Doubt
"Ada apa Kageyama?"
"Maaf Ushijima-san. Aku sudah tidak bisa mengawasi Kaede-san. Aku akan kembali ke Miyagi."
"Apa maksudmu?"
Kageyama hanya diam dan tidak menanggapi perkataan Wakatoshi.
"Baiklah. Maaf sudah memintamu melakukan hal yang sulit."
"Hai'."
"Aku akan menjemputmu dengan Aika."
"Hai'. Arigatou gozaimasu."
'TUUT'
"Maafkan aku, Kaede-san."
___
Mobil itu sunyi, hanya terdengar suara musik yang lirih.
Kaede menolehkan pandangannya ke luar jendela sambil menangis dalam diam. Dia meremas celana piama yang dia kenakan, melampiaskan rasa takutnya akan kemarahan Atsumu yang sampai sekarang masih menguasainya.
Atsumu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya. Ekspresi kemarahan yang belum pernah Kaede lihat terpampang di wajah tampannya.
'Kenapa jadi begini?'
Kaede sama sekali tidak menyangka kalau Kageyama akan berbuat seperti itu dan membuat Atsumu mengamuk hingga berlaku kasar padanya.
Tidak butuh waktu lama bagi mobil Atsumu untuk sampai ke apartemennya. Setelah memarkirkan mobilnya, Atsumu keluar dari mobil, begitu juga Kaede.
Atsumu kembali menarik tangan Kaede yang masih terasa sakit karena genggaman Atsumu yang sangat kencang.
"Sakit Atsumu-kun! Aku bisa berjalan sendiri!" Kaede menahan tangan Atsumu yang menggegamnya.
"Diam!" Atsumu lagi-lagi menarik Kaede, membuat Kaede semakin kesakitan dan semakin merasa takut.
Kaede hanya bisa menangis dalam diam saat menatap Atsumu dengan amarah yang masih meluap-luap.
KLEK
Atsumu membuka pintu apartemennya. Dia masuk ke dalam, menarik Kaede masuk dengan kasar dan melempar Kaede hingga jatuh tersungkur.
BRUK
"Apa yang kau lakukan?!" Osamu yang sedang makan malam pun langsung menghampiri Kaede. "Kaede?"
"Diam Samu! Jangan ikut campur!" Atsumu melangkah menghampiri Kaede. "Katakan apa yang sudah kau lakukan dengan Tobio!"
"Aku tidak melakukan apapun!"
"Jangan bohong!" Atsumu sedikit membentak. "Aku tanya sekali lagi, apa yang sudah kau lakukan dengan Tobio?!!"
"Sudah aku bilang aku tidak melakukan apapun!"
"KATAKAN!" Atsumu mengangkat tangan kanannya.
"ATSUMU!" Osamu mendekap Kaede, mencoba melindungi Kaede karena Atsumu sudah kehilangan kendali atas dirinya.
"KAU JANGAN IKUT CAMPUR!"
BUAGH
Osamu memukul wajah Atsumu dengan cukup keras.
"SAMU!" Atsumu menarik kaos Osamu.
"TENANGKAN DIRIMU BODOH! LIHAT KAEDE! DIA KETAKUTAN!" Osamu menepis tangan Atsumu.
Atsumu menatap Kaede yang menangis dengan memegangi pergelangan tangan kanannya yang mulai membiru.
"Jangan dekati Kaede jika kau belum tenang!" Osamu membantu Kaede berdiri. "Ayo Kaede aku akan ambilkan air dingin untuk mengompres tanganmu."
Osamu menggiring Kaede masuk ke kamarnya. Kaede duduk di ranjang Osamu, masih dengan tangisannya yang tidak bisa dia tahan.
Osamu melangkah menuju dapur. Dia mengambil air dingin, menuangnya dalam mangkuk dan memasukkan es batu ke mangkuk itu. Setelah selesai, Osamu kembali ke kamarnya dan duduk di samping Kaede.
Sedangkan Atsumu masih duduk terdiam di lantai sambil berusaha menenangkan diri.
'Apa yang sudah aku lakukan? Aku melukai Kaede-chan karena cemburu?'
Atsumu lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya.
"Tunjukkan tanganmu." Osamu mengambil handuk kecil dan mencelupkan handuk itu ke mangkuk berisi air es.
"Gomen..." Kaede menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya karena dia tidak bisa menahan tangisnya.
"Kenapa kau yang minta maaf? Seharusnya Tsumu yang minta maaf karena sudah kasar padamu." Osamu membungkus pergelangan tangan kanan Kaede dengan handuk yang sudah dicelupkan ke air dingin.
"Aku sudah membuatnya marah..."
"Dia yang bodoh sudah hilang kendali karena amarahnya."
Kaede terdiam. Isakan tangis lolos dari mulutnya, membuat Osamu sedikit terkejut.
'Melihatnya seperti ini entah kenapa membuatku ingin memukuli Tsumu sampai mati. Bisa-bisanya dia kasar dengan perempuan, apalagi dengan Kaede!'
"Kau baik-baik saja Kaede?"
Kaede hanya mengangguk sebagai jawaban. Osamu melangkah keluar menuju dapur dan mengambilkan segelas air hangat untuk Kaede.
"Minumlah agar kau tenang." Osamu meletakkan gelas berisi air hangat di meja karena Kaede hanya menggeleng saat dia menyodorkan gelas itu.
Osamu menatap Kaede. Kaede terlihat sangat shock karena perlakuan Atsumu.
"Malam ini tidurlah di sini."
"Um. Arigatou Osamu-kun." Ucap Kaede lirih.
Osamu mengangguk lalu keluar dari kamarnya, dan melangkah menuju kamar Atsumu. Dia membuka pintu tanpa mengetuk dan langsung menjambak rambut Atsumu.
"Apa yang kau lakukan Samu?!" Atsumu menepis tangan Osamu yang menjambak rambutnya.
"Keluar dari sini! Aku lelah mau tidur!" Osamu menarik Atsumu dengan kasar.
"Ini kamarku! Kenapa kau seenaknya!"
"Aku memberikan kamarku untuk Kaede! Semua itu salahmu jadi kau yang harus tidur diluar!"
"HAH?! JANGAN BERCANDA!"
"DIAM DAN KELUARLAH!" Osamu mendorong Atsumu hingga Atsumu keluar dari kamarnya.
"SAMU!"
"Dengar ya Atsumu!" Osamu menarik kerah baju Atsumu. "Aku tidak akan pernah memaafkan pria yang berbuat kasar pada perempuan meski itu adalah kakakku sendiri!"
Perkataan Osamu membuat Atsumu membatu. Osamu mendorong Atsumu hingga terjatuh lalu dia membanting pintu kamar Atsumu dengan keras.
"Kuso!" Atsumu meremas rambutnya sendiri.
Dia lalu duduk di sofa sambil melirik ke arah pintu kamar Osamu.
'Kenapa jadi seperti ini?'
___
Pagi datang.
Atsumu menghela nafas karena dia tidak bisa tidur dengan nyenyak di sofa living roomnya.
Osamu keluar dari kamar Atsumu sambil menguap lebar, membuat Atsumu kesal.
PAK
Dia melempar remot TV tepat mengenai wajah Osamu.
"Sialan!" Umpat Osamu.
PLAK
Osamu menamplek kepala Atsumu.
"Aku mau melihat keadaan Kaede."
Mendengar kalimat Osamu, Atsumu langsung berdiri.
"Apa? Mau ikut?" Tanya Osamu dengan nada malas. "Yah jika sudah tenang kau bisa menemuinya dan minta maaf."
"Baiklah." Atsumu mendahului Osamu. "Kaede-chan..." Dia membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Osamu.
Kaede yang sudah bangun dan duduk di sisi ranjang pun menoleh dan terkejut saat melihat Atsumu. Dia memegangi pergelangan tangan kanannya yang membiru dan merasa takut jika Atsumu akan berlaku kasar padanya.
Atsumu yang melihat Kaede pun hatinya seperti tersayat. Dia sudah membuat gadisnya terluka dan ketakutan.
"Kaede-chan aku-" Kaede bergeser menjauh saat Atsumu mendekatinya, membuat Atsumu membatu.
"Aku..." Kaede memberanikan diri untuk bersuara. "Aku tidak melakukan apapun..."
Atsumu menghela nafas. Rasa kesal dan marah kembali muncul saat dia ingat kejadian video call semalam.
'Jangan marah, Atsumu. Jangan sakiti Kaede-chan lagi.'
"Apa yang Tobio lakukan di apartemenmu?" Atsumu duduk di samping Kaede.
Kaede tidak menjawab karena dia tidak tahu harus menjelaskan dari mana. Atsumu yang emosinya masih naik turun pun berusaha menahan diri agar tidak tersulut.
"T-Tobio-kun..." Kaede melirik Atsumu. "Me-menginap atas permintaan Nii-san."
"Menginap?!" Mata Atsumu membulat dan tangannya mengepal. "Kau membiarkan pria lain menginap di apartemenmu?!" Suara Atsumu meninggi.
Kaede tidak menjawab. Dia masih memegangi pergelangan tangannya.
Osamu yang mendengar suara Atsumu meninggi pun menghampiri mereka.
"Tsumu tenang!" Osamu menepuk pundak Atsumu.
"Lalu apa yang sudah Tobio lakukan padamu?!" Atsumu menarik bahu kanan Kaede dengan kasar.
"Tsumu!" Osamu berusaha menenangkan Atsumu, sedangkan Kaede hanya diam.
"Kenapa kau terus diam?! Sejak kemarin aku bertanya padamu dan kau hanya diam!" Emosi Atsumu mulai naik.
"Tenanglah Tsumu!"
"JAWAB KAEDE!" Atsumu bangkit dan menggegam kedua bahu Kaede dengan kasar.
"Tobio-kun hampir menyerangku!"
"BANGSAT!"
BRAK
PYAR
Atsumu menggebrak meja dan memecahkan gelas yang ada di atas meja. Dia melangkah keluar dari kamar Osamu. "AKU BUNUH KAU TOBIO!"
BRAK
Atsumu membanting pintu kamar Osamu dengan keras. Osamu dan Kaede pun segera menyusul Atsumu keluar dari kamar Osamu.
"OI ATSUMU!!" Osamu menarik tangan Atsumu saat Atsumu hampir membuka pintu apartemennya.
"LEPASKAN AKU SAMU!"
BUG
Atsumu menendang perut Osamu.
"Sudah cukup!" Kaede menarik baju Atsumu.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!"
BRUK
Atsumu mendorong Kaede hingga Kaede terjatuh.
BUAGH
Osamu lagi-lagi memukul wajah Atsumu.
"OSAMU!!" Atsumu menarik kerah baju Osamu.
"HENTIKAN!" Kaede berteriak.
"KAU!" Atsumu berganti menarik kerah baju Kaede. "JIKA KAU TIDAK MENGGODA TOBIO DIA TIDAK AKAN MENYERANGMU!"
"AKU TIDAK MENGGODANYA!" Kaede menggenggam pergelangan tangan Atsumu.
"TIDAK MUNGKIN! KAU SELALU MEMAKAI BAJU SEXY DAN MENGGODA KARENA ITU DIA TERTARIK UNTUK MENYERANGMU!"
PLAK
Kaede menampar pipi Atsumu.
"Aku tidak mau mendengar hal itu dari pria yang suka mempermainkan perempuan sepertimu!"
"KAEDE!" Atsumu mengangkat tangan kanannya.
"Aku benci pria yang kasar pada perempuan!" Kaede menepis tangan Atsumu yang menarik kerah mejanya. "Aku benci kau Atsumu-kun!"
Kaede berlari keluar dari apartemen Atsumu. Osamu menarik kerah baju Atsumu.
"Dasar bodoh!"
Osamu mengambil kunci mobil Atsumu dan berlari keluar mengejar Kaede.
BRAK
"KUSO!!" Atsumu menggebrak pintu apartemennya.
"Kaede!" Osamu menahan tangan Kaede.
Kaede lagi-lagi menangis, tapi dia berusaha menghapus air matanya.
"Aku antar kau pulang." Osamu menggiring Kaede menuju parkiran.
Dia membukakan pintu untuk Kaede setelah menemukan mobil Atsumu. Kaede masuk ke dalam mobil, disusul Osamu.
"Gomen Osamu-kun. Aku jadi merepotkanmu."
"Tidak." Osamu menghidupkan mesin mobil. "Sementara ini jangan bertemu Tsumu dulu."
Kaede hanya diam. Dia memalingkan pandangannya keluar jendela.
'Apakah hubungan ini masih bisa bertahan?'
Osamu mulai tancap gas.
"Dimana apartemenmu?"
"Palace Studio Ochanomizu."
"Masih di Bunkyo?"
"Um." Kaede menganguk. "Di dekat Universitas Tokyo."
"Baiklah."
___
"Di sini?"
Osamu memarkirkan mobilnya setelah mereka sampai di depan gedung apartemen Kaede. Mereka keluar dari mobil dan berjalan memasuki gedung itu.
Banyak pasang mata yang menatap Kaede karena dia masih memakai piama tapi semua itu sama sekali tidak menganggu Kaede.
Osamu melirik Kaede yang sudah bisa memasang wajah datarnya.
'Kaede kuat juga.' Pikirnya.
Mereka masuk ke dalam lift dan memencet tombol nomor lima.
TING
Pintu lift terbuka di lantai lima. Kaede melangkah menuju pintu bernomor 508 dan Osamu mengekor di belakang Kaede.
"Aku tidak bawa kunci." Gumam Kaede.
TING TUNG
Kaede memencet bell rumahnya, berharap Kageyama masih ada di rumahnya dan membukakan pintu.
KLEK
"Kaede-san!" Seorang gadis mungil berambut kelabu pucat membuka pintu.
"Aika?!" Kaede terkejut.
"Hm?" Aika menatap Osamu yang berdiri di samping Kaede. Osamu yang ditatap hanya memasang wajah datarnya.
'Siapa gadis kecil ini?' Tanya Osamu dalam hati.
"Anak SMP?" Gumam Osamu.
"Kh!" Perempatan muncul di wajah Aika. "Kanzaki Aika, dua puluh tahun." Aika melipat tangannya di depan dada. "Miya Atsumu-san desu ne."
"Bukan." Jawab Osamu datar.
'Kanzaki? Dua puluh tahun?'
"Jangan berbohong! Jelas-jelas kau Miya Atsumu!" Aika menunjuk wajah Osamu.
"Bukan. Aku Miya Osamu."
"Jadi kau adik kembarnya Atsumu ya." Aika berbalik.
"Aika kau tidak sopan." Tegur Kaede. "Maaf Osamu-kun."
"Tidak apa. Aku pulang dulu."
"Um. Arigatou."
"Sampai jumpa." Osamu meninggalkan apartemen Kaede.
Kaede masuk ke dalam apartemennya. Di dalam, Wakatoshi dan Kageyama duduk di meja makan.
"Kaede-san!" Kageyama bangkit saat melihat Kaede.
Kaede memalingkan wajahnya dan berlari masuk ke kamarnya.
'Dia...marah?'
Wakatoshi bangkit. Dia berjalan menuju pintu kamar Kaede dan mengetuknya.
TOK TOK
"Kaede."
KLEK
Kaede membuka pintu kamarnya.
"Nani?"
"Kau dari mana?"
"Apartemen Atsumu-kun."
"Sudah aku bilang-"
"AKU BERTENGKAR DENGAN ATSUMU-KUN! SEMUA ITU KARENA KELAKUANMU YANG TERUS MENGEKANGKU!"
"Kaede!"
"JIKA KAU TIDAK MEMINTA TOBIO-KUN MENGAWASIKU SEMUA INI TIDAK AKAN TERJADI!" Kaede berteriak sambil memukuli badan Wakatoshi.
Wakatoshi terdiam. Dia tahu apa yang dia lakukan itu salah.
"AKU BENCI NII-SAN!"
"Te-tenanglah Kaede-san." Aika berusaha menenangkan Kaede.
"AKU AKAN PULANG KE RUMAH TOU-SAN JIKA KAU MASIH MENGEKANGKU!"
BRAK
Kaede membanting pintu kamarnya dengan keras.
"Maaf kalau aku ikut campur tapi kali ini kau sudah keterlaluan, Wakatoshi." Aika menatap dingin kekasih besarnya itu.
Wakatoshi menghela nafas dan melangkah menuju sofa living room, diikuti Aika dan Kageyama.
"Kenapa kau selalu mengekang Kaede-san? Dia sudah bukan anak kecil lagi." Aika duduk di samping Wakatoshi, sedangkan Kageyama duduk di karpet.
"Karena aku kakaknya."
"Aku tidak punya saudara kandung jadi aku tidak mengerti perasaanmu tapi jika kau terus mengekang Kaede-san dia akan tertekan."
"Aku yang salah." Kageyama menunduk.
"Yah kau salah karena sudah melakukan hal yang tidak seharusnya kau lakukan. Tapi itu semua tidak akan terjadi jika Wakatoshi tidak memintamu mengawasinya."
"Kaede sangat trauma karena perceraian orang tua kami. Karena itu sekarang aku harus menjaganya."
"Menjaga dan mengekang itu dua hal yang berbeda."
.
***
.
Loss Angeles, Amerika Serikat (2004)
Kaede dan Takashi baru saja pindah. Takashi bekerja sebagai pelatih voli di salah satu sekolah elit. Namanya yang pernah menjadi pemain voli pro dan beberapa koneksi membuatnya bisa mendapatkan pekerjaan itu.
"Kaede, Tou-san sudah mendaftarkanmu di sekolah dekat sini. Besok kau sudah bisa mulai datang."
"Aku tidak mau."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa berbahasa Inggris!"
"Nanti Tou-san ajarkan."
"Aku tidak mau sekolah! Aku ingin pulang!" Kaede kecil menangis.
"Rumah kita sekarang di sini, Kaede."
"Okaa-saaannnn!"
Hati Takashi tersayat melihat putri kecilnya menangis. Dia memeluk Kaede dengan erat. Kaede yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu harus hidup jauh dari sang Ibu.
Alasan kenapa Kaede yang hidup bersama dengan sang Ayah adalah karena sejak awal sang nyonya besar keluarga Ushijima tidak pernah mengharapkan kehadiran Kaede.
Sang Nenek hanya mengharapkan cucu laki-laki. Sang nenek juga sejak awal tidak pernah menyetujui pernikahan putrinya dengan Takashi, karena itu dia memaksa putrinya menceraikan Takashi agar Takashi bisa berpisah dari putrinya dengan membawa Kaede.
Tanpa memikirkan kondisi mental Kaede, sang nenek memisahkan keluarga itu. Yang paling merasa trauma atas perceraian itu adalah Kaede.
Dia terpukul karena harus berpisah dengan sang Ibu saat dia masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Dia juga sangat sedih karena harus berpisah dengan Wakatoshi yang sangat dia sayangi.
Dia harus pindah ke negri yang jauh dari tanah kelahirannya. Dia harus beradaptasi dengan lingkungan, suasana, bahasa, dan orang-orang yang baru. Dan itu semua terlalu berat untuk seorang gadis berumur delapan tahun.
Karena belum menguasai Bahasa Inggris, Kaede kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Akibatnya dia tidak mempunyai teman di sekolahnya, bahkan teman satu kelasnya menjauhinya.
Sepulang sekolah, Kaede hanya menghabiskan waktunya sendiri di dalam rumah. Dia mengisi waktunya untuk belajar sambil menanti kepulangan sang Ayah dari bekerja.
Untuk menghibur Kaede, sang Ayah selalu mengajak Kaede bermain voli saat libur atau saat weekend.
Karena terbiasa sendiri, Kaede tetap tidak punya teman bahkan saat dia menginjak bangku SMP dan SMA. Meski dia sudah fasih berbahasa Inggris, dia tetap tidak berniat untuk mencari teman.
Tetangga Kaede banyak yang seumuran dengannya, dan mereka sering bermain voli bersama tapi mereka merasa ada jarak yang sangat besar diantara mereka dan Kaede. Mereka menganggap Kaede sangat sulit didekati.
Karena kurangnya bersosialisasi dan bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, Kaede tumbuh menjadi pribadi yang dingin dan datar. Dia juga tidak terlalu mempedulikan sekitarnya.
Miyagi, Jepang (2014)
"Hisashiburi, Nii-san."
Kaede kembali ke Jepang setelah sepuluh tahun.
"Kaede?!"
Wakatoshi terkejut melihat kehadiran sang adik. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan sexy. Jika Wakatoshi bukan kekasih Aika dan Kaede bukan adiknya, mungkin dia akan jatuh cinta pada Kaede.
Saat bertemu kembali dengan sang Ibu, Kaede tidak menunjukkan emosi apapun. Bahkan dia berbicara menggunakan bahasa formal pada Ibunya sendiri.
"Okaa-san sangat merindukanmu nak! Ayo masuk dulu!"
"Arigatou gozaimasu."
'Apa dia benar Kaede adikku? Kenapa sikapnya berubah?'
Saat Wakatoshi mendengar cerita sang Ayah tentang Kaede, dia bertekad akan menjaga dan melindungi Kaede apapun yang terjadi.
Wakatoshi merasa bertanggung jawab penuh atas Kaede. Dia tidak mau Kaede mengalami hal yang sulit dan menyakitkan lagi.
.
***
.
"Aku sudah kehilangan Kaede selama sepuluh tahun. Karena itu sekarang aku harus menjaganya."
"Tapi yang kau lakukan itu justru membuatnya terjebak dalam situasi sulit dan menyakitkan!"
"Aku melindunginya!"
"Kau membuatnya menderita!"
Wakatoshi merasa kesal dengan perkataan Aika.
"Kenapa kau membela Kaede?!"
"Haah?! Apa maksudmu? Kau masih belum mengerti situasi Kaede-san saat ini?!"
"Terserahlah aku tidak mau adu mulut denganmu!"
"Siapa juga yang mengajakmu adu mulut!" Aika bangkit. "Kau menyebalkan Wakatoshi! Tidak ada jatah selama satu bulan!"
"T-tunggu Aika!" Wakatoshi menahan tangan Aika.
"Jangan protes Wa-ka-to-shi-kun!" Aika mengeluarkan aura kelam, membuat Wakatoshi menelan ludah.
"Aku harus bagaimana sekarang?" Kageyama mengepalkan tangannya.
"Untuk sekarang biarkan Kaede-san sendiri dulu. Kita kembali ke Miyagi." Aika menepuk pundak Kageyama. "Kaede-san itu kuat, Tobio-chan. Percayalah padanya. Semua akan baik-baik saja."
___
"Kaede sudah pulang dengan selamat."
Osamu melempar kunci mobil pada Atsumu yang duduk di sofa.
"Samu..."
"Hm?" Osamu duduk di samping Atsumu.
"Kenapa aku bersikap seperti itu?"
"Mana aku tahu!" Osamu kesal. "Tapi aku masih tidak percaya kau bisa cemburu sampai seperti itu."
"Aku merasa sangat marah. Aku sendiri tidak mengerti."
"Itu artinya kau benar-benar mencintai Kaede."
"Tapi selama ini aku tidak pernah benar-benar mencintai perempuan."
"Kau masih belum yakin pada perasaanmu sendiri?"
"Entahlah."
"Kejadian tadi sudah membuktikan kalau kau benar-benar mencintai Kaede." Osamu menepuk pundak Atsumu. "Kau harus minta maaf pada Kaede sebelum semuanya terlambat."
"Terlambat?"
"Kau sudah berbuat kasar padanya. Itu akan membuat perasaannya goyah." Osamu bangkit. "Aku tidak mau punya kakak yang menyedihkan jadi cepatlah minta maaf dan berbaikan dengannya."
___
Pukul 10.00
Kaede sudah siap untuk berangkat ke kampus. Kejadian semalam tidak menghentikannya untuk tetap menuntut ilmu.
'Atsumu-kun, aku sangat mencintaimu. Tapi kenapa kau membuatku ragu untuk tetap mencintaimu?'
Sementara itu...
"Atsumu tossmu sangat buruk hari ini. Kau kenapa?" Tanya Meian.
"Sumimasen." Atsumu mengepalkan tangannya.
"Kau sudah berbuat kasar padanya. Itu akan membuat perasaannya goyah."
'Tapi apa aku benar-benar mencintai Kaede-chan? Jika dengan perempuan lain apakah aku juga akan merasakan hal yang sama? Haruskah aku membuktikannya?'
________
Halo saya kembali lagi
Terima kasih banyak untuk vote dan komen kalian (T▽T) jangan lupa untuk selalu mendukung book ini yaa agar book ini bisa selalu berlanjut.
Sampai jumpa chapter depan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro