Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Family?

"Punggungku sakit. Aku lelah. Aku ingin rebahan." Keluh Kaede saat mereka sudah di dalam mobil.

Mereka dalam perjalan menuju kediaman Ushijima setelah urusan di store selesai.

"Jangan rebahan. Ini masih sore." Tegur Wakatoshi.

"Urusai yo Nii-san." Ucap Kaede datar.

"Maaf Kaede-san gara-gara aku punggungmu jadi sakit." Ucap Kageyama yang duduk di samping Kaede.

"Tidak usah dipikirkan Kageyama-kun. Aku senang kok punya alasan untuk rebahan."

"U-uh..." Kageyama sweatdrop.

"Memang kalian kenapa? Kenapa gara-gara Tobio-chan punggung Kaede-san sakit?" Tanya Aika yang duduk di samping Wakatoshi.

"Tadi saat berkeliling aku dikerumuni orang dan saat aku ingin pergi dari kerumunan itu aku tanpa sengaja terjatuh dan menimpa Kaede-san dan..." Kageyama menghentikan penjelasannya. Wajahnya seketika memerah karena dia ingat adegan ciuman yang tak disengaja itu.

"Dan?" Aika menoleh.

"Dan... dan p-punggung Kaede-san sakit."

"Hmm? Kenapa wajahmu merah seperti itu Tobio-chan?" Goda Aika.

"HAH?!"

"Berhentilah menggodanya, Aika." Tegur Kaede.

"H-hai..."

Kaede mengeluarkan smartphone miliknya dan menjelajahi dunia maya. Kageyama bisa melihat apa saja yang dijelajahi oleh Kaede.

Wajah Kageyama pun berubah masam saat dia melihat nama dan foto-foto Miya Atsumu di layar smartphone Kaede.

Kaede tersenyum tipis saat melihat usernamenya ada di bio Atsumu. Kageyama memancarkan aura yang tidak menyenangkan melihat hal itu. Kaede yang menyadarinya pun menoleh.

"Kau kenapa Kageyama-kun?" Tanya Kaede

"Tidak apa-apa." Jawab Kageyama masih dengan aura menyeramkannya.

"Usotsuki."

Kaede lalu menyimpan kembali smartphone miliknya ke dalam tas.

"Ne Kageyama-kun."

"Hai'?"

"Gadis seperti apa yang kau sukai?" Pertanyaan Kaede membuat wajah Kageyama memerah.

"Ke-kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?!"

"Aku hanya penasaran. Secara penampilan bisa dibilang kau ini idola semua wanita. Kau tampan, badanmu juga bagus."

"Badanmu bagus."

Tiba-tiba Kageyama mengingat kembali insiden kamar mandi di rumah Kaede. Dan kejadian ciuman tak disengaja itu juga muncul di kepalanya. Wajahnya semakin memerah. Jantungnya berdegup kencang, apalagi saat dia menatap wajah Kaede yang ada di sampingnya.

"So-sore wa... sono..."

"Hm?" Kaede memiringkan kepalanya.

'I-IMUT!'

Teriak Kageyama dalam hati.

"A-aku... Sa-saat ini ti-tidak sedang..."

"Kau tidak sedang menyukai siapapun?" Pertanyaan Kaede dijawab anggukan beberapa kali oleh Kageyama. "Kau fokus berkarir di voli?"

"U-um." Kageyama mengangguk lagi.

"Souka." Kaede tersenyum tipis. "Jaa ganbatte ne Kageyama-kun."

'DEG DEG DEG'

"Ga-ganbarimasu!"

'Kuso! Ada apa denganku hari ini?! Memang ini pertama kalinya aku bisa berbicara banyak dengan Kaede-san. Hari ini aku juga sering melihatnya tersenyum. Dia sangat cantik. Dan sangat baik. Tapi kenapa rasanya berbda?'

"Nii-san aku haus." Keluh Kaede.

"Kau berisik Kaede. Tidurlah." Perintah Wakatoshi.

"Nani sore? aku butuh minum bukan butuh tidur." Kaede sedang mencari posisi duduk yang nyaman untuknya.

"Kita berhenti di minimarket dulu saja Wakatoshi. Aku juga sedikit lapar." Ucap Aika.

"Baiklah." Jawab Wakatoshi.

"Dasar bucin!" Ejek Kaede.

Wakatoshi pun segera menepikan mobilnya saat melihat ada minimarket.

"Kaede-san mau minum apa?" Tanya Aika.

"Air mineral."

"Makanan?"

"Roti vanilla."

"Kalau Tobio-chan?"

"Air mineral saja. Tidak usah beli makanan."

"Baiklah. Tunggu sebentar ya."

"Um." Jawab Kaede dan Kageyama bersamaan.

Aika dan Wakatoshi turun dari mobil. Kaede sudah menemukan posisi duduk yang nyaman.

"Setelah minum aku akan tidur." Gumam Kaede.

'Aku hanya berdua dengan Kaede-san di dalam mobil. Sial! Kenapa aku gugup seperti ini?!'

Tidak lama kemudian, Aika dan Wakatoshi masuk ke dalam mobil membawa belanjaan.

"Ini milik Kaede-san." Aika memberikan air mineral dam roti vanilla.

"Arigatou Aika." Kaede lalu meminum minumannya.

Mereka lalu melanjutkan perjalanan pulang mereka. Kaede pun akhirnya sudah masuk ke dunia mimpi.

Kageyama sedikit terkejut saat kepala Kaede bersender di bahunya. Kageyama lalu sedikit bergeser ke arah Kaede agar Kaede bisa lebih nyaman bersandar padanya. Kageyama tersenyum tipis saat melihat wajah tidur Kaede.

___

Mereka sudah sampai di kediaman Ushijima.

"Kaede-san..." Kageyama menepuk bahu Kaede.

"Hnn..." Kaede membuka matanya. Dia lalu mengusap matanya.

"Kita sudah sampai." Ucap Kageyama.

"Umm..." Kaede lalu menegakkan duduknya. "Gomen ne Kageyama-kun aku malah tidur di bahumu."

"Tidak apa-apa Kaede-san."

Mereka lalu keluar dari mobil dan disambut oleh Ibu Kaede.

"Tadaima." Kaede masuk ke dalam rumah.

"Okaerinasai Kaede. Masuk dan mandilah dulu."

"Um." Kaede lalu melenggang ke kamarnya.

Setelah mengambil baju ganti, Kaede menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya.

___

Setelah Kaede selesai mandi sang nenek memanggilnya. Kaede melangkah menuju ruang keluarga. Di depan ruang keluarga ada Kageyama dan Aika yang sedang duduk dan minum teh. Kaede lalu masuk ke dalam ruang tamu. Di sana sudah ada sang nenek, sang ibu, dan Wakatoshi.

"Duduk Kaede!" Perintah sang nenek.

Kaede pun duduk di samping Wakatoshi.

'Ada apa dengan suasana ini? Sepertinya hal yang merepotkan akan muncul.'

"Aku dengar dari Wakatoshi kau pulang mabuk berat dengan pria yang baru saja kau kenal?" Tanya sang nenek.

Kaede terkejut dan langsung menatap tajam Wakatoshi.

'Kenapa kau mengatakannya pada wanita tua ini?!!'

"Jawab Kaede!"

"Hai'."

"Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan?! Kau seharusnya bisa memikirkan hal yang boleh kau lakukan dan hal yang tidak boleh kau lakukan! Meski kau masih terbawa kebudayaan Amerika, kau seharusnya tahu posisimu! Ini di Jepang! Kau tidak bisa melakukan hal sesuka hatimu!"

Kaede pun memalingkan wajahnya dengan memasang wajah kesal.

"Jangan palingkan wajahmu saat sedang dinasehati! Kau masih menyandang nama Ushijima jadi kau harus memikirkan baik-baik apa yang kau lakukan! Apakah ayahmu tidak pernah memberitahumu? Sepertinya memang dia tidak bisa mendidik anak! Buktinya dia membiarkanmu memakai baju minim dan mengumbar tubuhmu seperti ini!"

"Apa yang Baa-san tahu tentang Tou-san?!" Kaede menatap tajam sang nenek.

"Jangan menyela saat aku sedang bicara Kaede!"

"Aku menyandang nama Ushijima? Siapa yang mau memakai nama sialan ini! Lagi pula Baa-san sendiri yang melarangku mengganti marga! Dan apa hak Baa-san memarahiku? Bukankah Baa-san sendiri yang membuangku?!" Kaede mulai sulit mengendalikan emosinya.

Di luar, Aika dan Kageyama yang mendengar suara Kaede meninggi terkejut.

"Ada apa ya?" Tanya Aika.

"Entahlah." Kageyama mengendikkan bahu.

"Berani sekali kau berbicara seperti itu padaku Kaede!" Sang nenek mulai murka.

"Baa-san tidak tahu apa-apa tentang kehidupanku dengan Tou-san! Baa-san bahkan tidak mengeluarkan uang sepeser pun untukku! Lalu atas hak apa Baa-san memarahiku?!" Kaede berdiri dari duduknya.

"DUDUK KAEDE!"

"Jangan memerintahku! Aku sudah muak dengan sifatmu yang selalu mengatur! Kau memaksa Tou-san dam Kaa-san bercerai! Lalu membuangku, memisahkanku dengan Nii-san dan Kaa-san! Sekarang apa? Kau mau mengatur kehidupanku juga?! Bahkan kau juga mengatur kebahagiaan Nii-san! Sampai sekarang kau masih sulit menerima Aika kan?!"

"KAEDE!" Sang nenek bangkit

'PLAK'

Sang nenek memampar pipi Kaede. Mata Kaede membulat dan pipinya mulai memerah. Dia menatap tajam sang nenek lalu melangkah menuju pintu ruangan itu.

"Tunggu Kaede!" Wakatoshi menahan tangan Kaede.

"Lepaskan. Jangan bicara padaku." Kaede menatap tajam Wakatoshi. Dia lalu membuka pintu, melangkah keluar, dan menutup pintu geser itu dengan keras.

"K-Kaede-san..." Aika berdiri dari duduknya.

Kaede menatap Aika dan Kageyama tanpa mengatakan apapun. Dia Lalu berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu. Tangannya mengepal lalu memukul pintu kamarnya dengan keras. Air matanya sudah tidak terbendung.

'Wanita tua sialan!'

Umpatnya dalam hati. Hatinya seperti tersayat mendengar ayahnya yang selama ini berjuang merawat, mendidik, membesarkan, dan membiayainya dihina seperti itu.

'Drrttt drrttt'

Smartphone miliknya bergetar. Ada video call dari Atsumu. Kaede pun menghapus air matanya, mengangkat video call itu lalu mendudukkan dirinya di lantai.

"Kaede-chan! Aku merindu- ada apa Kaede-chan?!" Atsumu terkejut melihat mata Kaede yang basah seperti habis menangis dan pipinya kirinya memerah.

"Tidak..." Kaede menggeleng.

"Ceritakan saja Kaede-chan." Atsumu tersenyum.

"Hanya... bertengkar dengan nenekku." Jawab Kaede.

"Souka?" Atsumu menaikkan sebelah alisnya. "Yosh yosh Kaede-chan... Jangan menangis ya! Jika kau menangis aku tidak bisa memelukmu dan menghapus air matamu."

"Um." Kaede tersenyum tipis. "Arigatou Atsumu-kun."

"Kaede-chan itu sangat cantik jadi tidak cocok menangis!"

"Benarkah?" Kaede terkekeh.

Mereka lalu mengobrol cukup panjang dan Atsumu berhasil mengembalikan mood Kaede.

"Model? Hebat! Terima saja Kaede-chan!"

"Aku harus izin pada Nii-san dan Tou-san."

"Aku mendukungmu Kaede-chan! Semoga kakak dan ayahmu mengizinkan ya!"

"Um."

"Aku akan senang jika pacarku ini menjadi model!" Atsumu tersenyum lebar.

"Aku juga senang jika diizinkan menjadi model." Kaede tersenyum.

"Eh? Kaede-chan tidak protes ya saat aku panggil pacar?"

"A-aku hanya ingin bilang kalau aku senang jika menjadi model. Bu-bukan berarti aku me-menerima..." Wajah Kaede memerah.

"Ahahahaha" Atsumu tertawa. "Kau imut sekali Kaede-chan! Aku ingin menciummu!"

"H-hah?!"

'TOK TOK'

"Kaede!" Terdengar suara Wakatoshi dibalik pintu kamar Kaede.

"Kakakmu memanggil. Kita lanjut lagi nanti ya."

"Um."

"Jaa ne Kaede-chan."

'TUUTT'

Atsumu memutus sambungan video call mereka. Kaede menghela nafas lalu bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Nani?" Tanyanya datar.

"Makan malam."

"Tidak butuh." Kaede lalu menggeser pintunya tapi ditahan oleh Wakatoshi. "Apa lagi?!"

"Maaf Kaede." Wakatoshi memeluk Kaede.

"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" Kaede meberontak tapi Wakatoshi tidak bergerak dari posisinya. "Lepaskan aku! Aku bukan anak kecil yang senang dipeluk seperti ini!"

"Maaf karena sudah memberitahukannya pada Baa-san."

"Aku tidak marah denganmu yang memberitahunya. Aku hanya tidak terima dengan perkataannya yang menghina Tou-san."

Mendengar jawaban Kaede, Wakatoshi melepas pelukannya. Dia lalu mengusap pipi Kaede yang memerah.

"Aku tidak peduli dia mau menghinaku, menghujatku, bahkan menamparku. Aku sendiri menyadari kalau apa yang aku lakukan itu salah. Tapi kenapa harus menghina Tou-san?!"

"Baa-san tidak tahu apa-apa tentang kalian. Jadi dia berkata seperti itu."

"Aku membencinya." Kaede membalikkan badannya. "Jangan biarkan dia bertemu dengan Aika. Aika akan sedih jika mendengar perkataan dari mulut busuknya itu."

"Aika dan Kageyama sudah pulang."

"Baguslah. Setelah makan malam datanglah kesini. Ada yang mau aku bicarakan."

"Baiklah."

Kaede lalu melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.

___

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Wakatoshi saat dia sudah duduk di kamar Kaede.

"Aku ditawari jadi model oleh fashion designer di perusahaan Aika." Jawab Kaede.

"Aku sudah bilang kau tidak perlu bekerja."

"Tidak bisa! Kau tidak mengerti perasaan bersalah karena membebanimu dan Tou-san!"

"Aku tidak terbebani!"

"Kau tidak seharusnya menafkahiku! Kau punya masa depan. Uangmu itu untuk masa depanmu sendiri!"

"Pokoknya aku tidak mengizinkan! Kau harus fokus kuliah!"

"Aku hanya ingin meringankan beban kalian! Ayolah Nii-san aku mohon..." Mata Kaede sudah basah.

Wakatoshi menatap wajah Kaede yang seperti ingin menangis. Dia tidak tega melihat ekspresi adiknya yang seperti itu. Dia menghela nafas lalu bangkit, membuat Kaede melakukan hal yang sama.

"Akan aku pikirkan. Sekarang istirahatlah." Wakatoshi menepuk kepala Kaede.

"Um." Kaede mengangguk.

Wakatoshi lalu keluar dari kamar Kaede. Kaede membaringkan diri di ranjangnya. Dia menatap langit-langit kamarnya.

'Sudah berapa banyak energy yang aku keluarkan hari ini?'

___

Keesokan harinya.

Kaede yang malas berada di rumah karena ada sang nenek pun ikut keluar bersama Wakatoshi. Wakatoshi yang akan mulai latihan pagi ini tidak keberatan karena hari ini adalah hari latihan terbuka yang artinya orang-orang luar dan media diizinkan untuk melihat tim Adlers berlatih.

Kaede dan Wakatoshi pun jadi pusat perhatian karena berjalan bersama memasuki gym. Di depan gym ada Kageyama yang sedang sibuk membenarkan tali sepatunya.

"Kageyama-kun." Panggil Kaede.

Kageyama langsung terkejut saat mendengar Kaede memanggilnya. Dia menoleh dan wajahnya langsung memerah.

'Kaede-san cantik...'

Kaede mengenakan baju yang cukup terbuka.

"Kemarin maaf ya Kageyama-kun."

"Tidak tidak! Tidak apa-apa kok Kaede-san."

"OI Kaede!" Ada seseorang yang memanggil Kaede. Kaede lalu menoleh.

"Nani Hoshiumi?"

"Kenapa kau ada di Miyagi?!" Tanya pria yang dipanggil Hoshiumi oleh Kaede.

"Kau bodoh ya? Rumahku kan di sini." Jawab Kaede datar.

"Siapa yang kau sebut bodoh?!"

"Kau."

"Jangan sembarangan ya kau!" Hoshiumi mulai kesal. "Dan seperti biasa kau memakai baju yang kekurangan bahan ya?! Mau menggoda pemain kami hah?!"

"Urusai Hoshiumi."

"Dasar wanita penggoda! Hahahaha!" Hoshiumi tertawa puas. Lalu muncul aura kelam di sekitar Kaede meski wajahnya masih datar. Kaede pun mengangkat tangan kanannya lalu menjatuhkannya dengan cukup keras ke kepala Hoshiumi. "ITAI!! KONO KUSO ONNA!!" Hoshiumi kesakitan.

"Jaa ne Nii-san Kageyama-kun. Ganbatte." Kaede lalu berjalan menjauhi mereka.

"OI URUSAN KITA BELUM SELESAI!!" Amuk Hoshiumi,

"Ayo masuk." Wakatoshi mengajak(baca:seret) Hoshiumi masuk ke dalam gym.

"Kaede-san kalau marah menyeramkan ya." Ucap Kageyama yang berjalan di samping Wakatoshi.

"Apa menurutmu Kaede cocok menjadi model?" Tanya Wakatoshi tiba-tiba,

"Eh?" Kageyama berfikir sejenak.

'Jadi Kaede-san sudah mengatakannya pada Ushijima-san ya.'

"Sangat cocok Ushijima-san!"

"Benarkah?"

"Kemarin saat Azumane-san menawari Kaede-san untuk menjadi model Kaede-san terlihat senang."

"Cocok sih." Sahut Hoshiumi tiba-tiba. "Yah meski menyebalkan, secara penampilan dia cantik. Badannya juga bagus."

"Tapi jika dia bekerja fokus kuliahnya akan buyar."

"Jika Ushijima-san hanya memintanya fokus kuliah dan melarangnya melakukan hal yang dia sukai bukankah itu juga akan membuyarkan fokus kuliahnya?" Hoshiumi menepuk pundak Wakatoshi. "Jika dia senang menjadi model kenapa tidak? Kaede bukan anak kecil lagi kan? Aku rasa dia cukup sadar kewajibannya sebagai mahasiswa. Jadi meski dia jadi model dia akan tetap melakukan kewajibannya."

"Ho-Hoshiumi-san mengatakan hal yang bagus?!" Kageyama shock.

"Apa maksudmu HAH?!" Hoshiumi menyikut perut Kageyama.

"AAKKK!!"

'Jadi aku terlalu mengekangnya ya. Padahal aku hanya ingin menjaganya dengan baik.'

____________

Terima kasih sudah membaca

Maaf kalau ada typo

Jangan lupa vote dan jangan sungkan untuk berkomemtar yaa

See youuu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro