I
Nyari kerjaan zaman sekarang tuh kayak nyari jarum di tumpukan jerami, susah. Entah banyak persyaratan lah, entah nggak punya koneksi orang dalem lah, apa lah.
Gue selalu nggak keterima saat interviu, padahal gue ngerasa jawaban yang gue berikan cukup memuaskan ke orang HRD. Isu-isu posisi yang gue incer udah diisi kolega orang dalem selalu berhembus kenceng yang bikin gue makin down.
Orangtua gue cuma orang biasa, yang nggak punya koneksi apa-apa untuk ngebantu anaknya dapet pekerjaan. Jadilah gue masih pengangguran sampai saat ini, meskipun udah pontang panting cari kerja kesana kemari.
"Gue ada lowongan nih, di Zhang Corp. Jadi asisten pribadi, gaji lebih dari cukup kayanya," kata Zahra ke gue.
Zahra temen kuliah gue, dia udah kerja duluan tiga bulan yang lalu di Golden Park Group. Gue sempet minta dimasukin sama dia sih soalnya dia lagi deket sama direkturnya, tapi sangat disayangkan satu-satunya posisi yang kosong udah diambil sama saudara si direkturnya.
"Ra, yang bener aja lo gosipnya kan itu perusahaan agak-agak," kata Joana yang membuat alis gue terangkat sebelah.
"Agak gimana Jo?" tanya gue heran.
"Bosnya galak dan seenaknya, nggak ada yang betah. Bahkan nggak ada yang lolos tes waktu penerimaan asisten pribadinya, soalnya yang tes bosnya langsung," timpal Rasti.
Di antara kita berempat, cuma gue yang belum kerja, emang deh dosa apa gue di masa lalu sampe kayak gini susahnya nyari kerja.
"Serius? Takut nih gue mau ngelamarnya jadinya." Ngedenger rumor kayak gitu di saat kayak gini bikin nyali gue semakin menciut.
"Coba aja dulu, cari kerja tuh kayak nyari jodoh, sama nggak ketebak," usul Zahra.
"Susah juga ya?" Joana menoyor kepala gue karena pertanyaan yang seharusnya nggak perlu gue ajukan itu.
"Kelamaan jomblo Jo, jadi maklumin aja," timpal Rasti mencibir.
Dasar temen-temen kurang ajar!
"Bosnya ganteng tapi, serius." Perkataan Zahra membuat tawaran itu menjadi lebih menggiurkan.
"Lo pernah ketemu?"
"Orangnya temenan sama cemceman gue, mereka sering hang out bareng," jawab Zahra.
Zahra ini punya selera yang cukup tinggi kalau soal cowok, kalau dia bilang ganteng, berarti beneran ganteng. Beda sama Joana yang sedikit dipertanyakan seleranya soal cowok, mantan pacarnya yang keturunan Thailand itu memang cukup ganteng, tapi kelakuannya yang sedikit hiperaktif dan cenderung cerewet membuat gantengnya hilang di mata gue.
"Tau-taunya udah punya bini sama anak lagi," kata gue sangsi.
"Kagak kok, dia single. Eh, dibilang single juga enggak." Zahra keliatan mikir, sebelum mengambil kesimpulan, "Pokoknya tiap ngumpul gonta ganti cewek. Playboy kayaknya."
"Bisa ya orang galak jadi playboy?"
"Bisa aja kalo profesional, beda urusan kantor sama urusan luar," timpal Rasti.
"Udah coba aja git, kali aja lo nyantol," nasihat Joana.
"Nyantol apanya nih?" Ucapan Joana terasa terlalu ambigu untuk gue.
"Ya kerjanya lah, kalo ama bosnya sekalian malah bagus!"
"Gue bukan lo yang ada main sama bos lo sendiri ya Jo," sindir gue. Setelah putus dengan mantan pacarnya yang sedikit absurd itu. Joana akhirnya menjalin hubungan dengan bosnya yang jauh lebih tinggi dalam ukuran tubuh dan juga selera dibandingkan mantan pacarnya.
"Awas lo kalo ntar ada main sama bos lo," Rasti kini mencibir. Gue hanya mengerucutkan bibir gue dengan kesal.
"Kalo mau, gue kasih alamat perusahaannya nih ke lo." Sepertinya Zahra tidak menyerah dengan usulannya.
"Boleh deh, kali aja jodoh!" jawab gue asal.
"Ama kerjaan apa bosnya?" tanya Rasti dengan mata memicing dan menahan senyum penuh arti.
"Ya kerjaan lah, sekarang gue lebih butuh kerja dibanding cowok!"
"Kalo dia keterima kerja, liat omongannya sebulan lagi. Pasti pengen nyari cowok deh," tukas Zahra yang diangguki kompak oleh Rasti dan Joana.
Yes, we will see girls!
***
Pada akhirnya gue duduk di Zhang corp. ini untuk interviu. Ada tiga orang yang interviu hari ini dan gue urutan terakhir.
Peserta pertama, keluar setelah sepuluh menit dengan wajah muram. Gue makin deg-degan. Segalak itu kah?
Peserta kedua keluar setelah tiga puluh menit dengan raut wajah yang nggak lebih baik dari peserta pertama.
Berarti sekarang giliran gue.
Gue pun masuk ruangan dan ngeliat laki-laki yang lagi serius menatap layar laptopnya.
"Selamat pagi pak," sapa gue yang dijawab anggukan singkat sama dia tanpa menolehkan kepalanya ke arah gue.
Gue pun menaruh lamaran gue di mejanya dan menunggu apa yang dia perintahin atau tanyain selanjutnya.
"Duduk di situ jangan bergerak sampai saya selesai dengan urusan saya," ucap laki-laki itu dengan datar, namun penuh dengan 'perintah' yang tersirat.
Beneran galak kayaknya...
Gue pun mengikuti perintahnya untuk diam dan duduk di depannya.
Detik berlalu, menit berlalu sampai jam pun berlalu, gue udah keram untuk duduk nggak bergerak hampir tiga jam! Dan laki-laki di depan gue sama sekali nggak mengeluarkan suaranya! Sedikit pun!
Gue menghela napas, sepertinya lebih keras dari seharusnya karena laki-laki di depan gue ini tiba-tiba ngarahin pandangannya ke gue.
"Kamu saya terima."
Hanya tiga kata, tapi sukses membuat gue terbelalak.
"Hah?!" kaget gue spontan.
"Mulai besok kamu kerja jadi asisten saya,"
Enggak ada intervieu apa-apa? Pertanyaan apa gitu? Riwayat pendidikan? Lamaran gue aja nggak dia sentuh.
"Jam kerja mulai jam tujuh pagi, pulang jam lima sore. Kalau saya ada acara tambahan atau ke luar kota kamu harus ikut. Gaji akan saya tambah sesuai dengan waktu yang terpakai. Ini kartu nama saya," kata laki-laki itu sambil menyerahkan kartu namanya ke gue.
Zhang Yixing, Chief Executive Officer Zhang Corp. Kartu nama berwarna coklat tua dengan aksen mengkilap keemasan tersebut sepertu menggambarkan selera laki-laki ini yang cukup tinggi.
"Ada pertanyaan?"
Gue mengerjapkan mata, masih tidak percaya dengan kenyataan gue bisa mendapatkan pekerjaan dengan begitu mudahnya. Hanya duduk diam selama kurang lebih tiga jam."Kenapa saya diterima Pak? tanpa interviu?"
"Saya nyari asisten yang ngikutin apa peritah saya, dan kamu yang bertahan cukup lama untuk duduk di kursi itu,"
FAK. ALESAN MACEM APA INI?!
Tapi gapapa sih gue jadi dapet kerja. Hehe...
"Ini kontrak kerjanya, kamu boleh bawa pulang dan baca baik-baik, besok kamu bisa kembali lagi ke sini." Laki-laki itu menyerahkan map ke gue dengan lambang perusahaan yang berbentuk seperti pohon.
"Terimakasih Pak," ucap gue sambil ngambil map dari tangannya.
Setelahnya gue keluar dari ruangannya dengan langkah yang tertatih karena ...
GUE KERAM!
Saat di luar ruangan, gue bertemu cowok cakep yang lagi ngemut lolipop. Dia keliatan kaget ngeliat gue keluar dari ruangan bosnya
"Loh, lo yang ngelamar kerja kan?" tanya cowok ber-name tag Baekhyun itu.
Sapaannya sama sekali nggak formal. Mungkin karena usia kami keliatannya nggak terlampau jauh. Gue memilih untuk hanya menganggukan kepala gue sebagai pengganti jawaban iya.
Dia ngeliat jam di tangannya sebelum nengok ke arah gue lagi, "lo diterima?"
Gue kembali menganggukan kepala gue sambil berjalan tertatih ke arah kursi.
Gue bisa ngeliat cowok yang namanya Baekhyun itu ngeliat ke arah gue dengan pandangan menyelidik.
"Si bos gila! calon karyawan aja dipake sama dia sampe nggak bisa jalan gitu," kata Baekhyun sambil berlalu.
DIPAKE APAAN ANJIR?!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro