Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05 Pertemuan


Hari sudah siang, namun wanita dengan nama keluarga Dazai itu masih belum diizinkan beranjak dari kamarnya, sudah genap 6 jam setelah ia bangun dan tersadar bahwa ia sedang berada di Mansion Keluaga Fitzgerald. Dari penjelasan seorang wanita yang menemaninya pagi ini, dapat (Y/N) simpulkan bahwa ia sudah tidak lagi di Jepang, melainkan di Carolina Utara atau salah satu negara bagian Amerika Serikat

Langkah kaki terdengar dari luar kamar, daun pintu terbuka menunjukan kehadiran wanita yang pertama kali (Y/N) temui di ruangan itu, sebuah nampan berisi sebuah mangkuk, sepotong roti, segelas air putih, dan sepiring kecil apel yang sudah dikupas ia bawa ke hadapan (Y/N)

"Bagaimana keadaanmu Nona?" Wanita itu bertanya pada (Y/N) yang tengah mencoba untuk bersandar pada kepala ranjang

"Saya baik-baik saja Nyonya Fitzgerald, terimakasih telah berbaik hati pada saya"

(Y/N) mencoba membungkuk tanpa menghiraukan lukanya sendiri, menghasilkan sedikit ringisan dari mulutnya

"Nona... jangan memaksakan diri, luka anda belum sepenuhnya pulih. Tidak perlu berterimakasih, justru aku yang harusnya berterimakasih padamu yang sudah mau bertamu dan menginap di mansionku"

Tersirat segaris senyuman di wajah wanita berdarah keturunan Amerika itu, memberikan sedikit kedamaian untuk (Y/N) meski dalam hatinya ada perasaan cemas, ingin segera pulang dan kembali merawat suaminya

"Nona... apa anda baik-baik saja?"

Pertanyaan dari Nyonya Fitzgerald menyadarkan (Y/N) dari lamunannya, Nyonya Fitzgerald mulai menyodorkan sesendok sup ke depan mulut (Y/N), namun (Y/N) sedikit mundur untuk menolak

"Saya bisa sendiri Nyonya"

"Tak apa, tolong izinkan aku menyuapimu. Kumohon"

Permohonan Nyonya Fitzgerald tidak dapat (Y/N) tolak, meski ia bisa menggunakan kemampuannya, tetapi (Y/N) memilih untuk menurut hingga sup dalam mangkuk telah habis begitu pula beberapa menu lain di atas nampan

"A... senangnya, aku berasa memiliki anak lagi. Kalau boleh tau berapa usiamu sayang?" Tanya Nyonya Fitzgerald dengan semangat

"Ugh... 22 tahun Nyonya"

Nyonya Fitzgerald bersweatdrop ria, tak menyangka bahwa gadis -ralat- wanita di hadapannya bukan lagi anak sekolah

"Aku masih tidak percaya dengan itu"

Mendengar pernyataan Nyonya Fitzgerald, dengan perlahan (Y/N) menunjukan tangan kirinya, tepatnya pada jari manis yang dilingkari sebuah cincin platinum dengan sebuah safir kecil di tengahnya. Nyonya Fitzgerald akhirnya menutup mulut tak percaya dan dengan cepat meraih kedua tangan (Y/N)

"Oh... Nona (Y/N). Mari bertemu dengan suamimu, aku ingin berkunjung melihat keadaan rumah kalian aku mohon..."

"Ti~dak!"

Permohonan Nyonya Fitzgerald dijawab oleh suaminya yang tiba-tiba datang dan berdiri di ambang pintu

"Oh dear... akhirnya kau datang juga" Nyonya Fitzgerald menghambur ke arah suaminya dan dengan segera meraih wajah suaminya untuk mendapatkan sebuah ciuman tepat di bibirnya

"Ugh... haruskah begitu di depanku?" Batin (Y/N)

Pasutri itu mendekati (Y/N) yang masih duduk bersandar di atas kasur

"Kelihatannya kau sudah pulih" ucap Fitz

"Benar Tuan Fitzgerald, saya sudah pulih. Maka izinkan saya kembali ke rumah saya di Jepang" balas (Y/N) dengan fake smile yang cukup manis

"Maafkan aku Zelda, sepertinya Nona (Y/N) tidak akan lama berada disini dan pastinya sangat merindukan suaminya di Jepang"

Mendengar perkataan suaminya membuat Zelda sedih, ia lantas kembali menggenggam tangan (Y/N) dan berkata

"Baiklah... Nona (Y/N), untuk sementara tetaplah bersamaku. Aku ingin lebih banyak berbicara denganmu"

(Y/N) menerima tatapan yang aneh dari Fitz, menginterupsinya untuk mengangguk mengiyakan perkataan Zelda

"A... tapi hari ini biarkan aku membawanya ke rumah sakit, kau tidak perlu ikut, Zelda. Cukup selesaikan novelmu, karena aku tak sabar untuk membacanya"

Mata wanita yang dipanggil Zelda itu berbinar, ia kembali mendaratkan ciuman di bibir suaminya lembut dan langsung pergi membawa nampan tadi dengan cepat

"Nah... ayo (Y/N), aku akan menggendongmu sampai ke mobil. Supirku lupa mengeluarkan kursi roda dari bagasi"

Tanpa menunggu kesiapan (Y/N), dengan cepat Fitz menggendong wanita itu ala bridal style, khawatir akan terjatuh (Y/N) refleks mengalungkan tangannya di leher Fitz

"Uwah... Tu-tuan jika Nyonya tau bagaimana reaksinya nanti?" Tanya (Y/N)

"Tenanglah... Zelda bukan tipikal wanita pencemburu. Lagi pula dia tau bahwa aku hanya mencintainya dan akan selalu begitu"

(Y/N) hanya mengangguk, mendengar perkataan Fitz membuatnya berandai andai jika Dazai yang mengatakannya. (Y/N) tau, meski Fitz termasuk orang jahat yang memanfaatkan harta, namun dalam diri pria itu ada kehangatan cinta untuk keluarga, jangan tanya kenapa! (Y/N) bisa dengan sangat mudah menerobos pikiran targetnya meski dalam tidurnya sekalipun.

***

Sebuah ruangan kecil dalam sebuah gedung perkantoran menjadi tempat dimana (Y/N) kembali dihadapkan pada sebuah ketakutan, dilihatnya sebuah kursi hitam dengan sabuk pengikat di beberapa bagian yang (Y/N) yakini akan mengikat tangan dan kakinya jika dia duduk disana

Seperti biasa sebuah lakban hitam menempel pada mulutnya, mencegah suara dan kemampuannya untuk keluar dan memengaruhi orang lain. Benar saja, kini ia didudukkan pada kursi hitam itu, sedikit meronta hingga tubuhnya terlilit sabuk pengikat di beberapa sisi, dihadapkanlah tubuhnya mengarah tepat ke depan cermin

"Nah... (Y/N)~ aku hanya akan mengajakmu mengobrol sebentar" Kali ini Fitz bersandar pada cermin di depan (Y/N) yang berbicara

"Baiklah... disini aku memiliki cek untuk kuberikan kepada rekanku yang akan mengurus kepulanganmu dengan maskapai penerbangan umum, tapi aku belum menandatanganinya. Apa aku harus tandatangan?"

Fitz membuka lakban hitam dan membiarkan wanita di hadapannya merintih sakit, entah sudah berapa kali rasa perih muncul di area bibirnya yang sedikit terasa amis

"Kenapa tidak bunuh aku saja?" Jawab (Y/N) asal

"Aku hanya ingin tau apa kau ingin aku menandatanganinya atau tidak? Tidakkah kau rindu pada suamimu, Jepang, dan segala yang ada disana?"

(Y/N) berpikir sejenak, membiarkan rasionalitasnya berbaur dengan kata hatinya yang memang menginginkan untuk pulang, dan sekarang adalah kesempatan terbesarnya untuk mendapatkan keingannya

"Ya... tandatangani itu secepatnya!"

Mengeluarkan perintah berarti mengeluarkan kemampuannya. (Y/N) membuat Fitz dengan cepat mengambil penanya dan menandatangani cek yang ia pegang, terlihat sebuah seriangaian yang cukup mengerikan dari pria di hadapan (Y/N), suara tawa pria itu menggelegar memenuhi ruangan kecil itu

"Terimakasih (Y/N), aku tau kau sangat berguna"

Cermin yang ada di hadapan (Y/N) terangkat ke atas menampakan banyak orang berjas yang nampak frustrasi dengan suatu hal, beberapa menangis, berteriak, hingga menjambak jambak rambutnya sendiri

"Tuan, semua surat perngalihan kekuasaan telah ditandatangani"

Seorang wanita bernama Louisa menyodorkan setumpuk kertas yang disebut sebelumnya. Mulut (Y/N) menganga, airmatanya tumpah tanpa ada isakan tangis, sedangkan Fitz yang melihatnya hanya menyeringai puas dan berkata

"Kau sudah banyak membantu, selesaikan satu tugas lagi dan kau akan mendapatkan imbalan ku. Ya... setidaknya ini bisa kau pakai untuk pulang dan membeli rumah lagi di Jepang"

Fitz memasukkan cek yang baru ia tandatangani ke dalam saku kemeja (Y/N) yang tampak lusuh, dan memberikan kode berupa senyuman pada asistennya. Terlihat sebuah suntikan berisi cairan yang cukup banyak di dalamnya, diarahkanlah jarum suntik itu tepat di atas tangan mulus (Y/N). Tangan besar Fitz membekap mulut (Y/N), dibisikkanlah sebuah kalimat singkat di telinga (Y/N)

"Selamat tidur nona Dazai"

Kalimat itu dan sosok Fitz yang menjauh menjadi akhir memori dari wanita berusia 22 tahun itu, kesadarannya kembali hilang, dan hal itu tentu mempermudah Fitz berlaku sesuka hati pada boneka porselen yang amat berguna baginya.

***

"Oy... Dazai, kenapa kau mengikuti kami?"

Sebuah perempatan siku imajiner muncul di dahi Kunikida ketika berpapasan dengan manusia perban yang amat ia benci di luar bandara tempatnya mendarat saat ini, sang pemilik nama yang merasa namanya disebut menghampiri pria bermata empat yang dikenal dengan nama Kunikida

"Bukan urusanmu~ aku hanya ingin berlibur dan mampir ke kediaman Fitzgerald, a... dimana Ranpo-san?"

Menyadari keberadaan rekannya yang raib dari penglihatannya, Kunikida panik dan mengarahkan pandangannya ke setiap penjuru

"Oy... Ranpo-san...." teriak Kunikida mencari Ranpo

Dazai hanya tertawa dan memilih untuk pergi di tengah kebingungan Kunikida yang mencari rekan kerjanya pada misi ini

Dazai dengan kepintarannya mampu mencari tau keberadaan mansion keluarga Fitzgerald, beruntung ia sempat mendengarkan pembicaraan kedua temannya, Ranpo mengatakan bahwa (Y/N) ada di mansion milik istri Fitzgerald. Dalam waktu kurang dari dua jam perjalan yang ia tempuh dari bandara, kini ia dihadapkan dengan sebuah gerbang besar tanpa penjagaan disana

Langkah kaki membawanya menyusuri halaman depan mansion Fitzgerald, dari pengamatannya dapat ia simpulkan bahwa tidak ada yang janggal dari mansion itu. Wajar saja jika mansion ini terlihat sepi, harta yang Fitz habiskan untuk pertarungannya melawan Atsushi dan Akutagawa hanya menyisakan sebagian kecil yang telah dialihkan ke tangan istrinya

"Zelda Fitzgerald"

Tatapan Dazai terpaku pada seorang wanita yang muncul di tengah taman bunga, dengan sekeranjang bunga yang telah ia petik

"Oh... ada tamu, selamat datang...."

Zelda dengan cepat menghampiri tamunya, sedikit menunduk hormat ketika tepat berada di depan tamunya, Dazai ikut menunduk hormat sebelum bertanya

"Apa anda Nyonya Fitzgerald?"

"Ya, aku sendiri. Mari masuk, akan kubuatkan teh dan camilan lezat untukmu, kau pasti sedikit kesulitan untuk sampai kemari"

Terlukis sebuah senyum di wajah Dazai ketika Zelda mengajaknya masuk ke dalam mansion besar itu, sunyi dan sedikit berdebu, itulah kesan pertama Dazai ketika memasuki mansion itu. Kini ia tengah duduk di suatu ruangan yang bermandikan cahaya matahari, menunggu sang empunya rumah yang sedang menyiapkan suguhan

"Silakan... maaf jika hanya ini yang dapat kusuguhkan" Zelda meletakkan nampan berisi sebuah teapot, dua buah cangkir, dan sebuah nampan berisi kue kue yang nampak lezat

"Terimakasih Nyonya, sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Osamu Dazai"

Zelda terkejut dan menutup mulutnya, setelah perkenalan dari tamu pria bermanik hazel di hadapannya itu. Diraihlah tangan Dazai yang terbalut perban oleh Zelda

"Ja-jadi... kau suami dari Nona (Y/N)? Oh... senangnya... keinginanku terkabul, aku sangat ingin bertemu denganmu"

Dazai mengusap lembut tangan Zelda, memberikan senyum terbaiknya pada penyandang nama keluarga Fitzgerald

"Baiklah, tapi kalau boleh tau. Dimana (Y/N), istri saya? Saya sangat merindukannya, Nyonya"

"Oh... tenanglah. Suamiku sedang membawanya ke rumah sakit, mungkin sebentar lagi akan pulang. Luka di perutnya cukup menakutkan, aku bahkan tak tega mengobati lukanya sendiri"

Bertambahlah sudah rasa kecewa Dazai terhadap dirinya sendiri, terbesit keinginan untuk membalaskan perbuatan Fitz kepada istrinya, diraihlah sebuah pistol di dalam saku celana Dazai, hampir saja ia mengeluarkannya hingga sebuah kalimat terngiang di benaknya

"Jangan kasar pada wanita!"

Keputusannya terhenti seketika, Zelda sedikit mendorong cangkir yang ada di depan Dazai

"Silakan diminum, selagi masih hangat"

Dazai mengangguk dan meminum camomile tea yang sedari tadi telah tertuang di cangkirnya, hanya menunggu yang dapat ia lakukan sekarang.

***

Kepala terasa berat, tubuhpun tidak ingin memberi kemudahan untuk sang empunya bergerak, hanya sebuah belaian lembut yang memberikan sensasi relaksasi pada kepala (Y/N). Ia mencoba mengerjapkan matanya, samar-samar terdengar suara khas rantai yang beradu, terlihat surai coklat dan mata hazel tepat saat (Y/N) sedikit membuka matanya

"(Y/N)... kau sudah sadar?"

Menyadari suara yang amat ia kenal membuat (Y/N) membuka matanya penuh, membiarkan butiran bening jatuh menyusuri pipinya dalam diam hingga Dazai mengusap airmatanya

"Hei, aku disini. Jangan menangis lagi! Kau terlihat je-"

GREB

Sepasang tangan lemah menarik tubuh Dazai mendekat, (Y/N) memeluk suaminya dengan erat seakan takut kehilangan suaminya yang seorang maniak bunuh diri itu. Dazai membalas pelukan (Y/N) membiarkan airmata istrinya merembes hingga terasa sedikit membasahi dada bidangnya, meski tidak ada isak tangis disana, Dazai mengerti rasa sedih istrinya

ZRAK, CRANG

Pelukan Dazai terlepas, sesuatu menarik tubuhnya menjauh, (Y/N) yang terlihat panik mencoba meraih Dazai hingga tubuhnya terjatuh dari kasur

"Auh... maafkan aku yang mengganggu momen indah kalian, hanya saja aku ingin (Y/N) menyelesaikan tugasnya dengan cepat"

Tanpa memedulikan (Y/N) yang masih mengerang kesakitan, Fitz menempelkan kembali sebuah lakban hitam menutupi mulut (Y/N), kemudian mengangkat tubuh (Y/N) dan membawanya keluar dari ruangan, sedangkan Dazai hanya bisa menatap hilangnya (Y/N) di balik daun pintu yang tertutup

"Ah... sial, andai saja rantai ini tidak mengiaktku" keluh Dazai yang mulai mengambil sebuah bobby pins di sela perban tangannya.

TBC

Nani kore????
Udah updatenya lama, ceritanya gaje, masih idup pula authornya PLAK

A... gomen gomen
Kalau ada salah-salah, typo, apa kata yg nggak dipahami silakan komen langsung

See ya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro