Save her
"Atsumu-kun menghamili mantan pacarnya!"
"HAH?!" Mata Wakatoshi membulat.
"Me-menghamili?!" Aika terkejut lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Nii-san?" Kaede menatap wajah sang kakak saat dia merasakan genggaman yang cukup kuat di bahunya.
"Dimana dia sekarang?!!" Wakatoshi menatap Kaede dengan tatapan penuh amarah.
"Tunggu Wakatoshi! Jangan gegabah!" Aika meraih bahu Wakatoshi. "Tenangkan dirimu ya..."
"Dia sudah membuat Kaede menangis! Bagaimana aku bisa tenang?!"
"Tapi marah pada Miya-san tidak akan menghasilkan apapun! Tenang ya..."
"Aika benar." Kaede menunduk. "Aku sudah tidak mau berurusan lagi dengannya. Semuanya sudah selesai..."
Wakatoshi mengepalkan tangannya. Dia sungguh tidak terima adik perempuan satu-satunya itu tersakiti.
"Atsumu memang pria brengsek. Ini akan menjadi hukuman untuknya." Sakusa yang sejak tadi diam pun mulai membuka mulut.
"Kemasi barangmu. Kita ke Miyagi sekarang!"
"Miyagi?"
"Ikou Kaede-san." Aika menggandeng tangan Kaede dan masuk ke kamar.
'Lebih baik aku memaksanya bersama Kageyama dari pada harus melihatnya tersakiti. Kageyama pria baik-baik, dia tidak akan menyakiti Kaede.'
"Terima kasih sudah mengantar Kaede pulang, Sakusa." Wakatoshi duduk di kursi meja makan, begitu juga dengan Sakusa.
"Tadi aku bertemu dengannya di depan gym tempat kami biasa berlatih. Dia bersikap aneh."
"Bersikap aneh?"
"Iya. Lalu Atsumu datang dan mereka bertengkar. Saat itu aku hanya merasa kesal dengan Atsumu karena aku pikir dia memperlakukan Kaede sama seperti para perempuan yang dia permainkan. Tapi ternyata yang dia lakukan jauh lebih buruk."
"Aku akan membawa Kaede ke Miyagi dan membuatnya sadar kalau ada pria baik-baik yang tulus mencintainya."
"Ya. Kaede lebih pantas bersama pria baik-baik. Kau tenang saja Wakatoshi-kun. Aku tidak akan membiarkan Atsumu mendekati Kaede lagi."
"Sankyu, Sakusa."
___
Perjalanan menuju Miyagi.
Kaede duduk diam di kursi belakang. Dia melihat keluar jendela dan menghela nafas. Suara notifikasi pun terdengar dari smartphonenya yang ada di dalam tas. Dengan malas dia mengeluarkannya dan membuka kunci layar.
"Hm?"
Ada notifikasi yang muncul dari twitter. Beberapa kali namanya disebut. Dia pun tidak mempedulikannya dan meletakkan smartphonenya di samping.
Atensinya kembali ke pemandangan luar jendela. Suara-suara notifikasi smartphonenya tidak bisa membuatnya memalingkan wajah dari jendela.
'Aku dan Atsumu-kun sudah selesai... Kami sudah tidak bisa bersama lagi... Semuanya sudah berakhir...'
Memori bersama sang pujaan hati yang kini sudah tidak bisa digapai pun muncul di otaknya. Kenangan lucu saat pertama kali mereka bertemu, kenangan menyenangkan saat mereka pertama kali jalan bersama, kenangan membahagiakan saat mereka mulai resmi menjalin hubungan, kenangan pahit saat mereka bertengkar, dan kenangan romantis saat acara ulang tahun mereka. Semua terputar dengan jelas di kepala Kaede.
'Kita masih saling mencintai, tapi cinta kita sudah tidak ada artinya lagi. Perempuan itu dan anak yang dikandungnya membutuhkan Atsumu-kun... Bayi yang tidak berdosa itu akan menderita jika Atsumu-kun tidak bersamanya... Karena itu Kami-sama, tolong buat Atsumu-kun mencintai perempuan itu beserta anak yang dikandungnya. Semoga Atsumu-kun bisa menjadi ayah yang baik dan mereka bisa menjadi keluarga yang bahagia...'
Kaede mengepalkan tangannya dan menggigit bibir bawahnya. Air matanya yang sudah menggenang tidak bisa dia tahan lagi.
'Relakan Atsumu-kun Kaede! Ada orang yang lebih membutuhkannya! Jangan jadi perempuan yang egois! Kau harus kuat!'
Kaede berusaha menyemangati dirinya sendiri. Tapi yang dia lakukan itu malah membuat air matanya mengalir semakin deras.
'Aku mohon berikan aku kekuatan, Kami-sama..."
Kaede mengangkat kakinya dan mulai memeluk lututnya. Mobil itu lalu dipenuhi oleh suara isakan tangis Kaede yang selama ini tidak pernah dia tunjukkan.
Aika dan Wakatoshi yang duduk di depan pun hanya bisa diam. Bahkan Aika ikut menangis mendengar suara tangisan Kaede yang sangat jarang dia dengar. Wakatoshi pun marah. Sangat marah pada Atsumu yang sudah menyakiti Kaede dan pada dirinya sendiri yang merasa tidak bisa menjaga dan melindungi Kaede.
Suasana berat di dalam mobil itu berlangsung sekitar tiga puluh menit sebelum Aika memecah suasana dengan mengajak Wakatoshi membeli makan siang.
"Ne, Wakatoshi, Kaede-san, ka-kalian tidak lapar? Ma-mau beli bento di konbini?" Aika tersenyum menatap Kaede.
Kaede menatap Aika yang berusaha mencairkan suasana. Terlihat mata Aika sedikit merah.
"Um." Kaede tersenyum tipis. Perasaannya sedikit membaik saat melihat senyuman Aika.
Sambil mencari konbini, Kaede pun akhirnya memberikan atensinya pada smartphone yang tergeletak di sampingnya. Dia pun membuka notifikasi yang sudah menumpuk itu.
Alisnya berkerut saat membaca berita dan komentar netizen di bawahnya. Rasa kesal dan sakit hati pun muncul di dadanya. Dia lalu melakukan hal yang tidak biasa dia lakukan dengan menanggapi berita tentangnya di sosial media.
Setelah memberikan komentar itu, puluhan notifikasi muncul. Banyak netizen yang membalas komentarnya dengan kalimat pedas dan menyakitkan. Tidak hanya puluhan, bahkan ratusan komentar muncul.
'Apa-apaan ini?! Kenapa para pemuja Atsumu-kun semakin menghujatku seperti ini?! Kami sudah putus! Jika kalian mau menghujat, hujat saja perempuan yang sedang mengandung anak Atsumu-kun! Aku sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan dewa kalian itu!'
Kaede sangat kesal. Dia sangat ingin membalas komentar pedas para pemuja Atsumu tapi dia mengurungkan niatnya.
'Jika aku membalas mereka, itu tidak akan ada habisnya.'
Kaede pun mematikan notifikasi twitter dan sosial medianya yang lain. Dia sedang tidak ingin melihat komentar orang-orang mengenai hubungannya dengan Atsumu. Padahal hubungan mereka sudah kandas.
Lalu mobil pun berhenti di pinggir jalan. Kaede pun turun dan berdiri di depan pintu masuk konbini dan melihat di sekitar.
"Aku tidak lapar..."
"Tidak boleh Kaede-san! Kau harus makan!" Aika menarik tangan Kaede untuk masuk ke dalam konbini.
Kaede pun mengukuti Aika. Dia masuk dan melihat-lihat makanan meski sebenarnya dia sama sekali tidak merasa lapar.
"Mau pilih yang mana Kaede-san?" Tanya Aika.
"Pilihkan, akan aku makan."
"Baiklah."
Aika pun memilihkan Kaede makanan yang sama dengannya.
Setelah membayar makanan itu mereka pun melanjutkan perjalanan. Meski Aika mengajak Kaede berbicara, Wakatoshi sama sekali tidak bersuara. Setengah hatinya merasa sakit melihat sang adik terlihat begitu sedih dan terpukul.
Aika pun mulai memakan makan siangnya itu. Dia sedikit melirik Kaede yang hanya menatap datar bungkusan makanan yang ada di pangkuannya.
'Kaede-san memang terlihat seperti perempuan berhati dingin yang sangat sulit didekati, tapi sebenarnya Kaede-san memiliki hati yang lembut dan perasaan yang tulus. Miya Atsumu memang brengsek! Dia tahu kelemahan Kaede-san dan memanfaatkan ketulusan Kaede-san!'
Aika merasa kesal pada Atsumu yang sudah menkhianati dan menyakiti Kaede.
"Kaede-san, makanannya enak lho. Ayo cepat dimakan! Jika terlalu lama didiamkan nanti rasanya akan berubah." Aika menoleh dan tersenyum.
"Um." Kaede mengangguk dan mulai memakan makanannya.
'Aku tidak ingin makan apapun. Tapi Aika sudah memilihkan ini dan Nii-san sudah membayarnya... Aku harus memakannya.'
___
Perjalanan yang cukup panjang itu pun akhirnya berakhir. Mereka telah sampai di kediaman keluarga Ushijima dengan selamat.
Kaede pun langsung masuk menuju kamarnya tanpa memberi salam dan menjawab sapaan dari sang Ibu dan dua pekerja yang ada di rumah itu.
"Setelah meletakkan barangmu temui aku di ruang keluarga." Pesan sang Nenek yang berdiri di depan kamarnya.
Kaede menatap Neneknya beberapa detik lalu masuk ke dalam kamar. Dia meletakkan kopernya dan menjatuhkan diri di ranjang.
'Mau apa lagi si wanita tua itu?'
Setelah berfikir selama beberapa menit, akhirnya Kaede menuruti perintah sang Nenek. Dia masuk ke dalam ruang keluarga dan duduk di depan sang Nenek. Selain Nyonya besar Ushijima, sang Ibu dan sang Kakak juga ikut duduk di situ.
"Ada hal penting yang harus aku sampaikan." Ucap sang Nenek. "Kaede, kau akan dijodohkan dengan putera keluarga Kageyama."
NGIIING
Telinga Kaede seketika tuli saat mendengar kalimat sang Nenek.
"Dijodohkan..." Mata Kaede membulat. Dia terkejut sampai tidak tahu harus merespon seperti apa.
"Aku memiliki hutang budi pada Kageyama, jadi aku memutuskan untuk menjodohkanmu dengan puteranya."
"Hah? Hutang?!"
BRAKK
Kaede menggebrak meja yang ada di depannya.
"Apa-apaan itu?! Jangan bercanda!"
"Ini bukan penawaran, ini perintah! Kau harus melakukan apa yang aku katakan jika kau masih mau menyandang nama Ushijima!"
"Persetan dengan nama Ushijima!" Kaede bangkit dari duduknya. "AKU TIDAK AKAN SUDI MENJADI ALAT UNTUK MEMBAYAR HUTANGMU ITU!!"
"Kaede..." Sang Ibu meraih tangan Kaede.
"JANGAN MEMBANTAH KAEDE!!" Bentak sang Nenek.
"URUSAI!! KAU TIDAK PERNAH MENGANGGAPKU SEBAGAI BAGIAN DARI KELUARGA INI! BERANI SEKALI KAU MENJODOHKANKU UNTUK MEMBAYAR HUTANGMU!"
"Kaede tenanglah nak..."
"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!"
"BERISIK WANITA TUA SIALAN!!" Kaede melangkah menuju pintu. "KAU BAHKAN TIDAK PERNAH MENDIDIK DAN MEMBESARKANKU! JANGAN HARAP AKU AKAN MENURUTI SEMUA PERKATAANMU!"
"KAEDE!!!"
BRAKK
Kaede membanting pintu dan keluar dari ruangan itu. Wajahnya merah, matanya berair, nafasnya menderu, jantungnya berdetak kencang.
'Wanita tua sialan! Bisa-bisanya dia menjadikanku alat untuk membayar hutangnya!'
Kaede mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam kamar.
Sementara itu...
"Okaa-san, kenapa tiba-tiba mengatakan hal itu? Seharusnya hal sepenting itu dibicarakan baik-baik dan dengan penjelasan yang lebih masuk akal!" Ibu Kaede meminta penjelasan pada Nyonya besar Ushijima.
"Gadis seperti dia akan semakin melujak jika kita bicara baik-baik."
"Kaede bukan anak yang seperti itu!"
"Tahu apa kau? Kau kan tidak membesarkannya!"
"Tapi Okaa-san-"
"Sudah diam! Bagaimana pun caranya aku akan tetap menjodohkan gadis itu dengan putera Kageyama!" Sang Nenek bangkit dan keluar dari ruangan itu.
Wakatoshi yang sejak tadi menyaksikan peristiwa diatas pun hanya bisa diam. Dia merasa perjodohan Kaede dengan Kageyama adalah pilihan yang terbaik karena dia tahu Kageyama mencintai Kaede dengan tulus dan tidak akan menyakiti Kaede.
"Wakatoshi kenapa kau diam saja?! Kaede sudah diperlakukan seperti alat!"
"Aku memang tidak suka Baa-san memperlakukan Kaede seperti alat, tapi aku juga ingin Kaede bahagia bersama Kageyama."
"Kaa-san mengerti, tapi seharusnya ada cara lain yang lebih baik! Jika begini kita hanya akan menyakiti Kaede!"
"Saat ini kondisi emosi Kaede masih belum stabil. Kita tunggu waktu yang tepat untuk berbicara padanya."
Wakatoshi bangkit dan meninggalkan ruangan itu. Dia menghampiri Aika yang ada di ruang tamu.
"Aku mendengar suara Kaede-san. Dia terdengar sangat marah. ada apa Wakatoshi?" Tanya Aika saat melihat kekasih besarnya berjalan ke arahnya.
"Baa-san menjodohkan Kaede dengan Kageyama." Wakatoshi duduk di samping Aika.
"Hah?! Dijodohkan?!" Aika terkejut. "Obaa-san suka meminta hal-hal yang tidak masuk akal ya..."
"Aku ingin Kaede bersama Kageyama. Kageyama tidak akan menyakitinya."
"Wakatoshi..." Aika meraih tangan Wakatoshi. "Aku tahu kau ingin yang terbaik untuk Kaede-san, tapi kau juga harus melihat bagaimana perasaannya. Meski sudah disakiti, dia masih mencintai Miya-san. Jika tiba-tiba memintanya untuk menerima Tobio-chan itu mustahil."
"Lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Mendukung dan menghiburnya. Kau kan kakaknya, dia pasti membutuhkanmu."
Wakatoshi terdiam. Yang dikatakan Aika memang benar adanya dan dia sendiri juga menyadari kalau keadaan Kaede saat ini sedang sulit.
"Wakatoshi menyayangi Kaede-san kan? Tidak mau kehilangan Kaede-san lagi kan?" Pertanyaan Aika dijawab anggukan oleh Wakatoshi. "Kalau begitu jadilah kekuatan bagi Kaede-san." Aika tersenyum.
Wakatoshi menatap Aika lalu mendekapnya. "Arigatou Aika."
"Um. Douitashimashite." Aika mengusap punggung Wakatoshi.
___
Pukul 18.15
Aika pulang ke kediaman Kageyama.
"Are? Tobio-chan ada di rumah?" Aika sedikit terkejut saat melihat Kageyama tengah bersantai di ruang keluarga.
"Kau sendiri tumben pulang kesini." Ucap Kageyama yang sedang menyendok corn soup buatan sang Ibu.
"Banyak hal terjadi hari ini. Entah kenapa aku ingin bertemu keluargaku." Aika duduk di samping Kageyama.
"Souka."
"Hari ini Kaede-san pulang ke Miyagi."
"Yang benar?!" Kageyama terlihat senang.
"Um. Tapi dia sedang banyak masalah."
"Masalah?"
"Iya. Mungkin saat ini dia sedang menangis di kamarnya." Aika lalu menatap Kageyama. "Ne Tobio-chan, mau coba menghibur Kaede-san?"
"Tentu saja!" Kageyama bangkit. "Aku akan ke rumah Ushijima-san!" Dia berlari menuju kamarnya untuk ganti baju.
"Ganbatte Tobio-chan." Gumam Aika sambil tersenyum.
___
Kediaman Ushijima.
Kini Kageyama sudah berdiri di depan rumah itu. Dia sedikit merapikan penampilannya sebelum memberi salam.
"Ara Tobi-kun." Nyonya muda Ushijima yang sedang merapikan gekkan pun menyambut Kageyama. "Masuklah."
"O-ojamashimasu..." Kageyama melangkah masuk.
"Ada perlu apa?"
"A-apakah Kaede ada?"
"Dia ada di kamarnya."
"Apa aku boleh menemuinya?"
"Tentu saja. Ayo aku antar."
"Arigatou gozaimasu."
Nyonya muda Ushijima menggiring Kageyama ke kamar Kaede.
TOK TOK
Sang Ibu mengetuk pintu kamar Kaede saat mereka sampai.
"Siapa?" Suara Kaede terdengar lirih dari dalam.
"Tobio-kun mencarimu." Jawab sang Ibu.
Di dalam, Kaede yang masih menangis sedikit terkejut saat mendengar nama Kageyama. Dengan ragu-ragu Kaede melangkah menuju pintu sambil menghapus air matanya. Dia membuka pintu sedikit dan mengintip dari situ.
"Y-yo..." Sapa Kageyama dengan rona merah di wajahnya.
Kaede menatap Kageyama beberapa detik lalu membuka lebar pintunya.
'Dia menangis?' Pikir Kageyama saat melihat wajah Kaede.
"Masuklah, Tobio-kun." Kaede melangkah menuju pintu yang menghubungkan kamarnya dengan beranda belakang.
Kageyama mengikuti Kaede dan keluar ke beranda belakang setelah Kaede membuka pintu. Mereka lalu duduk berdua di situ.
"Apa kabar?" Tanya Kageyama.
"Jika aku jawab baik-baik saja apa kau akan percaya?"
"Tentu saja tidak." Kageyama meraih tangan Kaede. "Jika ada masalah ceritakan saja padaku."
Kaede memalingkan wajahnya. Dia tahu pria di depannya ini mencintainya dan tidak akan diam saja saat tahu dia disakiti oleh pria lain, tapi dia juga merasa sedikit ragu untuk menceritakan masalahnya.
"Jika kau tidak mau menceritakannya tidak apa-apa." Kageyama bangkit, membuat perhatian Kaede tertuju padanya. "Mau keluar? Setidaknya aku ingin kau tidak suntuk di dalam rumah." Kageyama mengulurkan tangannya.
"Um." Kaede mengangguk lalu meraih uluran tangan Kageyama dan bangkit. "Aku akan ganti baju."
"Baiklah aku akan tunggu di depan." Kageyama melangkah keluar dari kamar Kaede.
Kaede melangkah menuju kopernya yang masih tertutup rapat. Dia membuka koper itu dan mengambil baju yang akan dia kenakan. Dia lalu menemukan coat pemberian Kageyama saat perayaan ulang tahunnya.
"Kau akan dijodohkan dengan putera keluarga Kageyama."
Perkataan sang Nenek terngiang di telinganya. Dia seketika terdiam lalu menghela nafas.
'Sebenarnya ada apa dengan hidupku?'
___
"Kau sudah makan? Mau makan dulu?"
Kageyama menggandeng tangan Kaede saat mereka sampai di AEON. Perjalanan mereka menuju AEON sangat terjamin karena Wakatoshi bersedia memberikan tumpangan pada mereka berdua.
"Um." Kaede mengangguk. Dia menatap tangannya yang digandeng oleh Kageyama.
'Tangan Tobio-kun sama seperti tangan Atsumu-kun. Besar, kuat, dan terasa sedikit kasar. Dan juga genggaman tangannya terasa hangat. Tapi meski begitu Tobio-kun bukan Atsumu-kun...'
"Kau mau makan ap-" Kalimat Kageyama terpotong saat menatap Kaede. "Kau menangis? Ada apa?" Tanya Kageyama.
"Eh?" Kaede sedikit terkejut. "Ke-kenapa ya?" Dia mengusap pipinya. "Gomen..."
"Kita duduk di situ." Kageyama menarik tangan Kaede dan mereka memasuki McD yang kebetulan ada di dekat mereka. "Duduklah. Aku akan pesankan minuman."
"Um." Kaede mengangguk lalu dia duduk di meja yang kosong.
Seperti biasa, orang-orang di sekitar mereka memperhatikan dan membicarakan mereka.
"Itu bukannya Kageyama Tobio? Dia datang bersama seorang gadis!"
"Gadis itu kan Ushijima Kaede! Kenapa dia bersama Kageyama Tobio? Bukannya dia pacar Miya Atsumu?"
"Siang tadi aku baca di twitter, akun Glory Magz bilang kalau Ushijima Kaede dan Miya Atsumu berpacaran!"
"Yang benar?!"
"Lalu kenapa dia bersama Kageyama Tobio?"
"Jangan-jangan dia playgirl!"
"Hus jangan keras-keras!"
Mendengar pembicaraan itu, Kageyama menatap tajam orang-orang yang membicarakan mereka. Dia lalu segera menghampiri Kaede setelah mendapat pesanan dan membayarnya.
"Ini." Kageyama memberikan secangkir kopi hangat.
"Arigatou."
Kageyama menatap Kaede. Dia menghela nafas saat melihat wajah Kaede yang terlihat kacau.
'Wajahnya pucat, matanya sembab, tatapannya kosong... sebenarnya apa yang sudah terjadi padanya? Dia bahkan menangis tanpa sadar.'
"Kaede..." Panggil Kageyama. "Apa yang terjadi padamu?"
"Eh?" Kaede sedikit kebingungan saat Kageyama melontarkan pertanyaan itu.
Kaede menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan tangannya.
"Aku..." Dia berusaha menahan air matanya. "Aku putus dengan Atsumu-kun."
"Ha?" Kageyama sedikit tidak percaya dengan pernyataan Kaede. "Pu-putus?!"
Ribuan bunga pun mekar di hati Kageyama. Dia merasa senang saat mendengar Kaede putus dengan Atsumu. Tapi itu hanya sesaat. Bunga-bunga yang mekar dan perasaan senang itu menghilang seketika saat melihat air mata Kaede kembali mengalir.
"Atsumu-kun menghamili mantan pacarnya..." Ucap Kaede lirih.
"A-apa maksudmu?!"
Kaede tidak menjawab. Dia menatap Kageyama dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
'SIAL! Ternyata Miya-san memang pria brengsek! Aku tidak akan memaafkanmu yang sudah menyakiti Kaede!'
"Jangan menangisi pria brengsek sepertinya." Kageyama mengusap pipi Kaede. "Dia tidak pantas untukmu. Aku juga tidak bisa bilang kalau aku lebih pantas untukmu, tapi setidaknya aku akan menjagamu. Aku akan pinjamkan bahuku untukmu, dan aku akan hapus air matamu."
"Arigatou Tobio-kun..."
'Aku akan membunuhmu saat aku bertemu denganmu, Miya Atsumu!'
Lalu di sisi lain...
Seorang gadis imut bersurai orange tengah berjalan bersama temannya, gadis bersurai coklat dan berkacamata.
Mereka menenteng beberapa kantung belanjaan dan tertawa bersama.
"Kau tahu aku sebenarnya lebih suka yang warna pink!"
"Jangan seperti anak kecil, Minami! Warna merah lebih cocok untukmu!" Gadis bernama Himejima Aiha itu mencolek hidung Azusa.
"Hai' hai'!"
"Hmm?" Aiha memusatkan pandangannya pada sesuatu.
"Ada apa?"
"Itu..." Dia menunjuk sesuatu. "Itu bukannya Kageyama?"
"Hah?! Dimana?!"
"Itu! Di McD!"
Azusa pun melangkahkan kakinya agar bisa melihat lebih jelas.
"Iya benar itu pangeranmu, Minami! Dan yang bersamanya itu... Ushijima Kaede?! Kok bisa?!"
"Tobio-kun sedang bersama Kaede-san..."
'Kenapa aku harus melihat mereka saat sedang berdua seperti itu?'
"Kenapa mereka duduk berdua?"
"Tobio-kun menyukai Kaede-san..." Azusa terlihat murung.
"HAH?! SI RAJA EGOIS ITU BISA MENYUKAI PEREMPUAN?!!"
"Um. Dia mengatakannya dengan sangat jelas di depanku."
"GILA!" Aiha tidak percaya dengan perkataan Azusa. "Jika benar begitu maka kau menyerah saja. Lawanmu itu Ushijima Kaede! Model yang namanya sedang naik daun! Kau dan dia itu bagaikan merpati putih dan gagak! Tentu saja Ou-sama itu lebih memilih merpati putih dari pada gagak!"
"Kau ini temanku apa bukan sih?!"
"Tentu saja temanmu! Karena itu aku menyampaikan kenyataan padamu! Menyerahlah sebelum kau semakin terluka!"
'Otakku juga mengatakan hal yang sama, tapi hatiku tidak bisa menerimanya! Aku mencintai Tobio-kun, tapi aku tahu aku tidak akan bisa mendapatkan cintanya.'
_________________
Yosh
Akhirnya bisa update jugaa
Maafkan saya yang telat updatenya kebangetan 😭😭😭
Sebagai permintaan maaf saya bikin chapter ini agak panjang ヽ( ·∀·)ノ
Terima kasih sudah mendukung book ini 。·゚·(ノ∀')·゚·。
Semoga para pembaca sekalian tidak kabur karena konflik cerita ini yaaaa (T_T)
Sekian pidato saya
Jangan lupa terus dukung book ini dengan vote dan komen kaliaann
Sampai jumpa chapter depan semuanyaa (^o^)/
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro