Yuki [Mr.Hardcore]
Represent Yokohama
Samatoki x Reader
🔷🔷🔷
Bulan desember menjadi bulan penuh kebahagiaan, malam itu tepatnya tanggal 24 Desember, harusnya jadi malam yang membahagiakan untuk setiap insan di kota Yokohama, namun tidak dengan wanita berusia 22 tahun satu ini. (y/n) berjalan gontai menuju flat yang letaknya masih cukup jauh dari tempatnya berada saat ini. Langkahnya terhenti di bawah lampu jalanan yang sedikit memberi kehangatan, diliriklah jam tangan mungil di tangan yang menunjukan pukul sebelas lebih lima menit
"Ah... Santa tidak akan memberiku kado natal karen aku anak nakal, ahaha... aku hanya akan tidur setelah ini"
Langkah demi mencapai tujuan ia lanjutkan, ia akui malam ini sudah cukup sepi di daerah dekat flat nya, para orangtua tentu sudah menyuruh anaknya tidur dengan ancaman kecil yang mengatakan bahwa Santa tidak akan memberikan hadiah pada anak yang tidak tidur cepat atau anak yang nakal, konyol memang membuatnya merutuki dirinya sendiri yang selalu mempercayai kata kata neneknya meski pada akhirnya ia hanya mendapat hadiah berupa sebatang lolipop rasa strawberry
Pemikirannya terhentikan seketika saat dihadapkan dengan tangga menanjak yang harus ia laluli untuk sampai ke flat tempatnya tinggal, tidak ada masalah dengan tangga ini, hanya tangga semen dengan empat pegangan, 15 anak tangga, dan jangan lupa sedikit salju yang menghiasi setiap sisinya. Sekilas tampak indah, namun tidak di mata (y/n) yang mengaggapnya sebagai rintangan, lulut berbalut stoking panjang itu sudah cukup lemas, begitu pula sekujur tubuhnya yang kedinginan meski terlapisi coat se lutut yg tidak begitu tebal, salahkan kebodohan (y/n) yang memilih tetap bekerja dan melupakan makan siang maupun makan malamnya
Dengan hati hati mulailah ia menaiki satu persatu anak tangga tentu dengan berpegangan pada pegangan tangga yang dinginnya menusuk, tidak ada pilihan lain! (y/n) memilih tersiksa dengan dinginnya pegangan tangga ketimbang memikirkan resiko terjatuh atau tergelincir berkat tangga yang cukup licin karena basah. Lima anak tangga telah ia lewati dengan susah payah, inginnya berhenti dan duduk sebentar namun bisa jadi ia tidak bisa bangkit setelahnya. Barulah saat ia menginjakkan kaki di anak tangga ke delapan hal yang tidak diinginkan terjadi, kaki yang tidak sepenuhnya memijak mengakibatkan tubuhnya oleng, belum lagi kaki satunya yg terpeleset berkat licinnya anak tangga
"HWAHHH..."
Semuanya terjadi begitu singkat, menyisakan rasa sakit, pegal, dada yang berdebar tak karuan dan jangan lupakan posisi absturd (y/n) yg terlentang dengan satu kaki terlipat ke belakang dan kaki lain yang tersangkut pegangan tangga. Pasrah merupan kata yang cocok untuk mewakili (y/n) saat ini, badan terasa kaku akibat terbentur anak tangga, ada juga rasa perih di sekujur tubuh, namun ada satu yang membuat wanita itu takut. Bau darah dan perasaan panas disertai pusing di kepalanya membuatnya semakin yakin bahwa ia sedang tidak baik baik saja
Butiran keping salju nendarat di permukaan wajahnya, pandangan yang mulanya jelas semakin kabur, mata semakin terasa berat dan menutup sebelum siluet kedatangan seseorang dengan rambut putihnya mendekat dan menggendong (y/n) yang kini sudah sepenuhnya tak sadarkan diri.
🔷🔷🔷
Wangi khas pakaian laundry, bau tembakau yang kuat didominasi parfum maskulin dengan sensasi fresh dan menenangkan menjadi sesuatu yang asing dalam indera penciuman (y/n). Ia dapat merasakan empuknya kasur dan lembutnya selimut yang menutupi tubuhnya, memori sebelumnya melintas dengan tidak elitnya mengakibatkan tubuhnya refleks terbangun tiba tiba dengan posisi duduk
"Hoy... kuso Onna, tidak bisakah kau bangun dengan wajar?"
Eksistensi pria bersurai putih dengan suara bariton yang terkesan kasar menjadi pemandangan pertama (y/n), beberapa anting maupun tindik di telinganya memberi sedikit kesimpulan bahwa (y/n) harus berhati hati dengan pria satu ini, pandangannya masih fokus terpaku pada manik bernuansa scarlet yang tampak tajam dan indah di sisi lain, juga memberikan sensasi dejavu yang sangat kuat dalam benaknya
"Beraninya kau menatapku tanpa izin!"
Perkataan dari sang pria menyadarkannya, dialihkanlah pandangannya ke bawah mendapati eksistensi hoodie hitam yang terasa menghangatkan menempel pada tubuhnya. Dengan sedikit keraguan ia mulai berbicara pada sosok pria yang tengah duduk di kursi tepat di samping ranjang king size yang ia tempati
"A-ano... arigatou, pasti saya sudah sangat merepotkan tuan"
Suara yang keluar dari tenggorokan (y/n) terkesan serak dan lemah, memberikan dorongan pada sang pria untuk memberikan segelas airputih yang langsung diterima & diminum habis oleh sang wanita
"Apa kau berpikir? Jika semalam aku tidak datang mungkin sekarang yang kau temui adalah Tuhan"
(y/n) hanya mengangguk dan memikirkan kemungkinan apa saja yang pria ini lakukan untuknya semalam, semua pemikirannya membuat sakit kembali nenghinggapi kepalanya, tangan yang mulanya diam kini meraih kepala yang ternyata sudah diperban dengan baik dan rapih
"Huh, kau tau? Semalam kau berdarah cukup hebat, kurasa pendarahan di kepalamu sedikit terhambat berkat udara dingin. Ahaha tiga jahitan di kepala belakang bukan sesuatu yang aneh, kau beruntung Onna"
Dan lagi (y/n) memberanikan diri untuk menatap pria yang kemungkinan berbeda tiga atau empat tahun darinya, sekedar menatap hidung dan bibir berkat tidak memiliki keberanian untuk menatap mata
"Tuan... beritahu siapa nama anda! Saya harus mengingatnya dan berterimakasih untuk kebaikan anda"
Perkataan (y/n) hanya dibalas dengusan dari sang pria, sedikit membuatnya jengkel tapi tetap senang karena mendapat respon dan bukan didiamkan. Sang pria kini berdiri dan memilih duduk di samping ranjang (y/n), menarik dagu lawan jenis dan memberikan satu ciuman tepat di bibir. Tidak ada perlawanan dari (y/n), sensasi ciuman yang sangat lembut membuat otaknya berhenti berpikir, hanya diam menikmati ciuman penuh kerinduan yang entah kenapa sangat ia inginkan. Dilepaskanlah ciuman oleh pihak pria, kali ini sepasang manik saling menatap dalam jarak yang begitu pendek
"Kau sudah mengenalku tapi kau melupakannya? Ah... kuso onna... bagaimana bisa kau melupakan cinta pertamamu?"
Seketika panas menjalar ke wajahnya, wajah (y/n) yang mulanya tampak pucat kini bersemu merah dengan bibir yang sedikit bergetar
"Yu...yuki..."
"YUKI JANAI!! ORE WA SAMATOKI-SAMA!!"
Kalimat yang familiar dalam benaknya, mengingatkan pada sosok laki laki kecil bersurai putih dengan beberapa plester di tubuhnya, laki laki yang sering ia temui sedang menangis di taman dan akhirnya ia hibur dengan memberikan sebungkus permen dan memakaikan sebuah plester pada luka di tangan maupun dahinya
"Mengingatku?"
Hanya anggukan dan senyuman yang diterima Samatoki sebagai balasan, diusaplah pipi (y/n) dengan lembut dan penuh perasaan, tatapan yang awalnya tampak penuh penekanan kini sedikit lebih lembut terpancar dari manik scarlet itu
"Kau tau? Aku sempat bingung ketika tidak mendapatimu selama berminggu minggu. Kemana saja?"
"Ahaha aku hanya bertahan hidup dalam dunia yang tak adil"
"Kata katamu masih sama seperti dulu, Yuki"
"Oy... aku tetaplah aku! Tidak ada yang bisa mengubahku seenaknya. Lagi pula kenapa kau begitu sulit menyebut namaku dengan baik dan benar huh?"
Kekehan ringan dari mulut (y/n) memberikan ketenangan tersendiri dalam pendengaran Samatoki, perlahan direngkuhlah tubuh sang lawan jenis, menghadirkan aroma vanilla yang lembut berpadu dengan wangi shampo sedikit bercampur amis darah menyeruak dalam indera penciuman Samatoki. Begitu pula (y/n), kombinasi aroma yang pertama kali menyadarkannya semakin kuat kala leher Samatoki hanya berjarak sepersekian centi dari indera penciuman (y/n)
"Hei... aku ingin menepati janjiku padamu"
Satu kalimat yang membuat (y/n) tersentak dan hampir melompat jika saja ia sedang dalam keadaan terbaiknya
"Aku tidak mungkin menarik kata kataku Onna!"
Tambahan kalimat Samatoki menyadarkan (y/n) bahwa pria satu ini sedang benar benar bersungguh, bukan lagi perkataan laki-laki kecil di taman, tapi perkataan seorang pria dewasa dengan penuh keyakinan. Perlahan dilepaskanlah rengkuhan pada tubuh (y/n) memberikan kesempatan pada Samatoki untuk sekali lagi menatap wajah dari perempuan yang dahulu menjadi teman masa kecilnya itu
"Akan kuberikan nama keluargaku jika kau bersedia melewati sisa hidupmu bersamaku"
-Samatoki Aohitsugi.
🔷🔷🔷
Hiya hiya... Rizu back
Hayo siapa yg nungguin bagiannya Mamat?
Jangan lupa vote & coment ya....
See yaaa....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro