Ichi [MC.B.B]
Represent Ikebukuro
Ichiro x Reader
🍁🍁🍁
Malam itu bisa dibilang cukup sial bagi (y/n), pasalnya ia berniat untuk pulang cepat tanpa harus bermain dengan air hujan atau sekedar menyapa genangan air di jalan. Jika kau pernah melihat anak kucing basah kuyup maka kemungkinan wujudnya sama dengan wanita berusia 22 tahun satu ini, berpakaian formal dengan rambut yang nyaris tak berbentuk akibat hujan
Apa yang membuatnya pulang larut malam? Salahkan bosnya yang membiarkan anak baru sepertinya melembur laporan, kalau saja cleaning service tidak menegurnya bisa jadi wanita itu bermalam di kantor karena terlalu serius bekerja lembur. Satu satunya yang dapat (y/n) syukuri adalah keberadaan tasnya yg terbungkus dengan kantong plastik pemberian kasir minimarket langganannya
Lalu kenapa tidak membeli payung? Dewi fortuna sedikit tidak memihak (y/n) malam itu, semua persediaan payung dan jas hujan habis terjual beberapa menit sebelum dia masuk minimarket dekat gedung perusahaan tempatnya bekerja
Ah... abaikan nasibnya, setidaknya sekarang ia sudah sampai di depan pintu Flat nya. Membuka kunci dan memutar kenopnya demi menghindari dinginnya malam, awalnya ia hanya berencana untuk segera mandi dan tidur sampai rencana berubah total ketika mendapati sosok laki-laki yang amat dikenalnya
"Eh... (y/n)-nee, kau kehujanan?"
Mematikan kompor dan lantas menghampiri sang wanita, handuk kering langsung mendarat di kepala (y/n) dan dengan perlahan diusaklah rambut sang wanita, beberapa ocehan sempat terlontar dari mulut pemuda tersebut, namun entah kenapa (y/n) sama sekali tidak merasakan sensasi yang sama seperti saat mendengar ocehan bosnya
"Biarkan aku mandi dulu, tolong ambilkan saja setelan tidurku di lemari"
(y/n) segera masuk kamar mandi setelah menerima satu setel pakaiannya, membersihkan diri dan mengabaikan suara dari dapur yang tepat ada di depan kamar mandinya. Pasalnya (y/n) hanya tinggal di dalam flat berukuran 10x5 meter, dengan satu dapur, satu kamar mandi dan toilet, satu single bed, satu set TV berukuran sedang, meja kayu sederhana dan balkon tepat mengarah ke bangunan yang berjarak kurang lebih 15 meter dari tempat (y/n) tinggal. Sangat sederhana dan tidak menguras dompet
"Makan dulu oke"
Satu kalimat itu menjadi penyambut setelah ritual mandi (y/n) selesai, sang pemuda hanya tersenyum sambil meletakkan sepiring nasi goreng seafood dan teh hangat di meja kecil (y/n). Dia akui masakan pemuda satu ini benar benar enak, bahkan kadang dia merasa malu jika membandingkan rasa masakannya dengan masakan pemuda yang dua tahun lebih muda darinya itu
Duduk di atas lantai berlapis karpet bulu, (y/n) segera menyendok nasi gorengnya setelah menyadari adanya suara aneh dari perutnya, berkali kali sendok itu masuk ke mulutnya, mengantarkan suapan demi suapan nasi goreng hingga tak tersisa sebulir nasi pun di atasnya
"Enak?" Tanya sang pemuda
"Tidak ada makanan yang tidak enak saat kau sedang lapar, benar kan?" Jawab sang wanita sambil meminum teh hangatnya
"Ahaha kau harus lebih peduli pada tubuhmu sendiri! Andai saja aku tidak datang, kemungkinan kau akan melewati malam dengan perut berbunyi sampai tidak bisa tidur ughh itte-tte..."
Satu ringisan meluncur dari bibir pemuda itu setelah menerima sikutan maut (y/n), membereskan sisa makan dan duduk bersandar pada tepian kasur bersama sang pemuda menjadi aktivitas berikutnya bagi (y/n), beberapa percakapan ringan menemani malam yang masih terdengar rintik hujan itu
Sesekali kontak fisik seperti cubitan dilayangkan (y/n) pada sang pemuda, begitu pula sebaliknya, namun tidak ada satupun pihak yang marah atau protes dengan perlakuan satu sama lain. Hanya tawa ringan yang terlepas setelahnya, tawa tanpa beban yang perlahan meringankan pikiran sang wanita
"Sigh... meski harus mengatakannya berkali kali, tapi kumohon... tinggalah bersamaku dan kedua adikku. Aku berjanji mereka tidak akan merepotkanmu"
Kalimat itu meluncur bagaikan dejavu yang sering (y/n) alami, pasalnya memang benar jika sang pemuda sudah berkali kali memintanya untuk tinggal bersama. Namun berkali kali juga (y/n) dapat membantah sang pemuda dengan berbagai alasan logisnya, benar benar tipe wanita pembicara yang baik
(y/n) hanya menghela nafas dan menatap sang pemuda, ia sadari manik heterocrom itu menyiratkan kesungguhan, sama seperti saat sang pemuda menyatakan perasaan padanya. Tangan yang awalnya diam kini beralih menyentuh pipi sang pemuda, beberapa kali melakukan gestur mengusap lembut dan berakhir dengan usapan ibu jari pada satu titik hitam di bawah mata sang pemuda
"Ichiro... aku sangat menghargai kebaikan hatimu, tapi sejujurnya aku belum siap"
Sulung Yamada itu hanya memberikan jeda pada (y/n), saling tatap satu sama lain seolah bertukar pikiran lewat kontak mata. Direngkuhlah tubuh sang wanita, merasakan sensasi dingin dan menyegarkan dari wangi shampo lemon mint kesukaan sang wanita
"Maaf, aku terlalu sering menanyakannya. Meski aku sudah tau jawabannya, aku masih sangat bersikeras padamu, huh... aku jadi tampak tidak keren ya?" bisik Ichiro
Menyandarkan kepala di bahu Ichiro serta membalas rengkuhannya adalah hal yang dilakukan (y/n) berikutnya, ia sadar betul kalau Ichiro benar benar menyayanginya, namun di sisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa sang wanita menginginkan kebahagiaan lebih untuk Ichiro, meski pada akhirnya kebahagiaan itu bisa diraih tanpa seorang (y/n) disisinya
"(y/n)..."
Meski hanya dibalas deheman, panggilan dari Ichiro tanpa embel embel cukup mengejutkan (y/n)
"...menikahlah denganku! Aku akan berjuang untukmu, menjadikanmu wanita yang bahagia, juga membangun keluarga keci-ITTE HUWEEE... ITTAI YOO" teriakan Ichiro setelah menerima satu cubitan keras di perutnya
"Ahaha... gomen gomen... kau terlalu muda untuk membicarakan pernikahan. Carilah dulu gadis yang benar benar kau sukai dan yang-"
"Aku hanya menyukaimu!"
(y/n) benci saat perkataannya dipotong di tengah jalan, namun entah kenapa perkataan Ichiro membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Lagi lagi dan lagi ia terjatuh pada pesona pemuda bersurai hitam itu dan akhirnya memilih menenggelamkan wajah di dada Ichiro demi menyembunyikan fakta bahwa wajahnya sudah seperti kepiting rebus sekarang ini
Perlahan ditariklah dagu (y/n), jarak semakin menipis hingga satu ciuman tepat didaratkan di bibir sang wanita. Mulanya hanya ciuman lembut seperti biasa, namun entah kenapa ada dorongan kuat dari Ichiro yang menyebabkan (y/n) terkejut dan membuka mulutnya, memberikan celah bagi Ichiro untuk menginvasi bagian dalam rongga mulut (y/n) di sela sela lenguhan tertahan dari pihak wanita
Jarak mulai memisahkan bersamaan dengan benang saliva yang terputus antara keduanya, manik heterocrom yang mulanya tampak tajam kini berubah menjadi sedikit sayu, pertanda bahwa (y/n) harus siap menghadapi malam bersama kekasihnya si sulung Yamada
"Untuk malam ini satu kali saja boleh ya?"
-Ichiro Yamada.
🍁🍁🍁
Yokatta...
Oneshot pertama buat project ini dah kelar
BTW ini pertama kalinya Rizu buat oneshot
Jadi...
Kalau ada kekurangan tolong tulis di komen ya
See ya...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro