Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

04 Hilang


Pria bermanik hazel dengan malasnya bangun dan melirik jam, sudah jam sembilan pagi rupanya. Dazai mulai memikirkan suatu hal yang biasa dilakukan istrinya di hari kerja

"Apa aku terlalu lelap tidur hingga tidak mendengar ketukan pintu ya?" Batin Dazai

Mengingat apa yang dokter katakan dengan cepat Dazai membuka tirai kamarnya, membiarkan wajahnya bermandikan cahaya matahari. Diusapnya perut yang mulai mengeluarkan suara aneh menandakan bahwa ia harus segera makan dan meminum obat

Langkah kaki mulai membawanya ke arah pintu, menandakan bahwa kakinya sudah lebih baik dari kemarin, Dazai dapat memastikan bahwa sarapannya sudah dingin di depan pintu. Ketika pintu digeser pemandangan yang pertama ia temukan membuatnya membuka suara

"Kosong?"

Tidak ada makanan disana, rasa kecewa muncul dalam diri Dazai. Pasalnya (Y/N) selalu menyediakan makanan untuknya, tidak peduli seberapapun brengseknya Dazai --ia sadari itu-- , pria bersurai coklat itu lantas mencoba untuk turun dari lantai dua, memastikan keberadaan makanan yang bisa mengisi perutnya yang lapar

Lagi lagi nihil. Tidak ada nasi dalam alat penanak, tidak ada panci atau ketel yang berisi makanan, tidak ada pula satupun camilan di lemari persediaan makan

"A... iya, (Y/N) tidak pernah membeli camilan"

KRRRUUUKKKK

Semakin jelas raungan cacing dalam perut Dazai, entah naluri atau deduksinya yang tinggi, langkah kaki membawanya ke depan lemari pendingin. Dibukanya lemari itu dan tampak beberapa sumber makanan yang siap santap, ada sepotong tiramisu, semangkuk salad buah, dan sekotak besar yoghurt

"(Y/N).... aku minta makananmu ya..."

Dazai berteriak seolah olah istrinya ada di rumah dan langsung mengambil tiga jenis bahan siap konsumi itu dari lemari pendingin, tanpa ragu ia mulai memakannya satu per satu, berhubung yoghurt yang ada hanya tinggal segelas saja maka ia habiskan dan buang kotaknya

Hening ia rasakan setelah perutnya kenyang, diedarkanlah pendangannya ke setiap sisi ruangan, beberapa lampu terlihat masih menyala

"(Y/N) lupa mematikan lampu?"

Adalah suatu hal yang tidak wajar jika (Y/N) melupakan hal seperti mematikan lampu, atau bahkan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Pasalnya Dazai sudah tau bahwa istrinya adalah wanita tulen nan perfeksionis yang tidak mungkin melupakan hal-hal pokok dalam kesehariannya, sebuah pemikiran gila terlintas di benaknya. Langkah kaki kembali membawanya ke tempat lain, masuk ke dalam kamar dengan aroma kopi yang langsung menyambut kala ia menggeser pintu

Tidak ada orang yang ia cari disana, sekarang ia mulai memerhatikan beberapa meja, membuka beberapa laci, membuka dokumen yang tertata di meja kerja, juga memastikan ke dalam lemari pakaian istrinya

"Bajunya lengkap, laporannya selesai, tidak ada surat pengajuan cerai. Apa yang sedang terjadi?"

Dazai akui bahwa terkadang logikanya tidak sampai bila memikirkan istrinya, banyak hal di luar dugaannya terjadi di sekitar istrinya, atau bahkan bisa dibilang tingkah laku istrinya memang tidak terduga

TING TONG, TING TONG, TING.. TING.. TING.. TING TONG

Suara bel rumah ditekan berkali kali membuat Dazai melangkah turun dari lantai dua, dan langsung membuka pintu rumahnya

GREB

Sebuah tangan meraih kerah T-shirt Dazai, mencengkeramnya dengan kuat dan memperlihatkan deathglare dari pria bersurai dirty blonde

"Hei Kunikida, apa kau tidak tau etika bertamu?" Tanya Dazai

"DIAMLAH!! Apa kau tau dimana (Y/N) sekarang haah??"

Dazai hanya diam, diliriknya sebuah plastik belanjaan di samping kaki Kunikida, beberapa isinya terlihat tidak asing baginya, terutama sebuah sabun aroma kopi yang ia tau pasti adalah kesukaan istrinya

"Kenapa bisa ada di depan pintu?" Batinnya

Cengkeraman Kunikida melemah, membiarkan Dazai terlepas dan menatapnya dengan ekspresi khawatir

"Kunikida... siapa yang menculik istriku?"

Kunikida menghela nafas dan membenarkan posisi kacamatanya

"Cepat ganti baju dan kita pergi membawa pulang istrimu! Jangan buat (Y/N) menunggu lebih lama lagi!"

Kunikida keluar dari halaman rumah Keluarga Dazai, sedangkan sang empunya rumah masuk dan mengganti pakaian dengan segera

"Tunggu aku (Y/N)...".

***

Rasa perih dan sakit muncul di setiap gerakan yang (Y/N) buat, entah sejak kapan dia merasakan rasa sakit itu. Tenggorokan terasa kering, tubuh terasa lemas, bahkan untuk sekedar membuka mata saja tak sanggup dilakukan (Y/N) saat itu juga

Terdengar langkah kaki mendekat, tidak ada satupun hal yang dapat (Y/N) lakukan selain tetap diam, berharap energi overpower tiba-tiba merasuk ke dalam dirinya dan memulihkan keadaannya

Sebuah siluet hitam dapat (Y/N) lihat di sela kelopak matanya yang tidak terbuka sepenuhnya, hanya siluet hitam dan buram, tidak dapat diketahui siapa gerangan yang ada disana. Hingga (Y/N) kembali tak sadarkan diri di tengah penderitaan tak berujungnya.

***

GREKKK

Suara pintu ruang pemulihan tertutup menampakkan pria bersurai senja dengan langkah kasar menyusuri lorong, langkahnya berhenti ketika menemukan laki-laki bersurai hitam kombinasi putih di ujungnya

BUAGH

Sebuah pukulan telak melukai pipi Akutagawa hingga tubuhnya sedikit terpental sejauh beberapa meter, terlihat Eksekutif Muda bernama Nakahara Chuuya mendekati Akutagawa yang terjatuh dan meraih kerah coat hitam yang dikenakan Akutagawa, menariknya mendekat pada sang Eksekutif

"Kau benar-benar bodoh! Kau tidak mendengarkan perkataan Bos dan selalu bertindak semaumu, untuk apa kau buat (Y/N) terluka sebegitu parahnya HAAHHH???"

"Ugh... Nakahara-san, dia melawan dan tidak menjawab sedikitpun. Dia pantas mendapatkan luka seperti itu"

BUAGH

Satu lagi pukulan diterima Akutagawa di sisi lain pipinya

"Cih... anak muda memang bodoh, jika kau melukainya itu sama saja kau melukai Dazai. Kau tidak akan tau bagaimana Dazai akan memperlakukanmu setelah ini"

Chuuya melepaskan cengkeramannya dan pergi menjauh dari Akutagawa, beberapa langkah telah ia ambil hingga akhirnya ia kembali berbicara tanpa membalikkan badannya

"Dan ya... jangan minta bantuan siapapun saat kau menerima balasan dari Dazai! Aku tidak sudi membantu Anjing Bodoh sepertimu".

***

DRRRTTTT, DRRRRTTTT, PIP

Dazai mengangkat panggilan di ponselnya, Kunikida yang berada di sampingnya memerhatikan Dazai dan jalan di depannya

"Dimana (Y/N)?"

"Huh... baru sadar istrimu hilang? Bawa pulang (Y/N)! Dia ada di gedung utama, ruang pemulihan nomor 33. Cepat atau kubuang tubuhnya ke laut Yokohama!"

Panggilan terputus membuat mata dua orang pria dalam satu mobil itu terbelalak seketika

"Kunikida, percepat laju kendaraan!!" Pinta Dazai

"Tidak perlu menyuruhku, bodoh!!"

Kunikida kembali menancap gas, membiarkan mobil jeep yang di bawanya melesat mendekati gedung tertinggi di Yokohama, belum genap sepuluh menit mobil jeep itu sudah terparkir dalam salah satu gang dekat gedung yang mereka tuju

Sebagai mantan Eksekutif Port Mafia, Dazai mengetahui jalan pintas dengan pengamanan yang tidak begitu ketat, hanya dengan satu ledakan flashbang milik Kunikida sudah mampu melumpuhkan penjaga

Ditelusurilah salah satu lorong hingga mendapati tangga darurat, membawa dua orang detektif ADB ke lantai tempat ruang pemulihan menengah. Beruntung beberapa petugas yang mereka lewati hanya petugas biasa (non kemampuan), mempermudah langkah mereka menuju ruang pemulihan nomor 33

GREEKKK

Digeserlah pintu ruang pemulihan tersebut, menunjukan wanita bersurai (Y/HC) yang tak berdaya di atas ranjang pasiennya, kedua detektif itu lantas mendatangi (Y/N). Wajah pucat, dan nafas lemahnya membuat mereka benar benar terpukul, terutama Dazai. Sebagai seorang suami ia berpikir bahwa ia benar benar telah gagal melindungi isterinya

"Cih... kau tidak berpikir untuk membawa (Y/N) secepatnya pada Yosano-san?" Tanya kunikida

Tanpa basa basi Dazai meraih tubuh (Y/N) dan berusaha mengangkat tubuhnya yang tampak lemah, ketika (Y/N) sudah benar benar digendong oleh Dazai, sebuah suara dari pojok kamar muncul tiba-tiba

PIIPPP.....
DUARRRR

"Dazai... AWAS!!"
.
.
.
Kunikida POV

NGINGGGGG

Hanya suara itu yang kudengar, terlihat Dazai yang sama tersiksanya berkat ledakan tadi sedangkan wanita yang ada di pelukannya masih tak sadarkan diri dengan luka luka baru di sekujur tubuhnya

"Dha...zaih... Dhazaih..." aku mencoba memanggil namanya meski aku merasa tidak begitu benar menyebut namanya

Dazai mulai berusaha bangkit meski dari tubuhnya keluar darah yang cukup banyak, menggendong (Y/N) sebisa mungkin sebelum benar benar berdiri. Aku hanya melihatnya, mengingat keadaan tubuhku yang tak bisa kugerakkan dan rasa sakit yang semakin menjalar

Kunikida POV off
.
.
.

Dazai berusaha bangkit namun usahanya sia sia, hingga akhirnya ia hanya terduduk sambil memeluk tubuh istrinya. Sebuah tangan yang lebih cekatan merebut tubuh (Y/N) dari Dazai, tangan pria bersurai coklat itu terasa lemah, sebelum ia berhasil menoleh pada perebut istrinya

"Ah-pha yang khau lakukaan???" Tanya Dazai masih dengan rasa sakit di telinga dan area kepalanya

Pria bersurai pirang itu hanya tersenyum, setelah Dazai berusaha mempertajam penglihatannya barulah ia sadar bahwa yang sedang menggendong istrinya adalah seseorang yang seharusnya sudah mati di tangan Atsushi dan Akutagawa tahun lalu

"Francis Scott... Lepaskan dia!" Dazai berusaha berdiri

"Oh... tidak semudah itu, dia adalah investasi berhargaku, jadi..."

BUGHHH

Satu tendangan diberikan pria itu kepada Dazai tepat di perutnya hingga ia terpental dan menindih Kunikida

"Good bye... aku akan menjaga gadis ini seperti menjaga boneka porselen mahal"

Langkahnya semakin menjauh, meninggalkan Kunikida dan Dazai yang sudah tidak berdaya akibat luka ledakan. Perlahan cairan bening jatuh menyusuri pipi Dazai, menyadarkan dirinya bahwa ia telah kehilangan istrinya sekali lagi.

***

"Selamat menikmati perjalanannya, Nona"

Suara bariton menyadarkan (Y/N) yang awalnya terpejam, dilihatnya tangan dan kakinya yang diikat kuat-kuat pada sebuah jok pesawat. Dari jendela yang ada di samping kirinya dapat ia pastikan bahwa ia tengah berada dalam penerbangan ke suatu tempat, ketika ia mengedarkan pandangan, matanya terbelalak kaget melihat siapa pria yang ada di samping kursinya

"Tenanglah, kau ada dalam penerbangan bersama pria yang kau kenal"

Ketika (Y/N) ingin menjawab, barulah ia sadar bahwa mulutnya tertutup oleh lakban hitam lagi. (Y/N) berusaha memberontak dengan menggerakkan tubuhnya, namun tangan Fitzgerald menghentikan aksi (Y/N) dengan meraih dagunya dan menatap matanya lekat-lekat

"Semakin banyak kau bergerak semakin sulit penyembuhanmu. Louisa... bawa itu kemari!"

Seorang gadis berkacamata yang dipanggil Louisa datang membawakan sebuah suntikan dan sebuah botol kecil kepada Fitz

"Oh... tidak! Aku benci obat anestesi" batin (Y/N)

Fitz memberikan sebuah suntikan di tangan mulus (Y/N), membuat (Y/N) sedikit menjerit hingga sensasi mati rasa mulai menjalar dan membuatnya kehilangan kesadaran. Fitz yang merasa bahwa tawanannya sudah benar benar tak sadarkan diri mencoba mengusap surai (Y/HC) yang ada di sampingnya

"Kembalikanlah kejayaanku dan sembuhkanlah istriku, Zelda" bisik Fitz.

***

"(Y/N)... (Y/N)!!!" Dazai bangkit dari kasurnya

"Da... Dazai-san, kau sudah sadar?"

Dilihatnya seseorang yang sangat ia kenal, seorang junior bersurai putih tengah duduk di kursi sebelah ranjang Dazai

GREB

"Katakan, dimana (Y/N)? Dimana dia??" Tanya Dazai masih dengan mencengkeram bahu Atsushi

"Fitz membawanya" suara langkah kaki disertai kehadiran pria itu membuat Dazai melepaskan cengkeramannya

"Sachou... benarkah itu?"

Fukuzawa selaku pimpinan dari ADB, sekaligus wali dari (Y/N) tengah berdiri menghadap Dazai

"Ya... (Y/N) dibawa pergi oleh Fitz, terakhir kali dia terlihat ada di bandara dengan membawa seseorang di kursi roda, aku yakin itu (Y/N)" Jelas Fukuzawa

"Kemana mereka pergi, Sachou?"

Fukuzawa menfhela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Dazai

"Kemungkinan Fitz membawanya ke Amerika, karena memang penerbangan yang ia lakukan adalah penerbangan ke Amrika Serikat"

Dazai meremas rambutnya sendiri, membayabgkan apa yang akan terjadi pada istrinya membuatnya semakin membenci dirinya sendiri

"Ranpo dan Kunikida sudah kukirim untuk menjemput (Y/N), semoga mereka bisa membawa (Y/N) dengan selamat"

"SACHOU...!! Kenapa harus mereka dan bukan aku?"

"(Y/N) sudah membuatku berjanji untuk tidak mengirimmu pada misi apapun saat kau terluka parah, hargai keinginan anakku"

DEG

Dazai teringat bahwa pria yabg ada di hadapannya adalah Mertuanya, betapa malunya Dazai yang tidak bisa menjaga (Y/N) malah bersikap buruk pada Ayah angkat (Y/N). Sebuah pemikiran terlintas dalam otak cerdiknya

"Aku akan pergi tanpa menerima surat tugas darimu Sachou"

Sebuah senyum tersungging di bibir pria kepala empat itu

"Itu di luar keputusanku, dan tidak berkaitan dengan janjiku pada (Y/N). Pergilah sebagai suaminya"

Fukuzawa meninggalkan ruang rawat Dazai, sedangkan Atsushi yang menonton sedari tadi hanya bisa terisak akibat rasa terharu dengan keputusan yang Dazai ambil.

***

Sebuah ruangan bergaya classic mengurung (Y/N) di dalamnya, wanita berusia 22 tahun itu lantas bangun dari kasur, mengedarkan pandang dan segera mencari pintu keluar sebelum seorang wanita cantik nan menawan masuk untuk memberikan sebuah nampan berisi secangkir teh dan kue. (Y/N) hanya menatapnya bingung, membiarkan wanita itu mendekatinya dan duduk di samping ranjang

"Selamat pagi tamuku"

Sapanya lembut tanpa sedikitpun kecurigaan hadir di benak (Y/N), pikiran yang kacau ditambah keadaan tubuh yang belum pulih membuatnya terbuai untuk merasakan suatu hal yang nyaman dan tenang bersama wanita di sampingnya, tanpa memikirkan orang lain yang sedang mengkhawatirkannya.

TBC

Uwah.... maaf lama up nya 😣😣

Rizu lagi sibuk akhir akhir ini 😥

Kalau ada kesalahan EBI dll mohon dimaklumi ya... 😘

Ditunggu komen & bintangnya 😂😂

See ya....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro