda berbahaya disana. Sebuah borgol menahan gerakan tangannya, sedangkan lakban hitam masih setia membekap mulutnya

"Baiklah, tidak perlu berlama-lama. Aku hanya perlu membuatmu menyembuhkan isteriku Zelda. Apakah itu sulit?"

(Y/N) membelalakan matanya, tidak habis pikir dengan permintaan musuhnya. Pasalnya Zelda memang menderita Skizofrenia beberapa tahun sejak kehilangan anaknya (begitulah data yang pernah (Y/N) baca dalam lapora), yang membuatnya habis pikir adalah bagaimana bisa Fitz memintanya menyembuhkan isterinya?

Sebuah tangan meraih dagu (Y/N) memaksa garis pandang bertemu dengan tatapan Fitz, tatapan kebingungan masih menghiasi wajah (Y/N) sedangkan sang pria mulai menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi pandangan (Y/N)

"Zelda selalu berpikir bahwa anak kami masih berada di Inggris, dan aku tahu bahwa Zelda tidak menderita karena skizofrenianya. Melaikan karena pikiran alam bawah sadarnya sendiri yang menentang kenyataan pahit bahwa anak kesayangan kami telah tiada"

Perlahan dikecuplah kening (Y/N) yang sedikit meronta dalam ketakutannya, beberapa tetes airmata jatuh karena ketidak ikhlasannya diperlakukan demikian oleh Fitz

"Kau harapan terakhirku. Buat Zelda melupakan anak kami! Atau tidak..."

Fitz mendekatkan mulutnyake telinga (Y/N), berusaha mengintimidasi secara halus

"Aku akan mengambil harta berhargamu dari Dazai"

Bisikan Fitz membuat surai (Y/HC) wanita di depannya bergerak beraturan akibat gelengan kepala, jawaban tersebut cukup diterima dan membuktikan bahwa (Y/N) akan melaksanakan perintah Fitz. Pintu ruangan terbuka menampakkan seorang wanita bernama Louisa yang menuntun Zelda dengan mata yang tertutup

Fitz berusaha menyingkir dan membiarkan Louisa mendudukkan Zelda di samping (Y/N), perlahan dibukalah borgol di tangan (Y/N) dan dilanjutkan dengan membuka lakban hitam yang membekap mulut (Y/N)

"Sayang, aku ingin kau mengobrol sebentar dengan Nyonya Dazai. Baru setelah itu aku akan memberikanmu hadiah"

Zelda hanya mengangguk senang tanpa memedulikan matanya yang masih tertutup kain, senyum Fitz mengisyaratkan agar (Y/N) mulai berbicara

"Nyonya Fitzgerald, bisakah kau mendengarku?" (Y/N) mulai angkat bicara

"Oh... (Y/N), tentu aku bisa mendengarmu, panggil aku Zelda! Seperti temanku memanggilku"

"Uhm... baiklah Zelda" (Y/N) menarik dan menghela nafas perlahan menyiapkan diri untuk mengeluarkan kemampuan Megami no meirei pada level tertinggi agar perintahnya tetap terlaksana hingga ajal menjemput targetnya

"Hiduplah dengan bahagia bersama suamimu, lupakan setiap masalah yang membuat hatimu sedih dan terluka. Dan satu lagi..."

Mulut (Y/N) kembali dibekap oleh tangan Fitzgerald, entah apa yang masih ingin dia katakan namun dengan keadaannya yang seperti ini mustahil suaranya dapat keluar lagi

"Nah... Louisa, bawa Zelda ke kamarnya. Aku akan memberikan hadiahku diasana"

Zelda yang masih terkena efek dari kemampuan milik (Y/N) hanya bisa terdiam ketika dibawa kembali ke kamarnya oleh Louisa, sedangkan (Y/N) dan Fitzgerald masih berada di ruangan itu. Fitz masih membekap mulut (Y/N) sambil menyeret wanita itu ke arah balkon mansion, angin malam menerpa kedua manusia dewasa tersebut, membuat tubuh (Y/N) yang hanya dilapisi kemeja lusuh dan celana panjang hitam merasakan sensasi dingin

GREB

Dicekiklah leher wanita berusia 22 tahun tersebut, dapat (Y/N) rasakan bahwa kakinya tidak lagi menapak pada permukaan apapun, ketika matanya terbuka dapat ia sadari bahwa dengan lepasnya cekikan Fitz pada lehernya, maka berakhirlah sudah hidupnya dengan terjatuh dari tempat setinggi kurang lebih 9 meter tersebut

"Nah, dengan begini berakhirlah sudah tugasmu. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, jadi... selamat tinggal"

Gravitasi bumi menarik (Y/N), tubuhnya terhempas tatkala Fitz melepas cekikannya. (Y/N) yakin bahwa ia akan mati sebelum dapat melihat wajah suaminya lagi.
.
.
.
Namun takdir berkata lain. Sepasang tangan sudah menangkap tubuh lemahnya dan menggendongnya ala bridal style, mata (Y/N) masih belum terbuka hingga suara seorang pria kekanakan masuk ke telinganya

"Tangkapan yang bagus Kunikida-kun..."

"Ah... ya, terimakasih Ranpo. Hei (Y/N)! Mau sampai kapan kau menutup matamu?"

(Y/N) membelalakan matanya, ia mendapati sosok pria berkacamata yang sudah beberapa hari tidak ditemuinya. Ada pula pria kekanakan bertopi newsboy dengan senyum ceria menyambutnya

"Ahahaha... sepertinya dewi Fortuna tidak memihak padaku malam ini"

Fitz tertawa dari balkon mansion, menyadarkan ketiga detektif ini bahwa masih ada bahaya di atas sana

BUAGH

Sebuah tendangan melukai pelipis kanan Fitz, dilihatnya siapa yang sudah dengan lancangnya melukai dirinya

"Baiklah... sekarang aku harus melawan suaminya?"

"Ma~ ma~... Jangan berpikir bahwa kau dapat lepas begitu saja setelah melukai isteriku"

Beberapa suara pukulan datang dari balkon mansion itu, hingga tubuh Fitz terlempar dari balkon. Tak disangka-sangka seorang wanita ikut melompat meraih tubuh Fitz dan membiarkannya terjatuh dari balkon

"ZELDA..." dengan setengah memekik (Y/N) memanggil wanita yang naasnya sudah terjatuh bersama suaminya dengan darah yang mulai mengalir di sekitar tubuh pasutri tersebuh

"Misi telah selesai, kita harus segera kembali!" Kunikida mengingatkan

(Y/N) menutup mulutnya tak percaya sampai Kunikida berlari menjauh dari tempat kejadian perkara, diikuti dengan langkah Ranpo dan Dazai yang baru turun dari balkon mansion dengan selamat.

***

Keempat detektif masih dalam perjalanan menuju bandara, (Y/N) sudah berada pada dekapan Dazai, wajah pucatnya sedikit menghawatirkan dengan beberapa erangan yang semakin menimbulkan rasa takut

"Dazai, periksa luka di perutnya! Kurasa ada masalah disitu"

Mendengar perintah Ranpo membuat Dazai memutar otak meski sempat tak rela bahwa tubuh istrinya akan terlihat oleh dua orang rekannya yang berada di jok depan, akhirnya dengan terpaksa Dazai membuka kemeja lusuh istrinya. Beruntung hanya cahaya lampu jalan remang-remang yang masuk ke dalam mobil, memperkecil kemungkinan bahwa dua rekannya dapat melihat tubuh istrinya. Tampak lilitan perban serupa miliknya mengitari area perut ke belakang, bisa dilihat bahwa rembesan darah tertahan oleh balutan perban, namun Dazai yakin bahwa itu bukan sekedar pendarahan kecil

Dengan cepat Dazai membuka lilitan perban (Y/N), memperlihatkan luka jahitan yang sedikit terbuka akibat lepasnya beberapa benang. Diraihlah peralatan P3K yang berada di belakang jok, mula-mula membersihkan luka dengan alcohol, sampai akhirnya luka (Y/N) kembali terbalut dengan perban baru. Tidak dapat dipungkiri rintihan kesakitan dan keringat yang bercucuran dari permukaan kulit (Y/N) semakin membuat hati Dazai tersayat

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Kunikida, sikapnya yang amat patuh pada peraturan berkendara mengharuskannya menyerahkan ponselnya pada Ranpo

"Agen pemerintah? Moshi-moshi"

"Apakah agen (Y/N) sudah ada di tangan kalian?"

"Ya... kami sedang dalam perjalanan menuju bandara, keadaan agen (Y/N) cukup menghawatirkan"

"Baiklah, kami telah menyiapkan jet khusus untuk mengantarkan (Y/N) pulang. Kalian bisa ikut juga tentunya. Pergilah ke terminal A.12, tinggalkan mobil sewaan kalian dan serahkan sisanya pada agen kami disana"

"A.. wakatta wakatta. Arigatou~ Sakaguchi-san"

Panggilan diputuskan oleh sang pemanggil, ketiga pria dewasa dalam satu mobil itu sedikit bernafas lega

"Humph... ini tidak adil! Kenapa tidak pernah ada yang menyediakan jet pribadi untuk detektif terhebat sepertiku?" Ranpo merajuk dalam usaha menghilangkan atmosfir penuh kegelisahan yang masih tersisa

"Itu salahmu sendiri karena tidak menjadi bagian dari agen pemerintah" tukas Kunikida

"Ma~ ma... jangan bahas soal itu! Uhm..."

Ranpo melirik sepasang suami istri di jok belakang, Dazai masih memdekap tubuh (Y/N), sedangkan wanita dalam dekapannya masih sedikit meringis dengan tubuh yang mulai bergetar kecil. Pemilik topi newsboy tersebut melemparkan tatapan pada pengemudi mobil yang tidak lain adalah Kunikida, memberi isyarat agar sang pengendara menambah laju kecepatan mobil.

***

Penerbangan menuju Jepang membawa keempat detektif itu bersama kru maskapai milik Agensi Pemerintahan, tiga diantaranya memasang ekspresi was-was menyingkirkan pikiran negatif yang timbul akibat keadaan rekan wanita mereka. Dengan terpaksa (Y/N) dibaringkan di atas kasur yang didesain khusus dalam kabin jet, beberapa alat medis terpasang pada tubuhnya, sebuah kantung darah dan kantung berisi cairan infus tergantung di dekatnya. Entah sudah berapa kali Dazai mengintip dari kaca pintu yang memisahkan kabin penumpang dan kabin perawatan, hingga akhirnya Kunikida memaksa Dazai untuk duduk tenang di kursinya

"Nah.... Kunikida-kun, bagaimana menurutmu keadaan pasutri Fitzgerald itu sekarang?" Ranpo membuka percakapan

"Kau lihat tadi? Sang istri yang jatuh terlebih dahulu. Dengan kondisi mansion yang sepi dan sulitnya akses kendaraan kesana, setidaknya mereka berpotensi mati di tempat atau mati di tengah perjalanan mengingat lokasi rumah sakit terdekat pun terbilang jauh" jawab Kunikida

"Ah... dimana otak encermu Kunikida-kun?" Dazai membalas dengan malas, sedangkan yang merasa diejek hanya mengernyitkan dahi

"... kau tidak perlu repot-repot menjawab pertanyaan yang bahkan si pemberi pertanyaannya pun tahu jawabannya" lanjut Dazai

Kunikida hanya bersweatdrop ria, memikirkan betapa bodohnya ia menjawab pertanyaan retorik dari Ranpo-san, setidaknya percakapan ini kembali mengurangi ketegangan antara tiga pria itu

Seorang agen wanita yang merawat (Y/N) keluar dari kabin perawatan, memaksa atensi ketiga pria itu beralih penuh padanya

"Luka dalamnya aman, namun kondisinya semakin menurun. Aku khawatir dia tidak akan sela-"

"Dia pasti selamat" sela Dazai dengan manik hazelnya yang semakin menajam, memberi kesan tegas dan yakin akan apa yang dia katakan

"Ahaha... tenanglah. Agensi kami punya dokter terbaik sepanjang masa, tetap lakukan apa yang kau bisa sampai pendaratan" Ranpo menambahkan sambil berjalan menuju telefon yang ada pada salah satu dinding kabin

Sang agen wanita hanya menerawang, mengingat ingat siapa dokter yang dimaksud oleh Ranpo-san, kedua maniknya membulat, kemudian bertolak pinggang dan kembali ke kabin perawatan. Ranpo yang sudah sedia dengan gagang telefon yang ia tempelkan ke telinganya terdengar beberapa kali menjawab percakapan dalam panggilan, dapat disimpulkan bahwa Ranpo meminta Yosano-san untuk segera kembali ke agensi sebelum mereka sampai.

***

Sepasang manik hazel tak henti-hentinya mentap sepasang manik lain di hadapannya, entah sudah berapa lama Dazai memandanginya hingga sang wanita yang dipandangi mulai mengusap lembut pipi suaminya

"Tadaima..."

Perkataan (Y/N) membuat semua pertahanan Dazai runtuh, ditariklah tubuh (Y/N) dalam dekapan Dazai, (Y/N) yang kaget dengan sikap Dazai hanya bisa mengusap punggung suaminya lembut, berusaha sebisa mungkin untuk menghentikan tangis suaminya yang mulai membasahi pundak kirinya. Semakin lama pelukan itu semakin kuat, tidak sedikitpun memberikan jarak antara tubuh sang wanita dengan tubuh sang pria, meski ruang udara dalam paru-paru (Y/N) makin terasa sesak, (Y/N) memilih untuk tetap membiarkan momen ini berlanjut

"Ekhem... apakah kau mau membuat istrimu hampir mati untuk ke sekian kalinya, Dazai-san?" Sela Yosano dalam momen indah itu

"Dia-hiks istriku, kau tidak-hiks berhak untuk melarangku-hiks memeluknya seperti ini-hiks. Huwa...." sanggah Dazai yang masih sesegukan

Tampak sosok pria berkepala empat memasuki ruangan, dengan gelagapan Dazai melepas pelukannya dan memposisikan diri untuk bersujud di lantai menghadap Fukuzawa-sama. Pria berkepala empat itu mengabaikan Dazai dan beralih pada wanita yang dulu ia anggap gadis kecilnya, kini kedua tangan Fukuzawa sudah menangkup pipi (Y/N) dan membuat sang empunya tersenyum

"Maaf membuatmu khawatir, Sacchou" tutur (Y/N) lembut

"A... kau gadis kecil yang nakal, Tou-sama tidak akan membelikanmu permen apel saat festival"

Candaan Fukuzawa membawa (Y/N) pada pelukan dari pimpinan agensi tersebut, ia mulai merindukan masa kecilnya yang banyak ia habiskan dengan Fukuzawa selaku ayah angkatnya, termasuk ancaman konyol yang sempat Fukuzawa lemparkan sebelumnya. Teringat akan keberadaan Dazai yang masih setia dalam posisi bersujud, (Y/N) melepaskan pelukan ayah angkatnya dan mulai memberi tatapan yang seolah berkata 'mau kau apakan dia?' pada Fukuzawa

"Dazai, sebagai hukuman karena telah membahayakan (Y/N). Aku cabut keringananku padamu, dan mulai besok kau akan bekerja sebagai agen aktif di Agensi ini. Tidak ada penolakan, atau urus surat ceraimu segera!"

Semua yang mendengar perkataan Fukuzawa hanya membelalakan mata, sedangkan Dazai sudah hampir mematung sempurna hingga suara kikikan istrinya menyadarkannya

"Ihihi... padahal bukan salah Dazai-san sepenuhnya, tapi kenapa Tou-sama memberi hukuman yang amat berat? Ahaha lucu sekali. Jangan dengarkan apa kata Sacchou Dazai-san!"

Dazai hanya menatap istrinya dengan airmata yang kembali menetes, ditemani ingus yang mulai turun dari salah satu lubang hidungnya dan ternyata menetes tepat di sepatu dokter di agensi itu

BUAGH

"JOROK TAU...." Yosano dengan murkanya memukul pipi Dazai, sedangkan (Y/N) berusaha menyembunyikan rasa malu dan paniknya sembari membantu Dazai bangkit.

***

Pada sebuah taman di belakang kediaman (Y/N) ditemani cahaya bulan terdapat sepasang suami istri yang masih duduk bersanding dalam keheningan, tidak ada satupun dari mereka yang ingin memulai percakapan, hingga salah satu tangan Dazai bergeser hingga menyegol jari (Y/N)

"Dazai-san..." mendengar istrinya menyebut namanya, Dazai memberi atensi sepenuhnya pada (Y/N)

"Maaf sudah merepotkanmu, andai saja aku lebih kuat dan pintar pasti aku tidak akan menyebabkan masalah untuk siapapun" sesal (Y/N)

"Hm... setidaknya masalah yang kau buat tidak sebanyak aku, kau tau sendiri kan berapa banyak masalah yang aku buat dalam kehidupanku"

(Y/N) terkikik geli mendengar pernyataan suaminya, dengan sedikit keraguan (Y/N) bergeser dan menyandarkan kepalanya pada pundak Dazai

"Sering-seringlah keluar kamar, tidakkah langitnya indah dilihat dari sini?" Pinta (Y/N)

"Kau benar (Y/N), entah sudah berapa lama aku tidak menghabiskan waktu untuk menatap langit malam. Ah... kalau tau begini nikmatnya aku tidak akan segan keluar kamar" lanjut Dazai, sorot mata (Y/N) berubah menjadi sendu, menyembunyikan beberapa pemikiran yang membuatnya khwatir, dan Dazai dengan lembutnya berusaha mencari tau dengan menatap manik (Y/EC) istrinya

"(Y/N)... mungkin ini agak konyol, tapi aku ingin memberitahukan alasan kenapa aku menutup diriku setelah menikah denganmu"

Dengan cepat (Y/N) menegakkan tubuhnya, memasang sikap siap mendengarkan tanpa sedikitpun memutuskan kontak mata dengan Dazai. Setelah yakin dengan keputusannya, Dazai mencoba untuk mulai menjelaskan

"Keberadaanmu dalam hidupku adalah suatu hal yang awalnya mustahil bagiku, kau yang terlalu bersih dan bersinar mungkin tidak akan bisa bersanding bersamaku yang penuh dengan noda gelap. Bahkan aku tak habis pikir saat kau menerima lamaranku, ya... aku sangatlah senang saat itu..." Dazai menautkan jari pada jari (Y/N), membagi kehangatan dari tangan berbalut perbannya

"Sejak saat itu aku berkomitmen untuk tidak menggoda wanita lagi, tidak akan mengajak wanita bunuh diri ganda, juga tidak akan keluyuran di Yokohama. Terlebih lagi aku tau dan sadar akan prinsipmu yang amat menghargai kehidupan dan nyawa seseorang, maka aku menahan diriku untuk tidak mengajakmu bunuh diri ganda, atupun mencoba bunuh diri. Dan begitulah solusi terbaik yang kupikirkan, dengan mengurung diriku di kamar"

(Y/N) masih menatap Dazai, menunggu kalau-kalau perkataan suaminya masih perlu dilanjutkan. Namun Dazai yang dirasa sudah cukup memberi penjelasan memilih untuk diam menundukkan kepala lebih dalam tampa melepas tautan jarinya pada (Y/N)

"Aku paham maksudmu, aku juga tidak akan menyalahkanmu. Kau berbuat sesuatu yang kau anggap benar demi aku, cukup untuk membuatku senang, arigatou. Tapi... siapa juga istri yang tahan saat harus terpisah dari suaminya meski hanya terhalang tembok dan pintu kamar yang selalu tertutup?" Dazai membelalakan matanya mendengarkan perkataan (Y/N)

"Jangan pernah berpikir bahwa kau terlalu penuh dengan noda sampai tidak bisa bersanding bersamaku. Aku tidak peduli bahkan jika harus membaca buku hitammu setiap hari, kau yang sekarang ataupun yang dulu tidak akan mengubah kenyataan bahwa aku mencintaimu"

Butiran bening mulai turun menyusuri pipi Dazai, (Y/N) yang tidak tahan dengan melihat airmata Dazai segera memeluk suaminya, membiarkan wajah Dazai terbenam di pundaknya. Kedua tangan dibalut perban itu mulai melingkari tubuh (Y/N), begitu pula dengan tangan (Y/N) yang mulai mengusap surai coklat suaminya yang masih menangis. Beruntunglah Dazai memiliki istri sekelas (Y/N)

Malam yang Dazai prediksikan akan penuh kecanggungan berakhir manis dengan satu kecupan lembut yang membawa mereka lebih jauh.

TBC

Mau bilang apa ya???

Ah... ya. Maaf kalau ada typo atau salah-salah
Ditunggu komen & votenya

See ya.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro