Down
"Aku obati lukamu, Tobio-kun."
Kaede dan Kageyama kini sedang duduk berdua di sofa living room apartemen Kaede. Wajah Kageyama lebam karena pukulan Atsumu yang cukup kuat.
"Aku baik-baik saja." Ucap Kageyama yang menunduk.
'Aku tidak bisa melindunginya!'
Kageyama mengepalkan tangannya saat mengingat bagaimana Kaede tersungkur karena pukulan Atsumu mengenai wajahnya.
"Jangan bandel. Tunjukkan wajahmu!" Kaede meraih pundak Kageyama. "Aku akan ambil kotak P3K."
Kaede bangkit dan mengambil kotak P3K. Dia kembali ke Kageyama dan duduk di sampingnya.
"Gomen ne." Ucap Kaede lirih sambil mengoleskan obat pada luka Kageyama.
"Kau tidak salah apa-apa."
Kaede pun diam. Dia tidak peduli dengan luka yang ada di bibirnya. Saat ini luka di hatinya beribu kali lebih sakit dari pada luka pukulan Atsumu.
"Besok kembalilah ke Miyagi."
"Hah?!" Kageyama terkejut dan menahan tangan Kaede yang sedang mengobatinya. "Apa maksudmu?!"
"Kembalilah ke Miyagi. Kau tidak bisa terus berada di sini kan?!"
"Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian!"
"Aku akan baik-baik saja. Lagipula aku juga akan mulai sibuk dengan pekerjaan dan kuliah."
"T-tapi..."
"Aku memang sedang dalam situasi yang sulit. Tapi aku punya tujuan yang harus aku capai."
"Ah... kuliahmu?"
"Ya."
"B-baiklah kalau kau memaksa."
Kaede tersenyum tipis. Dia senang Kageyama masih mau mendengarkan perkataannya meski dia sedikit berbohong pada pria jangkung itu.
___
Kamis, 17 November 2016.
Kaede mengantar Kageyama ke stasiun. Sebenarnya Kageyama merasa tidak rela meninggalkan Kaede sendirian di Tokyo.
'Aku tidak ingin meninggalkannya. Tapi sejak kemarin dia sudah bisa tersenyum. Bahkan sekarang dia tersenyum lembut padaku.'
Kageyama menatap Kaede yang memasang senyum tipis. Mereka menunggu Shinkansen yang akan membawa Kageyama sampai ke Miyagi.
"Aku pulang dulu ya Kaede. Jaga dirimu baik-baik. Jika ada apa-apa langsung hubungi Ushijima-san dan aku!"
"Um. Hati-hati ya Tobio-kun."
Salam perpisahan terucap saat Shinkansen terlihat memasuki stasiun.
"Sampai jumpa." Kageyama mengusap kepala gadis yang lebih tua satu tahun darinya itu.
"Um." Kaede mengangguk.
Mereka pun berpisah dan Kageyama berjalan masuk ke Shinkansen. Senyum yang diperlihatkan Kaede pun seketika menghilang. Dia berbalik dan dengan terburu-buru keluar dari stasiun.
"Itu kan si jalang Ushijima Kaede!"
"Mau apa dia? Tebar pesona di stasiun?"
"Uwaahh murahan sekali!"
"Yah namanya juga pelacur sudah pasti dia sedang mencari mangsa!"
"Menjijikkan!"
"Semoga ada yang membunuhnya!"
"Semoga dia bunuh diri!"
"Hahaha!"
Kata-kata hujatan yang selama ini terdengar biasa saja untuk Kaede kali ini berubah menjadi pisau tajam yang menusuknya secara berubi-tubi.
BRUKK
"Itai!"
Kaede tanpa sengaja menabrak seseorang.
"Go-gomennasai..." Dia mengulurkan tangannya pada perempuan yang terduduk di depannya.
Perempuan itu mendongak dan raut wajahnya berubah seketika saat melihat wajah Kaede.
"Apa yang kau lakukan?!" Perempuan itu berdiri. "Kalau jalan lihat-lihat!"
"Gomennasai... kau baik-baik saja?"
PLAK
Perempuan itu menampar pipi kiri Kaede.
"Eh?!" Kaede terkejut.
"DASAR JALANG!" Teriak perempuan itu.
"Pffttt...."
"Hahaha!" Orang-orang di sekitar tertawa melihat Kaede ditampar.
"Ups! Si jalang ditampar!"
"Rasakan!"
"Hahahaha!!"
Kaede menatap perempuan itu lalu berlari menjauh. Padahal selama ini dia tidak pernah sakit hati dengan hujatan yang dilontarkan padanya. Tapi kali ini hatinya terasa hancur berkeping-keping.
'Tidak apa-apa. Bertahanlah Kaede!'
___
Kaede's POV
Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini dan semuanya terasa berat. Aku meminta Tobio-kun pulang karena aku butuh waktu untuk sendiri. Aku tidak ingin membuatnya khawatir dan aku tidak mau membuatnya berfikir kalau aku akan menerima perjodohan bodoh itu.
Aku tahu yang aku lakukan itu jahat. Tapi itu semua di luar kendaliku. Aku tidak bisa menghentikan perasaan Tobio-kun padaku, dan aku tidak bisa menghilangkan rasa cintaku pada Atsumu-kun. Aku juga tidak bisa mengendalikan semua hinaan dan hujatan yang ditujukan padaku.
Aku tahu semua itu adalah salahku. Aku salah sudah mencintai Atsumu-kun. Aku salah sudah membuat Tobio-kun menyukaiku. Dan aku salah sudah menyebabkan skandal yang seharusnya tidak terjadi.
Jika dengan mencintai seseorang dapat menghancurkan semua usahaku dan memberi kekecewaan pada orang-orang yang berharap banyak padaku, maka aku menyesal sudah mencintai seseorang.
Orang-orang mengejek, menghina, dan menjatuhkanku, bahkan ada yang mempermalukanku di depan umum. Semua itu terjadi karena aku mencintai seseorang. Aku sungguh menyesal sudah mencintai seseorang.
Tapi penyesalan tidak bisa menyelesaikan apapun. Bahkan aku sudah tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah yang sedang menimpaku ini.
Dalam hati aku terus bertanya, kenapa? Kenapa Atsumu-kun mengkhianatiku? Apa salahku padanya? Apakah ketulusanku selama ini tidak cukup? Kenapa dia menyakitiku? Padahal dia selalu berkata kalau dia mencintaiku! Kenapa? Kenapa aku mencintai Atsumu-kun?
Sekarang saat kita sudah berpisah aku merasa sendirian. Aku punya keluarga tapi keluargaku terus menekanku untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak mau mendengarkanku. Aku punya seorang sahabat, tapi aku tidak mau dia ikut terbebani dengan masalah yang aku alami karena aku sangat menyayanginya. Dan juga saat ini dia sedang dilanda masalah yang sangat berat.
Selama ini aku selalu berfikir, orang yang ingin mengakhiri hidupnya hanya karena masalah yang mereka alami adalah orang yang sangat bodoh.
Tapi Sekarang ini...
Aku...
Ingin mati.
Kaede's POV end
___
Sabtu, 19 November 2016.
Pukul 11.45
Kaede mengurung dirinya selama dua hari. Dia hanya berdiam diri di dalam kamar. Dia mematikan smartphone miliknya dan tidak menanggapi suara bell yang berbunyi.
Semua kejadian yang terjadi padanya sungguh membuatnya terbebani kali ini. Padahal Kaede bukan orang yang terlalu memikirkan perkataan orang lain.
"Aku rasa sudah cukup." Gumamnya.
Dia lalu meraih smartphonenya yang tergeletak di atas nakas, menghidupkannya, lalu mengirim pesan pada seseorang. Dia mengabaikan semua notifikasi yang masuk karena dia tahu semua itu hanya berisi hinaan dan hujatan untuknya.
Dia bangkit setelah mendapat jawaban dari orang yang dia kirimi pesan dan bersiap-siap untuk keluar.
Memakai hoodie, celana jeans, sneakers, dan masker. Dia keluar dengan pakaian yang sangat tertutup agar tidak dikenali oleh orang-orang.
Dia berjalan menuju Koishikawa Heights, sebuat apartemen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari apartemennya. Dia memilih untuk berjalan kaki karena dia bisa menghindari tempat ramai sesuka hatinya.
Perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit. Dia pun kini berdiri di depan Koishikawa Heights dan melangkah masuk. Dia mencari nomor yang tertera di smartphone miliknya, lalu menekan bell setelah menemukannya.
KLEK
Pintu terbuka.
Seorang perempuan berdiri di depannya sambil melipat tangan di depan dada. Perempuan itu menatap Kaede dengan tatapan tajam dan kesal.
"Kau! Berani sekali tidak bisa dihubungi beberapa hari ini!" Perempuan itu meletakkan tangan kanannya di kepala Kaede dan sedikit meremasnya.
"Itai Tsukasa." Ucap Kaede dengan nada datarnya yang biasa.
"Haahh..."
"Boleh aku masuk? Di luar dingin."
"Ya. Masuk saja."
Kedua perempuan itu masuk ke apartemen yang tidak terlalu besar tapi terlihat nyaman itu. Kaede masuk dan duduk di sofa.
"Rumah ini nyaman." Gumam Kaede.
"Jangan membahas rumah ini dan katakan kenapa kau tidak bisa dihubungi beberapa hari?!"
"Ah... itu..." Kaede memalingkan wajahnya.
"Katakan Bakaede!"
"Se-sebenarnya..."
Kaede menceritakan apa yang terjadi. Dia memperlihatkan media sosialnya yang dihujani beratus-ratus hinaan dan hujatan karena berita yang beredar.
"A-APA-APAAN INI?!" Suara Tsukasa meninggi. "GILA! MEREKA PIKIR MEREKA SIAPA?!"
"Tenanglah Tsukasa."
"KENAPA KAU BISA SETENANG ITU?! KAU BODOH YA?! AKU AKAN TELFON TOBIO! DIA HARUSNYA MEMBUAT KLARIFIKASI! BERITA INI KAN TIDAK BENAR!"
"Tenanglah. Aku tidak terlalu memikirkannya." Kaede meraih pundak Tsukasa. Dia khawatir pada sahabatnya itu.
'Maaf aku bohong.'
"Jangan terbawa emosi Tsukasa! Kau kan sedang hamil!"
"Haahh... kau ini selalu saja!" Tsukasa menghela nafas. Seketika dia ingat kalau ada nyawa lain di dalam perutnya. "Lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Menunggu sampai rumornya reda."
"Tapi aku ingin sekali memberi mereka pelajaran!"
"Jangan berbuat yang macam-macam Tsukasa! Aku tidak mau masalah ini semakin besar."
"Cih! Dasar pengecut!"
Mendengar ejekan Tsukasa, Kaede merasa kesal. Dia hanya tidak mau masalah yang menimpanya semakin besar. Dia ingin merasa lebih baik dengan berbagi cerita pada sahabatnya setidaknya sebagian kecil dari masalahnya tapi kini ejekan yang dia dapatkan.
"Memang kenapa? Apakah salah jika tidak ingin masalah semakin besar? Siapa manusia yang mau membesarkan masalah yang sedang dialami?!"
"Hah?! Kenapa kau malah marah padaku?!"
"Aku kesini untuk menenangkan diri bukan untuk mendapatkan ejekan pengecut darimu!"
"Kau ini kenapa sih?! Kenapa jadi pemarah begini?!"
"Siapapun pasti marah jika diejek pengecut saat berbagi cerita dengan sahabatnya."
"Tapi kan aku benar! Kau itu pengecut! Tidak berani menghadapi mereka yang menghinamu!"
"Jadi kau pikir orang pemberani itu adalah orang yang dengan bodohnya memperburuk keadaannya sendiri?! Lagi pula jika aku menanggapi komentar mereka, itu tidak akan ada habisnya!"
"Setidaknya tepis berita itu jika memang tidak benar!"
"Lalu kau pikir mereka akan percaya dengan kata-kataku?! Yang ada malah mereka akan semakin menghina dan menghijatku!"
"Tapi masalahmu itu tidak akan selesai jika kau hanya diam seperti ini! Katakan padaku masalah apa yang bisa diselesaikan dengan berdiam diri saja!"
"Sudah aku bilang rumor seperti ini akan hilang seiring berjalannya waktu! Setidaknya berikan solusi yang bisa membuatku bangkit! Bukan malah memperkeruh emosiku!"
"Persetan dengan itu! Jika kau ingin solusi yang bijak kau datang ke tempat yang salah!"
"Ah begitu. Sudah kuduga seharusnya aku tidak kesini." Kaede bangkit. "Terima kasih banyak atas waktumu. Maaf sudah mengganggu."
Kaede berjalan cepat menuju pintu keluar. Ini pertama kalinya dia tersinggung dengan perkataan Tsukasa.
"Ya ya! Pergilah! Lakukan sesukamu!"
Tsukasa juga tidak mau kalah dari Kaede. Dia terlalu termakan egonya sampai amarahnya pada Kaede muncul.
Kaede pun memakai sepatunya dan meninggalkan apartemen Tsukasa.
Setelah meninggalkan apartemen Tsukasa Kaede menghela nafas. Dia melihat di sekelilingnya. Kota yang sangat ramai.
Dia lalu melangkahkan kakinya dan berjalan kesana-kemari seperti orang yang kehilangan arah. Dia tidak memiliki niat untuk pulang, tapi dia juga tidak tahu harus kemana.
Akhirnya kakinya membawanya ke stasiun. Dia naik kereta yang sedang berhenti tanpa tau tujuan kereta itu.
'Setidaknya aku masih bisa bernafas.'
Begitulah pikirnya. Dia berdiri di dekat pintu sambil menatap keluar jendela tanpa peduli kemana kereta itu akan membawanya.
Perjalanan selama kurang lebih lima belas menit. Kereta berhenti di sebuah stasiun dan Kaede turun di situ.
"Ueno..." Gumamnya.
Dia pun keluar dari stasiun dan berjalan di sekitar stasiun. Matanya tertuju pada sebuah vending machine yang ada di pinggir jalan. Dia pun membeli sekaleng kopi hangat dan meminumnya.
"Psst! Itu Ushijima Kaede!"
"Eh? Mana mana?"
Segerombol gadis berbisik-bisik tak jauh dari tempat Kaede berdiri.
"Itu yang sedang minum!"
"Ah iya benar!"
"Wah kesempatan langka bisa bertemu dengan si jalang itu!"
"Bagaimana?"
"Tentu saja kita lakukan!"
"Yosh!"
Kaede melanjutkan kembali perjalanannya meski dia tidak tahu akan kemana. Segerombol gadis itu mengikuti Kaede diam-diam. Mereka bersikap seolah-olah mereka adalah orang lewat biasa yang kebetulan berjalan satu arah dengan Kaede di belakangnya.
Kaede pun menghentikan langkahnya saat hendak menyeberang dan lampu penyeberangan menyala merah. Mobil berlalu-lalang dan terlihat cukup ramai. Bahkan ada yang berjalan dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang pelan.
"Bagaimana?"
"Sekarang?"
Segerombol gadis itu mulai berbisik-bisik saat mereka berdiri tepat di belakang Kaede.
"Lakukan saja! Aku yakin Atsumu-sama jauh lebih baik tanpa dia!"
"Baiklah. Lakukan dengan aba-aba dariku."
"Roger!"
"Satu..."
Mereka mengulurkan tangan ke depan.
"Dua..."
Mereka saling menatap.
"Tiga!"
Mereka mendorong punggung Kaede dengan kuat.
"Eh?!" Kaede tekejut karena didorong.
PIIIMMMM
"AWAS!!"
"KYAAA!!!"
GRAB
BRUKK
"ASTAGA!"
"YA TUHAN!"
"SIAPA SAJA TOLONG!"
"APA DIA BAIK-BAIK SAJA?!"
"A-AMBULANCE? PANGGUL AMBULANCE?!"
Keadaan pun seketika heboh.
"Kau baik-baik saja? Tadi itu bahaya sekali!"
Seseorang menarik Kaede sebelum sebuah mobil menghantam tubuhnya.
'Suara ini...'
Mendongak hendak melihat orang yang menariknya. Saat ini Kaede terbaring di tanah, dan di sampingnya ada seorang pria yang terduduk. Mereka terjatuh setelah Kaede berhasil mendarat di pinggir jalan.
"O-Osamu-kun..." Lirih Kaede.
"Ka-Kaede?!" Pria yang menyelamatkan Kaede adalah Osamu yang kebetulan lewat. "Ke-kepalamu!" Osamu menunjuk dahi kiri Kaede.
"Kepala?" Kaede mendudukkan diri dan menyentuh dahi kirinya. "Ah..." Dia tersenyum kecut saat melihat darah di telapak tangannya.
"Pipi dan tanganmu juga terluka. Aku antar ke rumah sakit ya!"
"Tidak perlu." Kaede menatap punggung tangan kirinya yang juga berdarah.
Osamu pun menatap di sekitar dan menatap segerombol gadis yang mendorong Kaede.
"Kalian!" Osamu bangkit dan menunjuk mereka. Dia lalu mengeluarkan smartphonenya dan mengambil gambar mereka.
"Eh?!"
"A-apa yang-"
"Aku akan laporkan kejadian ini ke polisi! Dan aku mengambil foto kalian agar polisi bisa menangkap kalian!"
"Hentikan Osamu-kun."
"Ini percobaan pembunuhan! Banyak saksi mata di sini!"
"Ta-tapi kami..."
"Ka-kami melakukannya untuk Atsumu-sama..."
"Atsumu tidak meminta kalian melakukan hal itu!" Bantah Osamu.
"Jahat sekali!"
"Mereka keterlaluan!"
"Aku tahu gadis yang terjatuh itu, dia Ushijima Kaede."
"Ah yang sedang ramai diperbincangkan karena punya hubungan spesial dengan atlet terkenal itu kan?!"
"Iya benar!"
"Gadis-gadis berandalan itu pasti fans dari atlet itu."
"Mereka jahat sekali!"
"Apa mereka tidak punya hati?"
"Lagi pula memang kenapa kalau dekat dengan atlet terkenal? Mereka kan juga manusia."
"Iya benar! Gadis-gadis itu tidak punya otak."
"Saite."
"Psikopat!"
"Kasihan Ushijima Kaede."
Orang-orang di sekitar membicarakan kejadian itu dan keadaan semakin ramai. Kaede yang merasa tidak nyaman pun menarik tangan Osamu sebagai kode untuk segera menjauh dari tempat itu. Tapi Osamu tidak mau hanya diam lalu pergi begitu saja. Dia menatap tajam segerombolan gadis itu.
"Aku akan beritahu Atsumu apa yang terjadi hari ini. Untuk sekarang kalian nikmatilah waktu kalian di kantor polisi."
Osamu menelfon polisi dan Kaede hanya bisa diam. Orang-orang di sekitar juga enggan meninggalkan tempat itu sebelum polisi datang dang menangkap segerombol gadis berandalan itu.
"Bertahanlah sebentar ya Kaede. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit setelah polisi membawa mereka."
"Tidak. Aku baik-baik saja. Aku tidak butuh rumah sakit."
"Apa maksudmu?! Kau terluka dan-"
"Tolong, Osamu-kun! Aku tidak mau ke rumah sakit!"
Osamu menatap Kaede yang degan sekuat tenaga menahan tangisnya.
"Haahh... baiklah. Tapi setidaknya biarkan aku mengobati lukamu." Perkataan Osamu dijawab anggukan oleh Kaede.
Setelah beberapa menit. Polisi datang dan membawa para gadis itu. Kaede yang diminta datang ke kantor untuk dimintai keterangan sebagai korban pun menolak.
"Kejadiannya sama persis dengan apa yang dikatakan saksi. Saya tidak ingin memperpanjang masalah ini karena itu saya serahkan semua pada pihak kepolisian."
Itu yang diucapkan Kaede sambil menahan sakit yang menyerang kepalanya.
"Ayo Kaede." Osamu menarik tangan Kaede setelah para polisi pergi membawa gadis-gadis itu. "Kita ke kedaiku ya. Hari ini kedaiku tutup."
"Um." Kaede mengangguk. "Terima kasih sudah menolongku, Osamu-kun."
"Jangan dipikirkan."
'Keterlaluan! Bisa-bisanya para pemuja Tsumu mencoba mencelakai Kaede! Jika tadi tidak ada yang menolongnya, pasti sekarang dia sudah... tidak! Jangan pikirkan hal yang tidak perlu Osamu! Yang penting sekarang obati lukanya!'
_____
Halooo
Saya kembalii
Masih adakah yang membaca book ini sampai chapter ini?
Jika iya terima kasih banyak atas dukungan kaliaan 😭😭 saya akan berusaha update ditengah krisis ide yang melanda ini demi kalian yang sudah rela meluangkan waktu untuk membaca book ini 😭
Sekian dari saya.
Sampai jumpa chapter depan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro