2. TARANG KAGI
Tambah, kurang, kali, dan bagi, singkatnya kusebut dengan TARANG KAGI.
➕➖✖️➗
Apakah dunia ini begitu suram? Atau menyenangkan?
Yang kutahu saat ini adalah dunia yang begitu suram. Mengapa? karena ini adalah sesuatu yang paling aku tak sukai. Segalanya selalu saja menghitung. Memang aku selalu berangan-angan masuk ke isekai. Akan tetapi bukan yang seperti ini, ini sangatlah tidak menyenangkan.
Melihat simbol tambah saja sudah membuatku sedikit mual. Angka-angka kemarin sudah aku bereskan. Dan sekarang, muncul lagi simbol-simbol lain di hadapanku. Tidak lain, itu adalah simbol yang biasa terlihat dalam matematika yaitu tambah, kurang, kali, dan bagi.
➕➖✖️➗
Sepuluh jam telah berlalu. Sebuah kebanggaan bagi diriku sendiri yang dapat memahami simbol-simbol ini dalam kurung waktu yang singkat. Benar, buatku ini adalah sebuah pencapaian yang tinggi dan singkat karena dulu aku sama sekali tak bisa mempelajari matematika.
Ya, aku cukup tak bosan sih karena penampilan para simbol matematika di hadapanku. Mereka ini berwarna sekali dan memiliki karakter yang unik.
Seperti si Rang Rang yang memegang simbol kurang. Dengan warnanya yang biru, ia memiliki sikap sok keren dan gaul. Sedangkan si Tambah adalah orang yang memiliki sikap yang serius, tetapi nada pembawaannya seperti seorang pelawak.
Lama setelah aku memikirkan TARANG KAGI, si Rang Rang datang menemui aku. Ia terus saja tersenyum sambil menatapku jahil. Dari tingkahnya pasti ia akan memberikanku sebuah tugas.
"Eh, Rang Rang. Ada apa?" tanyaku, berpura-pura tak tahu-menahu. Rang Rang yang telah sampai dihadapanku lantas duduk di sampingku.
"Bro, santailah. Dunia ini memang kejam," ucapnya, seperti tahu apa yang sedang aku pikirkan.
"Hah, Apa maksudmu. Maaf aku tak bisa santai, hidup di dunia ini rasanya akan membuatku mati sekarat. Dengar baik-baik. Aku bukanlah tipe orang yang terlalu santai, aku akan keluar dari sini bagaimanapun caranya, meski itu membuat kepalaku seakan meledak." Itulah yang kukatakan kepada Rang Rang meski sebenarnya di dalam hati, aku cukup senang belajar di dunia ini.
"Ok bro. Kalau memang kamu begitu ingin keluar dari dunia ini, berarti kamu sudah siap untuk melawan tantangan apa saja yang kamu hadapi. Inti dari permainan ini, baru akan dimulai. Bersiaplah, taklukkan permainannya, taklukkan dunianya. Level kamu telah naik ke level satu, dan kamu juga telah memahami bagaimana cara menggunakan simbol terdasar matematika."
Rang Rang bangkit dari tempat ia duduk lalu menjulurkan tangannya ke arahku. Sepertinya ia masih menginginkan keputusan bulatku. Alih-alih diriku ini pastilah langsung meraih tangannya karena memang sudah tak ada pilihan lain selain melangkah untuk maju.
"Oke. Aku sudah siap. Tidak, aku akan selalu siap untuk menghadapinya." senyum tipis terlihat dari wajahku, ada semangat yang tak kuduga di dalam diriku.
Rang Rang mulai bergeser tiga langkah dari tempat ia berdiri. Dia menatapku lalu melambaikan tangannya. Lima detik kemudian, pandanganku menjadi kabur, ruang dimensi seakan berputar. Aku seperti melayang dalam dimensi itu, tak lama kemudian kuterjatuh dalam pemandangan yang berbeda.
➕➖✖️➗
bangkit setelah terjatuh, berdiri melihat sekitar. Pemandangan ini memang nyata, tapi tetap saja, pikiranku ini hanyalah sebuah mimpi yang terasa nyata.
Tampak seperti gambar di buku cerita rakyat, tempat ini mungkin saja adalah bentuk dari masa lampau. Ini adalah tempat yang luas, aku tak tahu persis apakah ini sebuah desa ataukah kota. Seluruh bangunan yang terbuat dari kayu dengan tinggi yang tak akan membuatku melongok ke atas.
Berbeda dengan di duniaku, yang mana aku berada di kota Makassar tahun 2137. Bangunan-bangunan di sana sangatlah tinggi, bahkan aku masih ragu dengan bentuk seperti apakah atap yang ada di banyaknya bangunan pencakar langit itu.
Netraku kembali menurun setelah membayangkan gedung tadi di langit yang gelap.
Kalau diperhatikan baik-baik, perumahan di sini hanya memakai bohlam orange untuk menerangi ruangannya dan obor yang menerangi pekarangan di sekitarnya. Jalanan di sini bukanlah bebatuan atau semen yang melapisinya. Akan tetapi, jalanan di sini hanyalah tanah yang sering dilewati hingga tak mungkin akan ditumbuhi oleh rumput dan tumbuhan lainnya.
Puas memperhatikan seluruh tempat ini, aku kemudian mulai melangkahkan kakiku dan seketika muncul sebuah tulisan berlayar biru transparan, sebut saja ini adalah sebuah hologram. Kemunculannya yang tiba-tiba ini membuatku terkejut hingga mengharuskanku menahan kaki untuk melangkah kedua kalinya.
Hologram ini bertuliskan sebuah tantangan yang mungkin harus aku hadapi. Kuperhatikanlah baik-baik apa saja yang harus kulakukan saat ini.
•
[Tantangan utama,
1. Bersihkanlah
2. Satukanlah
3. Jayakanlah
Note: Gunakan otakmu untuk berpikir. Jangan lupa tetap fokus dengan apa yang harus kamu lakukan. Dan, ingatlah pelajaran yang telah kamu pelajari sebelumnya.]
•
Sejenak setelah aku membaca keseluruhan tantangan ini, sekilas aku berpendapat dan bertanya-tanya. apakah ini tantangan dari sebuah dunia yang kuanggap dunia matematika? Ini berbeda dengan apa yang kupikirkan sebelumnya. Yah, sebelumnya aku berpikir bahwa dunia ini akan membuatku Gila akan berhitung, tetapi coba lihat sekarang. Tantangan yang di hadapanku ini menyuruhku untuk membersihkan, menyatukan, dan menjayakan.
Hmm, apakah tantangan ini menyuruhku membakar sampah. Pikirku sampah itu harus dibersihkan, karena dibersihkan maka harus dikumpulkan, selesai dikumpulkan maka harus dibinasakan dengan dibakar atau dikubur, jadilah berjaya dengan tempat yang bersih.
Tapi tampaknya spesifikasiku salah, karena note di bagian akhir menyuruhku untuk menggunakan otak untuk tetap berpikir sesuai dengan apa yang kupelajari sebelumnya, ini berarti ada keterkaitannya dengan matematika.
Dengan terus berdiri di tempat, aku terus memikirkan tulisan dari tantangan yang aku harus hadapi. Terus berpikir dan terus pula tak mendapatkan satu pun petunjuk dan sebab ini pulalah aku tak kunjung pergi dari tempat kuberdiri ini.
Selagi aku masih berpikir keras. Sebuah hologram lagi-lagi muncul dengan mengejutkanku. Kubacalah, dan tampaknya ini adalah sebuah petunjuk yang bertahap (muncul satu per satu setelah menyelesaikan petunjuk sebelumnya)
•
[Carilah seseorang yang bernama Dinata.]
•
Aku kemudian mencari seseorang yang bernama Dinata. Ternyata nama orang itu sudah tidak terdengar asing di telinga para penduduk di sekitar sini. Mengetahui itu aku pun berspesifikasi bahwa orang yang dinamakan Dinata ini adalah orang yang penting bagi tempat ini, ataukah mungkin Dinata ini adalah sosok orang yang terkenal seperti layaknya seorang pedagang keliling.
➕➖✖️➗
Keesokannya, di pagi hari buta, aku pergi meninggalkan rumah penduduk yang ketempati menginap semalaman. Lagi, kumencari orang yang bernama Dinata.
Aku bertanya kepada para penduduk di sini. Para penduduk di sini sangat ramah kepadaku, apa yang aku tanyakan akan selalu dijawabnya. Namun, di saat aku memperhatikannya dengan baik-baik, ternyata para penduduk terlihat begitu waspada. Itu terlihat dari cara pandang mereka saat melihatku, tatapannya ramah tapi tajam.
Walaupun begitu, aku hanya ingin fokus mencari Dinata. Lama kemudian kumenelusuri tempat ini, akhirnya setelah satu jam, aku bertemu dengannya tepat di jalan saat aku menanyainya sendiri.
Seorang pria dewasa dengan tubuh yang kurus dan terlihat lemah, tinggi 170 dan mata yang mulai terlihat rabun. Tapi, kulit mukanya masih terlihat muda. Walau begitu, ternyata aku mengerti, mengapa banyak orang yang mengetahui sosok ini. Karena dia sebenarnya adalah kepala daerah di kota ini.
Dengan ucapan sopan, aku langsung menanyakan akan tempat ini agar nantinya tahu jelas misi yang kudapatkan. Beliau pun menanggapinya dengan tenang sembari tangan kanannya menggenggam erat baju kaus di bagian dadanya lalu memulai cerita masa lalu akan Kota yang dinamakan Flamesea.
➕➖✖️➗
"Flamesea adalah nama dari tempat ini. Dahulu Penduduk dari tempat ini sangatlah bahagia danselalu merasa aman. Mereka merasa aman sebab ada yang selalu melindungi Flamesea, semangat mereka tak pernah pudar ketika bersama para pejuang. Sebut saja para pejuang itu adalah para Ksatria yang melindungi kota ini.
"Hingga pada suatu ketika, para ksatria itu dibunuh oleh seseorang yang merupakan penduduk Flamesea itu sendiri. Orang yang membunuh para ksatria itu ternyata sudah membentuk suatu organisasi. Yang dimana organisasi itu bertujuan untuk mengkhianati kota Flamesea karena sangat tidak setuju dengan peraturan-peraturan yang ada di kota Flamesea ini.
"Dengan tujuan untuk mengubah peraturan di kota Flamesea ini. Akhirnya mereka membantu wilayah Pute untuk memperluas kekuasaannya ke kota Flamesea.
"Dimulai dengan membunuh para ksatria yang melindungi kota ini, kemudian menyerang kota Flamesea. Para penduduk kota ini pun menjadi panik karena para ksatria telah dihabisi oleh para kelompok itu.
"Setelah kejadian itu, kota flamesea pun telah diambil alih oleh wilayah Smuto. Kini yang tersisa hanyalah sebagian yang sangat kecil dari Kota Flamesea yang terletak di wilayah Bodhas bagian Utara.
"Seiring waktu berjalan. Akhirnya penduduk di sekitar Flamesea bekerja sama dengan beberapa kota di Wilayah Bodhas untuk membangun sebuah organisasi yang bertujuan untuk mempersatukan para orang yang berilmu atau berpendidikan tinggi dan menyingkirkan sifat-sifat buruk seperti orang-orang yang menyerang para ksatria. Selain itu organisasi ini bertujuan untuk membangun karakter yang tangguh, kuat, dan terampil.
"Nama organisasi ini disebut dengan Persatuan Para Master Bodhas (PPMB) yang dipimpin oleh saya, Dinata.
"Para master yang sudah terkumpul akan mengajari penduduk Bodhas. Sayangnya, organisasi ini masih belum berjalan lancar.
"Para master yang akan mengajari penduduk Bodhas sampai saat ini masih belum disebarkan. Mereka berkumpul di Flamesea, kota ini."
■■■■■■
Sekedar informasi
Kota Flamesea, berasal dari dua kata yaitu flame yang berarti api dan sea yang berarti laut, sehingga makna dari kota Flamesea adalah lautan api. Konon, dahulu di kota ini sering terjadi kebakaran sebab bangunannya yang terbuat dari kayu yang mudah terbakar. Walaupun begitu, sampai sekarang bangunan di kota Flamesea tetap di bangun seperti dahulu. Karena, para warga tak ingin lepas dari adat istiadatnya yaitu rumah khas kayunya.
°°°°°
Dukung terus yah dengan
Vote dan follownya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro