03 Sakit
Jam dinding kamar (Y/N) menunjukan pukul 05:45, ditatapnya pantulan dirinya pada cermin yang terpasang di salah satu sisi dinding kamarnya. Sebuah kissmark & luka gigitan terhias di leher jenjangnya, mengingatkan kejadian semalam yang membuat matanya sembab sisa tangisan, ia mulai berpikir bagaimana lagi ia harus menghadapi suaminya nanti
Langkah kaki membawanya ke depan kamar Dazai, dilihatnya punggung Dazai yang masih terbalut pakaian semalam, tidak. Lebih tepatnya pakaian yang sudah ia kenakan berhari hari, karena (Y/N) tau bahwa pakaian suaminya masih sama seperti minggu lalu. Dadanya terasa sesak mengetahui bahwa dirinya gagal sebagai seorang istri
Teringat dirinya pada seorang pria yang tidur di ruang makannya, dengan cepat ia menuruni tangga menjejakkan kaki di ruang makan dan tidak menemukan siapapun disana. Dilihatnya sebuah catatan tertempel di pintu kulkasnya, tertulis
Untuk (Y/N)
Maaf aku pergi tanpa berpamitan padamu, terimakasih untuk makan malam dan maaf sudah merepotkanmu dan Dazai
Tertanda, Kunikida Doppo
Rasa bersalah kembali memenuhi rongga dadanya, dia merasa telah menjadi tuan rumah yang buruk dengan tidak melayani Kunikida dengan benar. Ia memilih untuk mandi terlebih dahulu, pikirannya teralihkan saat melihat pintu kamar mandi yang baru ia geser
"A... pintu kamar Dazai"
(Y/N) sudah selesai mandi, ia pergi ke gudang rumah yang letaknya terpisah dengan rumah utama, mengambil trashbag, beberapa kayu, bor, mur, baut dan tentunya kertas khusus shoji. Beruntungnya (Y/N) masih memiliki beberapa set pintu cadangan yang belum dirangkai tentunya, semua peralatan ia masukan ke dalam satu kontainer dan membawanya ke lantai dua
"Um... Dazai-san..." panggilnya lembut
"Hn"
"Maaf aku mengganggumu, mungkin aku akan sedikit berisik disini" tanpa menoleh Dazai mengangguk kemudian menggunakan earphonenya
Aktifitas merangkai shoji dimulai, (Y/N) melakukannya dengan telaten tanpa keraguan. Pintu kamar Dazai sudah diganti, kini ia memerhatikan tumpukan sampah di keranjang sampah, dan beberapa yang berserakan di kamar Dazai
"Dazai-san" panggilnya sambil menarik sebagian kecil baju suaminya, Dazai menoleh kepadanya memberi tatapan bertanya dengan mengangkat kedua alisnya dan melepas earphonenya
"Maaf mengganggu, aku ingin membersihkan kamarmu" Dazai mengangguk beberapa kali dan mencoba untuk menyingkir
(Y/N) memunguti semua sampah yang ada juga menyalakan facum cleaner yang baru ia ambil dari kamarnya, dalam setiap gerakannya ia merasakan adanya tatapan yang tertuju padanya, diliriknya Dazai yang sedang duduk di ranjang sambil menatapnya sendu
"Dazai-san..."
"Terimakasih" (Y/N) tersenyum menanggapi suaminya
"Mau kusiapkan air hangat untuk mandi?" Dazai mengangguk
(Y/N) keluar dari kamar Dazai, tentunya dengan membawa peralatan dan sampah, membuka keran air panas dan dingin di atas bathup hingga airnya dirasa pas, juga menyiapkan baju ganti Dazai. Belum sempat (Y/N) memanggil nama suaminya, Dazai sudah sampai dan mulai menanggalkan pakaiannya, (Y/N) yang masih ada disana hanya diam hingga semburat merah muncul di pipinya
"Masih ingin melihatku?" Pertanyaan Dazai membuat (Y/N) harus pergi untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah benar benar memerah.
***
(Y/N) sudah selesai membersihkan kamar, dan ruang makan, tidak lupa mengeringkan pakaian di mesin cucinya. Dua porsi sup Miso juga hampir matang, kali ini dia berharap suaminya tidak makan sendirian. Dazai yang rambutnya masih basah menghampiri (Y/N) sambil melihat apa yang istrinya buat
"Ayo makan bersama, sup Misonya sudah siap" Dazai duduk bersila di sisi meja makan, (Y/N) meletakkan dua porsi nasi dan sup Miso di atas meja makan
"Ittadakimasu"
Hanya keheningan yang menemani makan sepasang suami istri itu, beberapa kali Dazai mengamati istrinya hingga menyadari ada luka bekas gigitan dan kissmark di leher, masih ada juga luka lecet yang terlihat sedikit memerah di kedua pergelangan tangan yang tentunya ada berkat ulah Dazai sendiri
"Apa itu sakit?" Pertanyaan Dazai dijawab dengan tatapan dari mata lawan bicaranya
"Maaf, semalam aku menyakitimu" (Y/N) tersenyum mendengar permintaan maaf suaminya
"Tidak Dazai-san, ini tidak sakit sama sekali. Oh ya... mau menambah?" Dazai mengangguk dan menerima tambahan sup Miso dari istrinya
Ketika keduanya sudah menghabiskan makan, Dazai berniat untuk kembali ke kamarnya. Baru saja ia menaiki tiga anak tangga, kakinya sudah tidak dapat menopang tubuhnya hingga ia terjatuh sebelum (Y/N) menahan tubuhnya dari bawah
"Dazai-san... daijobu desu ka?" (Y/N) yang terlihat khawatir mendudukkan Dazai di lantai
"Daijobu, gomene (Y/N)" Dazai yang mencoba berdiri namun terjatuh kembali
"Ada yang tidak beres dengan kakimu, aku akan membawamu ke Rumah Sakit" (Y/N) berlari ke lantai atas untuk mengambil jaket Dazai
"Ayo, hati-hati" (Y/N) memapah Dazai dan membawanya masuk ke dalam BMW putih miliknya.
***
"Kekurangan vitamin D yang memicu lemahnya tulang dan persendian Osamu-san, akan saya berikan resep obat dan saya sarankan untuk sering sering mengajak suami anda berjemur di pagi hari" jelas dokter kepada (Y/N)
"Apa keadaan ini akan berlangsung lama Dok?"
"Saya rasa tidak, namun jika masalah ini terus tetulang hingga beberapa hari kedepan mungkin kita harus memeriksanya lebih rinci" (Y/N) menerima resep obat dan undur diri masih dengan memapah suaminya
Manik hazel Dazai menatap (Y/N) sepanjang perjalanan menuju tempat pengambilan obat, (Y/N) mendudukkan Dazai di salah satu kursi tunggu, memberi resep, menerima obat dan kembali memapah suaminya ke dalam BMW yang terpakir di basement Rumah Sakit
"Maaf merepotkanmu"
Mendengar pernyataan Dazai membuat (Y/N) mencoba meraih tangan kiri suaminya, mendekatkan tangan yang terbalut perban itu ke pipinya dengan sedikit menitikan airmata
"Kau tidak pernah merepotkanku Dazai-san, aku melakukan semua ini semata mata karena aku menyayangimu. Tolong... jangan meminta maaf seperti itu"
Dazai berusaha memeluk istrinya yang berada di kursi kemudi, merapatkan dirinya dengan wanita pemilik aroma kopi kesayangannya. (Y/N) mendorong tubuh Dazai perlahan, memperbesar jarak antara dia dan suaminya
"Kita pulang ya" pinta (Y/N).
***
Kamar yang selalu dalam keadaan gelap itu kini dipenuhi oleh sinar matahari siang dari luar jendela, menampakkan (Y/N) yang sedang merendam kaki Dazai di dalam footbath elektrik yang sudah diberi ramuan khusus. Dazai yang mulanya terlihat murung kini sudah menampakkan sedikit senyum di wajahnya
(Y/N) yang penasaran dengan komputer suaminya mulai menelusuri isi komputer itu tentunya atas seizin Dazai sendiri, meski banyak hal yang berusaha Dazai sembunyikan dari istrinya, tidak dapat dipungkiri bahwa (Y/N) juga tidak kalah cerdik dari suaminya dan semua yang ada di komputer Dazai akhirnya terbongkar
Dari riwayat yang ada, dapat (Y/N) simpulkan bahwa suaminya benar benar sibuk. Urusan perusahaan, urusan agensi, membuat novel?, mencari banyak informasi, meretas beberapa server, melindungi server lainnya, onlineshop?, dan beberapa game online yang belum logout
Dazai sudah bersiap menerima reaksi yang mungkin diberikan oleh istrinya dengan memejamkan matanya, bisa jadi (Y/N) menghajar Dazai selayaknya maniak perfeksionis sekelas Kunikida, atau mungkin mengamuk seperti si Cebol dari Port Mafia Nakahara Chuuya, atau yang terparah membunuh Dazai (yang sebenarnya sangat ingin mati di tangan wanita yang cantik)
Sebuah pijatan lembut merelaksasi area pundak dan bahu Dazai, manik hazelnya mendapati (Y/N) yang sudah berada di dekatnya sambil memijatinya
"Kau sudah bekerja keras, arigatou"
Dazai menarik (Y/N) dan mengecup bibir istrinya sekilas, kini Dazai sudah memeluk pinggang istrinya, menempatkan wajahnya tepat di perpotongan bahu dan leher (Y/N) menghirup aroma kopi yang benar benar telah menjadi candu baginya hingga membuat (Y/N) sedikit bereaksi geli
"Da... Dazai-san..."
"Kapan kau mau memanggil namaku dengan benar?" Dazai berbisik dan menjilati telinga (Y/N)
"Da... Dazai... hentikan, kumohon"
Dazai melepas pelukannya, memerhatikan istrinya dengan wajah yang memerah dan nafas yang sedikit tersenggal. (Y/N) menutupi wajahnya dengan sebelah tangan tanpa berani menatap suaminya
"Maaf, aku akan membuatkan makan siang dan menjemur pakaian" (Y/N) berbalik dan meninggalkan Dazai
"Ugh... kawai.... Tak kusangka dia bisa menjadi seimut itu" ucap Dazai sambil membenamkan muka di antara dua telapak tangannya.
***
SKIP~ Hari sudah malam, (Y/N) meninggalkan Dazai di rumah untuk membeli sesuatu di minimarket dekat rumahnya. Kenapa harus malam-malam? Ada discount khusus yang hanya dapat diambil diatas jam delapan malam, jarang jarang (Y/N) mendapatkan discount untuk lima produk sekaligus
Berbeda dari wanita pada umumnya, (Y/N) hanya butuh waktu kurang dari enam menit untuk keluar dari minimarket dan membawa belanjaannya, ia benar benar tidak ingin membuang waktunya. Apa lagi membiarkan Dazai di rumah sendirian dengan keadaannya yang menghawatirkan
Terlihat siluet seseorang dalam kegelapan, semakin (Y/N) mendekat semakin terlihat siapa yang berdiri disana
"Berjalan sendirian di malam hari itu berbahaya" surai senja mulai muncul setelah sang pemilik siluet maju mendekati (Y/N)
"Nakahara Chuuya-san, maaf aku harus segera pulang. Tolong menyingkirlah!" Seketika Chuuya merasakan adanya dorongan agar dia menyingkir dari hadapan (Y/N) (tanpa perlu disentuh)
"Cih... Megami no Meirei tidak ada apa apanya dengan Yogorecchimatta Kanashimi ni milikku"
"U... uwah!!" (Y/N) terbang melesat ke arah Chuuya yang kini telah memasukkannya ke dalam mobil
"Diamlah! Belanjaanmu akan sampai ke rumahmu, sekarang cukup duduk diam seperti boneka manis disitu!"
Sebuah pipa besi mengikat kedua tangan (Y/N) dengan kemampuan yang dimiliki Chuuya, tidak lupa juga sebuah lakban hitam yang turut menutupi mulutnya. Pasalnya (Y/N) hanya bisa mengeluarkan kemampuan dengan membuat targetnya mendengar perintahnya
Dilihatnya atap rumah bergaya tradisional Jepang yang ia tau pasti adalah rumah peninggalan orangtuanya, ia sempat panik memikirkan apa yang akan Chuuya lakukan. Eksekutif kecil itu hanya keluar dari mobil dan meletakkan belanjaan tepat di depan pintu rumah setelah melompati tembok pembatas yang lebih tinggi dari Chuuya sendiri
"Kami-sama... jagalah Dazai dan izinkan aku pulang kepadanya".
***
Ruangan lembab yang terlihat cukup gelap mengelilingi (Y/N), ia berdiri dengan kedua tangan yang terikat rantai pada sebuah tembok di belakang tubuhnya. Terlihat seorang laki-laki berpakaian serba hitam dengan surai yang senada namun ada pula sedikit warna putih di ujung rambutnya, dari belakang tubuhnya muncul sebuah bayangan hitam yang meliuk liuk disela langkahnya mendekati (Y/N)
SRAK
"Ugh..." sebuah luka sayatan kecil membuat pipi (Y/N) berdarah
"Akan kuberi lebih banyak luka padamu jika kau tidak menjawab pertanyaanku dengan benar"
"Apa yang kau inginkan Ryunosuke-san?"
"Informasi yang kau curi dari Port Mafia dan Dazai"
"Tidak ada yang akan kukakatan, menying-"
GREB
Bayangan hitam yang cukup padat itu menutupi mulut (Y/N), laki-laki emo bernama Ryunosuke Akutagawa terbatuk sebelum berhasil menjambak surai (Y/HC) wanita di depannya
"Sekali kau menggunakan kemampuanmu dan bukan memberiku informasi yang kuinginkan, akan kutembus perutmu"
(Y/N) menelan saliva dengan susah payah hingga Akutagawa melepaskan bayangan hitamnya
"LEPASKAN AKU DAN MENYINGKIRLAH!!" Teriakan (Y/N) membuat Akutagawa secara tak sadar merusak rantai yang membelenggu (Y/N)
Tidak menyia yiakan waktu, (Y/N) berlari menuju pintu keluar yang akan dia dapati setelah menaiki tangga. Tidak lebih dari sepuluh anak tangga ia jejaki, sebuah bayangan hitam milik Akutagawa menembus perutnya
"KHAK..."
Percikan darah keluar dari perut dan mulut (Y/N), kakinya tidak sanggup menahan tubuhnya hingga ia terjatuh dan terguling dari tangga. Pandangannya menjadi kabur, terakhir kali yang dia lihat adalah tatapan sendu Akutagawa yang sedang berjalan mendekatinya
"Maaf Dazai-san... aku tidak bisa pulang cepat" batin (Y/N).
TBC
Yo... akhirnya chapter 3 selesai
Maaf ya... agak lama updatenya 🙇🙇
Thanks for enjoying my story
See ya....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro